Pengertian Interaksi Sosial
Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan. Karena keterbatasan itu, manusia tidak bisa hidup sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia berinteraksi dengan manusia lain atau kelompok manusia lain. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk melakukan interaksi sosial agar kebutuhannya tercukupi.
Menurut Soekanto (2006 : 55) interaksi social merupakan hubungan-hubungan social yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia.
Sedangkan menurut Setiadi dan Kolip (2011 : 64) Interaksi social merupakan hubungan yang dinamis antara individu dan invidu, antara individu dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok dalam bentuk kerjasama,
persaingan maupun pertikaian yang tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma social yang berlaku dalam masyarakat.
Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Perkembangan teknologi informasi komunikasi dewasa ini menyebabkan hubungan social menjadi semakin cepat dan kompleks. Interaksi social tidak hanya terjadi melalui tatap muka langsung (primer), tetapi juga secara online (tatap muka tidak langsung/ skunder) melalui jaringan teknologi informasi. Oleh karena itu, Soekanto (2006 : 58-59) mengungkapkan bahwa suatu interaksi social tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:
a.
Adanya kontak social, merupakan
tahap pertama dari terjadinya interaksi social. Kontak social dapat berlangsung
dalam tiga bentuk, yaitu :
1)
antara individu
2) antara individu
dengan satu kelompok atau sebaliknya
3)
antara satu kelompok dengan kelompok-kelompok lainnya.
b.
Adanya komunikasi, berarti bahwa
seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang
ingin disampaikan oleh orang tersebut; kemudian diberikan umpan balik atau
reaksi oleh si penerima pesan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi
Sosial
Berlangsungnya interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati (Awaludin, A dan Tantoro, S; 2017 : 20).
1) Imitasi,
yaitu meniru tindakan orang lain dimulai sejak bayi yang terus berkembang baik
bersifat positif maupun negatif. Imitasi positif, misalnya berupa sikap nilai norma atau perilaku
yang baik dimana individu tersebut
berusaha untuk mempertahankan norma atau nilai yang berlaku di masyarakat.
1) Sugesti,
yaitu suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau
pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu sehingga
penerima saran tanpa berpikir panjang menerima anjuran tersebut, misalnya
seorang peserta didik rajin bersekolah karena anjuran guru yang menjadi
idolanya. Suatu sugesti akan mudah terjadi apabila kemampuan berpikir seseorang
terhambat dan keadaan pikiran yang terpecah belah. Faktor yang mempengaruhi
sugesti adalah orang yang memiliki otoritas atau kewenangan dan dilakukan oleh
mayoritas masyarakat atau kelompok.
2) Identifikasi,
yaitu kecenderungan atau keinginan untuk mempersamakan dirinya dengan orang
lain yang berlangsung dengan sendirinya secara sadar atau sengaja karena
seseorang memerlukan contoh-contoh ideal didalam kehidupannya, misalnya jika
ada seseorang mempunyai tokoh idola maka orang tersebut akan berkecenderungan
menyamakan dirinya dengan sang idola seperti cara bicara, sikap, dan
penampilannya. Hal ini berbeda dengan imitasi, karena pada imitasi yang ditiru
adalah sebagian dari tindakan sang idola, tetapi pada identifikasi hampir
keseluruhan tindakan yang ditiru.
3) Simpati,
yaitu perasaan tertarik kepada orang lain, misalnya seseorang simpati terhadap
orang lain karena perbuatan orang tersebut selalu positif seperti : suka menolong, mempunyai sikap solidaritas yang tinggi dan kreatif
dalam berbagai bidang.
4) Empati,
yaitu perasaan yang muncul sangat mendalam dengan merasakan seperti apa yang
dirasakan orang lain, misalnya perasaan ikut sedih dan seakan dirinya merasakan
penderitaan akibat bencana saat berkunjung ke daerah yang terkena bencana.
5) Motivasi,
yaitu dorongan atau rangsangan yang timbul dari dalam diri seseorang (motivasi
intrinsik), atau dapat muncul dari luar diri sendiri (motivasi ekstrinsik)
sehingga mendorong seseorang untk berinteraksi, misalnya seorang siswa
termotivasi untuk belajar karena melihat teman dekatnya selalu memperoleh nilai
yang bagus dalam setiap mata pelajaran.
Bentuk-Bentuk Proses Sosial
Proses sosial terbagi menjadi dua, yaitu asosiasif dan disosiasif. Asosiasif adalah proses sosial yang terjadi mengarah kepada gerak penyatuan sehingga berpengaruh positif, sedangkan disosiasif adalah proses sosial yang terjadi mengarah pada persaingan dan konflik yang merenggangkan solidaritas dengan pihak lain sehingga berpengaruh negatif. Asosiasif dan disosiasif dapat diartikan sebagai proses interaksi sosial atau pun bentuk interaksi social. Persaingan dapat berpengaruh positif apabila proses terjadi secara sportif, tanpa merugikan pihak lain. Pengaruh positif dan negatif tersebut tergambarkan dalam proses sosial. Menurut Gillin dalam Soerjono Soekanto (2006 : 65), Setiawan dkk (2016: 90-93) dan Suntari (2005 : 7-20), proses sosial yang terjadi dapat digolongkan sebagai berikut :
a.
Proses asosiasif,
meliputi bentuk :
1) Kooperasi
atau kerjasama, yaitu perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja
bersama dalam suatu kesepahaman, sekalipun motifnya sering dan bisa tertuju
kepada kepentingan diri sendiri. Contoh interaksi sosial
yang terjadi, antara
lain : bargaining atau
tawar menawar, kooptasi (melalui
pimpinan yang ditunjuk), koalisi, dan
patungan atau join venture.
2) Akomodasi, merupakan usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Bentuk- bentuk akomodasi meliputi : coercion, compromise, arbitration, mediation, conciliation, toleration, stalemate, dan adjudication
3) Asimilasi,
yaitu : suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan- perbedaan yang terdapat antara individu atau
kelompok dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,
sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan- kepentingan
dan tujuan-tujuan bersama. Contoh bentuk interaksi sosial yang terjadi : amalgamasi, yaitu perkawinan campuran
antara ras kulit putih dengan ras kulit hitam sehingga melenyapkan pertentangan
antara dua pihak; orang Tiongkok yang menetap di Indonesia sehingga fasih
berbahasa Indonesia.
4) Akulturasi,
yaitu proses sosial yang timbul apabila unsur kebudayaan asli dihadapkan unsur kebudayaan asing,
kemudian lambat laun unsur
kebudayaan asing melebur menjadi satu tanpa menghilangkan unsur kebudayaan
aslinya. Contoh bentuk interaksi sosial yang terjadi : gaya berpakaian yang
modis dan gaya rambut yang dicat warna-warni meniru para wisatawan asing yang datang.
b.
Proses disosiasif, meliputi bentuk :
1) Persaingan
atau kompetisi, dapat diartikan sebagai suatu proses social dimana individua
atau kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan
yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian
atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau
ancaman. Bentuk-bentuk persaingan antara lain : persaingan ekonomi, persaingan
kebudayaan, persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan yang tertentu
dalam masyarakat, serta persaingan karena perbedaan ras.
2) Pertentangan atau pertikaian, yaitu suatu proses social dimana individua tau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang
fihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Contoh bentuk ntangan : saling mengejek dan memprovokasi antar pendukung partai politik
3) Konflik,
yaitu proses sosial dengan menentang pihak lawan melalui cara- cara kekerasan
dan ancaman karena perbedaan pendirian atau keyakinan, kepentingan, kebudayaan,
dan terjadinya perubahan sosial yang cepat dimana masing-masing pihak berusaha
menggagalkan tujuan masing-masing sehingga menimbulkan korban harta, kebahagian
terampas, dan nyawa terenggut. Bentuk-bentuk pertentangan tersebut antara lain
: konflik pribadi, konflik sosial, konflik antar kelas, konflik politik, dll.
Ruang Interaksi Sosial
Menurut Blaut dalam Affandi (2001) ruang dibedakan menjadi tiga, yaitu (a) ruang absolut merupakan wadah yang bersifat khas, fisik, dan empiris yang ditentukan berdasarkan ukuran geometris berdimensi tiga (panjang, lebar, tinggi); (b) ruang relatif merupakan ruang dimana berlangsung suatu relasi kegiatan yang terikat pada proses dan waktu dimana kata kunci yang menyertainya adalah apa dan dimana, misalnya keluarga yang merupakan kelompok social terkecil, masyarakat dan negara yang merupakan ruang interaksi social yang besar; (c) ruang relasional merupakan ruang yang berisi dan mencerminkan dirinya sendiri berhubungan dengan objek lain, misalnya interaksi manusia dengan lingkungan (alam, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan).
Ruang adalah tempat manusia untuk berinteraksi. Perbedaan kepentingan menimbulkan interaksi sosial. Manusia adalah makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia berinteraksi dengan manusia lain sehingga muncullah kelompok-kelompok social. Kelompok social adalah kesatuan manusia yang hidup bersama. Sejak dilahirkan manusia
mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya dalam suatu ruang interaksi social yang disebut masyarakat dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Berdasarkan besar kecilnya kelompok sosial, ruang interaksi social dibedakan menjadi:
1. Ruang Interaksi
Sosial pada Kelompok Sosial Kecil
Manusia mempunyai kepentingan yang berbeda sehingga memerlukan ruang interaksi social yang berbeda pula dalam mencapainya. Keluarga merupakan ruang interaksi sosial yang sering manusia beraktivitas di dalamnya. Manusia mempunyai kemampuan terbatas di dalam pergaulan hidup dan lain sebagainya sehingga timbullah kelompok kecil. Kelompok kecil adalah suatu kelompok yang secara teoritis terdiri dari paling sedikit dua orang, dimana orang-orang saling berhubungan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertetentu dan yang menganggap hubungan itu sendiri, penting baginya (Soekanto, 2006 : 176). Kelompok-kelompok kecil selalu timbul di dalam kerangka organisasi yang lebih besar dan lebih luas. Di dalam organisasi keagamaan seperti NU misalnya, yang merupakan kelompok besar, pasti ada kelompok kecil yang menduduki pimpinan organisasi tersebut; dan awak sebuah kapal laut juga merupakan kelompok kecil.
2. Ruang Interaksi Sosial pada Kelompok Sosial Besar
Berdasarkan tempatnya, masyarakat dibedakan menjadi masyarakat pedesaan dan perkotaan. Menurut Soekanto (2006 : 138-143) ciri-ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan sebagai berikut :
a)
Masyarakat Pedesaan
Ciri-ciri masyarakat pedesaan :
(1) Mempunya hubungan
yang lebih erat dan mendalam
(2)
System kehidupan berkelompok atas dasar kekeluargaan
(3) Umumnya hidup dari pertanian
(4) Pembagian kerja
didasarkan atas usia
(5) Cara Bertani masih tradisional
(6)
Orang-orang tua memegang peranan penting
(7) Hubungan antara penguasa
dan rakyat berlangsung secara tidak resmi
b) Masyarakat Perkotaan
Ciri-ciri masyarakat perkotaan :
(1)
kehidupan keagamaan berkurang bila
dibandingkan kehidupan agaman di desa
(2)
orang kota pada umumnya dapat
mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
(3)
Pembagian kerja diantara warga kota
lebih tegas dan punya batas- batas nyata
(4)
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak
diperoleh warga kota daripada warga desa
(5)
Jalan fikiran rasional yang pada
umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan interaksi-interaksi yang
terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi
(6)
Jalan kehidupan yang cepat di kota,
mengakibatkan pentingnya factor waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti
sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu
(7)
Perubahan-perubahan social tampak dengan
nyata di kota-kota, karena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
2) Masyarakat Tradisional dan Modern
Berdasarkan pola pikirnya, masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu masyarakat tradisional dan modern. Beberapa ciri masyarakat tradisional dan modern, sebagai berikut (Budiwati, 2005 : 125) :
No Aspek Masyarakat Tradisional Masyarakat Modern |
|||
1 |
Mentalitas |
Kepercayaan yang kurang realistis dan berbau magic |
Sikap rasional berdasarkan realitas |
2 |
Teknologi |
Warisan
nenek moyang yang cenderung statis |
Hasil
ilmu pengetahuan yang senantiasa berubah menuju kesempurnaan |
3 |
Pranata Ekonomi |
Hidup dari sector pertanian dan agraris |
Bertumpu pada sector industri |
4 |
Pranata Keluarga |
Peran keluarga sangat penting |
Peran keluarga melemah |
5 |
Pranata Pendidikan |
Peran
Pendidikan kurang disadari sebagai alat meningkatkan kualitas hidup |
Pendidikan memegang peranan penting dalam
peningkatan kecerdasan dan keterampilan |
6 |
Pranata Agama |
Kehidupan
beragamanya sangat kuat dan terasa dalam kehidupan sehari- hari |
Kehidupan
beragamanya kurang, lebih menitikberatkan keduniawian |
7 |
Pranata Politik |
Ada
dua kepemimpinan yaitu formal dan informal dimana pemimpin informal
pengaruhnya lebih kuat |
Pemimpin
formal mempunyai wewenang menjamin kehidupan masyarakat. Kesadaran berpolitik
menuju demokratisasi masyarakat. |