Halooo.... Semoga bermanfaat

Kamis, 30 Juli 2020

INTERAKSI SOSIAL

Pengertian Interaksi Sosial

 

Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan. Karena keterbatasan itu, manusia tidak bisa hidup sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia berinteraksi dengan manusia lain atau kelompok manusia lain. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk melakukan interaksi sosial agar kebutuhannya tercukupi.

Menurut Soekanto (2006 : 55) interaksi social merupakan hubungan-hubungan social yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia.

Sedangkan menurut Setiadi dan Kolip (2011 : 64) Interaksi social merupakan hubungan yang dinamis antara individu dan invidu, antara individu dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok dalam bentuk kerjasama,

persaingan maupun pertikaian yang tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma social yang berlaku dalam masyarakat.

 

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

 

Perkembangan teknologi informasi komunikasi dewasa ini menyebabkan hubungan social menjadi semakin cepat dan kompleks. Interaksi social tidak hanya terjadi melalui tatap muka langsung (primer), tetapi juga secara online (tatap muka tidak langsung/ skunder) melalui jaringan teknologi informasi. Oleh karena itu, Soekanto (2006 : 58-59) mengungkapkan bahwa suatu interaksi social tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

a.               Adanya kontak social, merupakan tahap pertama dari terjadinya interaksi social. Kontak social dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu :

1)  antara individu

2)  antara individu dengan satu kelompok atau sebaliknya

3)  antara satu kelompok dengan kelompok-kelompok lainnya.

b.              Adanya komunikasi, berarti bahwa seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut; kemudian diberikan umpan balik atau reaksi oleh si penerima pesan.

 

 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

 

Berlangsungnya interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati (Awaludin, A dan Tantoro, S; 2017 : 20).

1)  Imitasi, yaitu meniru tindakan orang lain dimulai sejak bayi yang terus berkembang baik bersifat positif maupun negatif. Imitasi positif, misalnya berupa sikap nilai norma atau perilaku yang baik dimana individu tersebut

berusaha untuk mempertahankan norma atau nilai yang berlaku di masyarakat.

1)  Sugesti, yaitu suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu sehingga penerima saran tanpa berpikir panjang menerima anjuran tersebut, misalnya seorang peserta didik rajin bersekolah karena anjuran guru yang menjadi idolanya. Suatu sugesti akan mudah terjadi apabila kemampuan berpikir seseorang terhambat dan keadaan pikiran yang terpecah belah. Faktor yang mempengaruhi sugesti adalah orang yang memiliki otoritas atau kewenangan dan dilakukan oleh mayoritas masyarakat atau kelompok.

2)  Identifikasi, yaitu kecenderungan atau keinginan untuk mempersamakan dirinya dengan orang lain yang berlangsung dengan sendirinya secara sadar atau sengaja karena seseorang memerlukan contoh-contoh ideal didalam kehidupannya, misalnya jika ada seseorang mempunyai tokoh idola maka orang tersebut akan berkecenderungan menyamakan dirinya dengan sang idola seperti cara bicara, sikap, dan penampilannya. Hal ini berbeda dengan imitasi, karena pada imitasi yang ditiru adalah sebagian dari tindakan sang idola, tetapi pada identifikasi hampir keseluruhan tindakan yang ditiru.

3)  Simpati, yaitu perasaan tertarik kepada orang lain, misalnya seseorang simpati terhadap orang lain karena perbuatan orang tersebut selalu positif seperti : suka menolong, mempunyai sikap solidaritas yang tinggi dan kreatif dalam berbagai bidang.

4)  Empati, yaitu perasaan yang muncul sangat mendalam dengan merasakan seperti apa yang dirasakan orang lain, misalnya perasaan ikut sedih dan seakan dirinya merasakan penderitaan akibat bencana saat berkunjung ke daerah yang terkena bencana.



5)  Motivasi, yaitu dorongan atau rangsangan yang timbul dari dalam diri seseorang (motivasi intrinsik), atau dapat muncul dari luar diri sendiri (motivasi ekstrinsik) sehingga mendorong seseorang untk berinteraksi, misalnya seorang siswa termotivasi untuk belajar karena melihat teman dekatnya selalu memperoleh nilai yang bagus dalam setiap mata pelajaran.

 

Bentuk-Bentuk Proses Sosial

 

Proses sosial terbagi menjadi dua, yaitu asosiasif dan disosiasif. Asosiasif adalah proses sosial yang terjadi mengarah kepada gerak penyatuan sehingga berpengaruh positif, sedangkan disosiasif adalah proses sosial yang terjadi mengarah pada persaingan dan konflik yang merenggangkan solidaritas dengan pihak lain sehingga berpengaruh negatif. Asosiasif dan disosiasif dapat diartikan sebagai proses interaksi sosial atau pun bentuk interaksi social. Persaingan dapat berpengaruh positif apabila proses terjadi secara sportif, tanpa merugikan pihak lain. Pengaruh positif dan negatif tersebut tergambarkan dalam proses sosial. Menurut Gillin dalam Soerjono Soekanto (2006 : 65), Setiawan dkk (2016: 90-93) dan Suntari (2005 : 7-20), proses sosial yang terjadi dapat digolongkan sebagai berikut :

a.               Proses asosiasif, meliputi bentuk :

 

1)  Kooperasi atau kerjasama, yaitu perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama dalam suatu kesepahaman, sekalipun motifnya sering dan bisa tertuju kepada kepentingan diri sendiri. Contoh interaksi sosial yang terjadi, antara lain : bargaining atau tawar menawar, kooptasi (melalui pimpinan yang ditunjuk), koalisi, dan patungan atau join venture.

2)  Akomodasi, merupakan usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Bentuk- bentuk akomodasi meliputi : coercion, compromise, arbitration, mediation, conciliation, toleration, stalemate, dan adjudication

3)  Asimilasi, yaitu : suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan- perbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan- kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Contoh bentuk interaksi sosial yang terjadi : amalgamasi, yaitu perkawinan campuran antara ras kulit putih dengan ras kulit hitam sehingga melenyapkan pertentangan antara dua pihak; orang Tiongkok yang menetap di Indonesia sehingga fasih berbahasa Indonesia.

4)  Akulturasi, yaitu proses sosial yang timbul apabila unsur kebudayaan asli dihadapkan unsur kebudayaan asing, kemudian lambat laun unsur kebudayaan asing melebur menjadi satu tanpa menghilangkan unsur kebudayaan aslinya. Contoh bentuk interaksi sosial yang terjadi : gaya berpakaian yang modis dan gaya rambut yang dicat warna-warni meniru para wisatawan asing yang datang.

b.        Proses disosiasif, meliputi bentuk :

 

1)  Persaingan atau kompetisi, dapat diartikan sebagai suatu proses social dimana individua atau kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman. Bentuk-bentuk persaingan antara lain : persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan yang tertentu dalam masyarakat, serta persaingan karena perbedaan ras.

2)  Pertentangan atau pertikaian, yaitu suatu proses social dimana individua tau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang


fihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Contoh bentuk ntangan : saling mengejek dan memprovokasi antar pendukung partai politik

3)  Konflik, yaitu proses sosial dengan menentang pihak lawan melalui cara- cara kekerasan dan ancaman karena perbedaan pendirian atau keyakinan, kepentingan, kebudayaan, dan terjadinya perubahan sosial yang cepat dimana masing-masing pihak berusaha menggagalkan tujuan masing-masing sehingga menimbulkan korban harta, kebahagian terampas, dan nyawa terenggut. Bentuk-bentuk pertentangan tersebut antara lain : konflik pribadi, konflik sosial, konflik antar kelas, konflik politik, dll.

 

Ruang Interaksi Sosial

 

Menurut Blaut dalam Affandi (2001) ruang dibedakan menjadi tiga, yaitu (a) ruang absolut merupakan wadah yang bersifat khas, fisik, dan empiris yang ditentukan berdasarkan ukuran geometris berdimensi tiga (panjang, lebar, tinggi); (b) ruang relatif merupakan ruang dimana berlangsung suatu relasi kegiatan yang terikat pada proses dan waktu dimana kata kunci yang menyertainya adalah apa dan dimana, misalnya keluarga yang merupakan kelompok social terkecil, masyarakat dan negara yang merupakan ruang interaksi social yang besar; (c) ruang relasional merupakan ruang yang berisi dan mencerminkan dirinya sendiri berhubungan dengan objek lain, misalnya interaksi manusia dengan lingkungan (alam, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan).

Ruang adalah tempat manusia untuk berinteraksi. Perbedaan kepentingan menimbulkan interaksi sosial. Manusia adalah makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia berinteraksi dengan manusia lain sehingga muncullah kelompok-kelompok social. Kelompok social adalah kesatuan manusia yang hidup bersama. Sejak dilahirkan manusia


mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya dalam suatu ruang interaksi social yang disebut masyarakat dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Berdasarkan besar kecilnya kelompok sosial, ruang interaksi social dibedakan menjadi:

1.      Ruang Interaksi Sosial pada Kelompok Sosial Kecil

 

Manusia mempunyai kepentingan yang berbeda sehingga memerlukan ruang interaksi social yang berbeda pula dalam mencapainya. Keluarga merupakan ruang interaksi sosial yang sering manusia beraktivitas di dalamnya. Manusia mempunyai kemampuan terbatas di dalam pergaulan hidup dan lain sebagainya sehingga timbullah kelompok kecil. Kelompok kecil adalah suatu kelompok yang secara teoritis terdiri dari paling sedikit dua orang, dimana orang-orang saling berhubungan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertetentu dan yang menganggap hubungan itu sendiri, penting baginya (Soekanto, 2006 : 176). Kelompok-kelompok kecil selalu timbul di dalam kerangka organisasi yang lebih besar dan lebih luas. Di dalam organisasi keagamaan seperti NU misalnya, yang merupakan kelompok besar, pasti ada kelompok kecil yang menduduki pimpinan organisasi tersebut; dan awak sebuah kapal laut juga merupakan kelompok kecil.

 2.  Ruang Interaksi Sosial pada Kelompok Sosial Besar

 

Berdasarkan tempatnya, masyarakat dibedakan menjadi masyarakat pedesaan dan perkotaan. Menurut Soekanto (2006 : 138-143) ciri-ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan sebagai berikut :

a)             Masyarakat Pedesaan

Ciri-ciri masyarakat pedesaan :

(1)  Mempunya hubungan yang lebih erat dan mendalam

(2)  System kehidupan berkelompok atas dasar kekeluargaan

(3)  Umumnya hidup dari pertanian

(4)  Pembagian kerja didasarkan atas usia

(5)  Cara Bertani masih tradisional

(6)  Orang-orang tua memegang peranan penting

(7)  Hubungan antara penguasa dan rakyat berlangsung secara tidak resmi

 b)           Masyarakat Perkotaan

Ciri-ciri masyarakat perkotaan :

(1)        kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan kehidupan agaman di desa

(2)        orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.

(3)        Pembagian kerja diantara warga kota lebih tegas dan punya batas- batas nyata

(4)        Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa

(5)        Jalan fikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi

(6)        Jalan kehidupan yang cepat di kota, mengakibatkan pentingnya factor waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu

(7)        Perubahan-perubahan social tampak dengan nyata di kota-kota, karena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

2)    Masyarakat Tradisional dan Modern

 

Berdasarkan pola pikirnya, masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu masyarakat tradisional dan modern. Beberapa ciri masyarakat tradisional dan modern, sebagai berikut (Budiwati, 2005 : 125) :


No                 Aspek                Masyarakat Tradisional        Masyarakat Modern

1

Mentalitas

Kepercayaan yang kurang

realistis dan berbau magic

Sikap rasional

berdasarkan realitas

2

Teknologi

Warisan nenek moyang yang cenderung statis

Hasil ilmu pengetahuan yang senantiasa berubah

menuju kesempurnaan

3

Pranata Ekonomi

Hidup dari sector

pertanian dan agraris

Bertumpu pada sector

industri

4

Pranata Keluarga

Peran keluarga sangat

penting

Peran keluarga melemah

5

Pranata Pendidikan

Peran Pendidikan kurang disadari sebagai alat meningkatkan kualitas

hidup

Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kecerdasan

dan keterampilan

6

Pranata Agama

Kehidupan beragamanya sangat kuat dan terasa dalam kehidupan sehari-

hari

Kehidupan beragamanya kurang, lebih menitikberatkan

keduniawian

7

Pranata Politik

Ada dua kepemimpinan yaitu formal dan informal dimana pemimpin informal pengaruhnya lebih kuat

Pemimpin formal mempunyai wewenang menjamin kehidupan masyarakat. Kesadaran berpolitik menuju demokratisasi

masyarakat.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar