BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara-negara
di wilayah Amerika latin adalah suatu
Negara yang sangat kaya dari segi sumber daya alamnya hal ini terlihat dari
keadaan wilayah geografisnya yang banyak menghasilkan sumber daya alam yang
berlimpah, dibandingkan dengan wilayah Amerika lainnya. Akan tetapi Negara
Amerika Latin ini merupakan suatu Negara yang sangat miskin terutama dari segi
sumber daya manusianya, sehingga Negara di kawasan Amerika Latin dapat
dikatakan sebagai salah satu Negara yang masih berkembang di kawasan Amerika
Latin.
Latar
belakang inilah yang menyebabkan Negara-negara di kawasan Amerika Latin
memiliki banyak masalah-masalah yang terjadi setelah sudah memperoleh
kemerdekaanya dari para Negara yang sudah menjajah mereka masing-masing. Adapun
masalah-masalah yang dialami oleh Negara-negara di kawasan Amerika Latin setelah mereka
memperoleh kemerdekaanya itu meliputi masalah politik, ekonomi, sosial serta
budaya yang cukup mengganggu perkembangan Negara-Negara di kawasan Amerika
Latin.
Adapun
Negara-Negara di kawasan Amerika Latin
yang mengalami banyak permasalahan setelah mereka memperoleh
kemerdekaanya itu adalah meliputi Kuba,
Brasil, dan Bolivia. Ketiga Negara ini banyak mengalami masalah baik dari segi
perekonomiannya ataupun dari segi keadaan politiknya yang cukup menganggu
perkembangan Negara Kuba, Brasil serta Bolivia untuk memajukan Negaranya ke
arah yang lebih baik. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan Negara-Negara di
kawasan Amerika Latin menjadi salah satu Negara yang belum begitu berkembang
secara stabil jika dibandingkan dengan Negara-Negara lainnya yang ada di
kawasan Amerika lainnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapat diambil dari pembahasan diatas antara lain adalah
sebagai berikut :
1.
Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh
Negara Kuba dan bagaimana cara mengatasinya ?
2.
Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh
Negara Brasil dan bagaimana cara mengatasinya ?
3.
Apa saja masalah yang dihadapi oleh
Negara Meksiko dan bagaimana cara mengatasinya ?
4.
Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh
Negara Bolivia dan bagaimana cara mengatasinya ?
5.
Apa saja Nilai-nilai yang dapat diambil
dari materi masalah-masalah yang dihadapi oleh Negara-negara di kawasan Amerika
Latin setelah merdeka ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan yang dapat diambil dari
antara lain meliputi :
1.
Menjelaskan segala bentuk permasalahan
yang terjadi di wilayah Kuba beserta cara-cara untuk menyelesaikannya.
2.
Menjelaskan segala bentuk permasalahan
yang terjadi di wilayah Brasil beserta segala bentuk cara-cara penyelesaiannya.
3.
Menjelaskan segala bentuk permasalahan
yang terjadi di wilayah Meksiko beserta cara untuk menyelesaikannya.
4.
Menjelaskan masalah-masalah yang
dihadapi oleh Negara Bolivia beserta cara penyelesaiannya.
D. Metode Penulisan
Makalah
ini disusun dengan menggunakan metode:
1.
Studi Pustaka
2.
Eksplorasi internet
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KUBA
1.
Kuba Masa Awal Pemerintahan Castro
Memasuki fase awal setelah tergulingnya Batista,
Castro hanya menjadi panglima tertinggi. Sementara jabatan presiden diberikan
kepada Dr. Manuel Urrutia Lleo, seorang hakim liberal yang melepaskan diri dari
pemerintahan Batista. Sedangkan cabinet dipimpin oleh Jose Miro, seorang
professor hokum. Pada 7 Januari 1959, Amerika mengakui keberadaan Kuba dibawah
pemerintahan yang baru tersebut[i].
Castro mulai bergerak melakukan pembersihan terhadap orang-orang controversial,
dengan kekuatan yang ada pada Castro dan didukung oleh pemerintahan yang
sesungguhnya tidak lepas dari kontrolnya, Castro melakukan penangkapan,
pengadilan dan penghukuman terhadap para pendukung Batista. Akibat tindakan
tersebut, Castro dikecam oleh Amerika dan Negara-negara lain. Partai komunis
Kuba yang berada di bawah Batista pun tidak diakui. Anggotanya dilarang untuk
melakukan aktifitas politik.
Pada 16 Februari 1959, setelah pengunduran diri Miro
Cardona, Fidel Castro disumpah sebagaI Perdana Menteri, jabatan sebelumnya
sebagai panglima tertinggi angkatan perang diserahkan kepada adiknya Raul
Castro. Castro mulai mengambil alih kekuasaan, pada mei 1959, Castro mendirikan
Nation Institute of Agrarian Reform yang ketuanya adalah Castro
sendiri. Waktu tanah rakyat Kuba 53 sekitar 75% dikuasai oleh orang asing,
termasuk Amerika di Guantanamo. Tanah tanah yang dimiliki asing tersebut kemudian
dijadikan milik Negara dan dibagikan kepada keluarga-keluarga yang belum
memiliki tanah. Castro juga menghapus pertanian sistem sewa, dan pemilikan
tanah oleh orang asing diawasi dengan ketat Pada 17 Juli 1959 Fidel Castro
mendesak Presiden Urutia untuk mengundurkan diri, setelah dinilai melakukan “sabotase
terhadap revolusi”. Kursi kepresidenan kemudian diberikan kepada Osvaldo
Darticos, ahli hukum [1]yang
sempat pula menjadi menteri Perundang-undangan Revolusi. Akhir tahun 1959,
setelah berbagai langkah konsolidasi ditempuh, kekuasaan atas Kuba telah
dipusatkan sepenuhnya pada Fidel Castro
2.
Tahun-tahun Kekuasaan
Pada Februari 1960, Kuba menandatangani sebuah
persetujuan untuk membeli minyak dari Uni Soviet. Ketika kilang minyak milik
Amerka Serikat di Kuba menolak untuk memproduksi minyak, kilang pun diambil
alih, dan Amerika memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintahan Castro.
Untuk melawan kebijakan-kebijakan Eisenhower tersebut, pemerintah Kuba segera
membentuk hubungan dengan Uni Soviet. Sebuah pakta pun ditandatangani Castro
dan Perdana Menteri Sovyet Nikita Khrushchev, yang memperbolehkan Kuba menerima
jumlah bantuan ekonomi dan militer yang besar dari Sovyet. Pada 1960,
Eisenhower mengurangi kuota impor gula Kuba menjadi 700.000 ton, dan sebagai
respon, Kuba pun mensosialisasi sekitar $850 juta kekayaan dan bisnis Amerika
Serikat di Kuba.
Pemerintah mengkonsolidasi kontrol atas bangsa
dengan menasionalisasi industri, mengambil alih kekayaan yang dimiliki oleh
rakyat Kuba dan yang bukan rakyat Kuba, mengolektivisasi pertanian dan membuat
kebijakan-kebijakan yang mengklaim akan menguntungkan rakyat. Berbagai
kebijakan ini mengalenisasi banyak pendukung 54 revolusi di antara kelas
menengah dan atas Kuba, yang kira- kira hal itu setengah dari rakyat Kuba.
Lebih dari satu juta rakyat Kuba kemudian bermigrasi ke Amerika Serikat,
membentuk komunitas anti-Castro yang sangat vocal di Miami, Florida. Presiden
Dwight Eisenhower memutuskan hubungan dengan Kuba pada tanggal 3 Januarai 1961.
Pada tahun 1961, rakyat Amerika melakukan kampanye besar-besaran untuk
menjatuhkan Castro dari kekuasaan, Amerika mengadakan serangan di Teluk Babi,
dengan merekrut tentara Kuba yang ada didalam pengasingan untuk menyerang pulau
tersebut.
a). Invasi Teluk Babi
Pada tahun 1961, rakyat Amerika pun melakukan
kampanye besarbesaran untuk menjatuhkan Castro dari kekuasaanya di Kuba. Pada
April 1961, mereka mengadakan serangan di Teluk Babi, dengan merekrut tentara
Kuba yang ada dalam pengasingan untuk menyerang pulau tersebut. Tanggal 15
April 1961, hari setelah Castro menggambarkan revolusinya sebagai seorang
sosialis, empat lapangan udara Kuba dibom oleh pesawat A-26.
Pengeboman ini berlangsung ditahap awal invasi teluk
babi. Rakyat Kuba yang berada dipengasingan itu didanai dan dilatih oleh CIA
yang melakukan serangan ke Kuba, namun tidak berhasil pada tanggal 17 April
1961. Serangan brigade 2506, sebuah pasukan yang berjumlah sekitar 1400 orang
Kuba dalam pengasingan yang dikomandani oleh Manuel Artime dan pemimpin operasi
CIA Grayston Lynch dan William Robertson, mendarat di bagian tenggara Havana,
tepatnya di Playa Giron, Teluk Babi.
Dipimpin oleh Erneido Oliva, kebanyakan dari pasukan
sebanyak 1200 orang membuatnya turun ke darat, namun cadangan amunisi dalam dua
kapal pendukung yang disediakan Amerika serikat, Houston dan Rio Escondido,
ditenggelamkan oleh tentara Kuba, dan Sea Fury yang digerakkan dengan
baling-baling kapal dan T-33 Jets pun hilang. Presiden Kennedy pun dipengaruhi
oleh pejabat Departemen Negara, termasuk Roy Rubottom dan asistennya William
Weiland yang terlibat dalam masalah-masalah dengan Castro sejak kerusuhan
Bogota dan juga persoalan persoalan Kuba tahun 1933 sebagai asisten Sumner
Welles.
Kennedy mengambarkan dukungan bagi invasi Teluk Babi
pada menit-menitr terakhir dengan Kennedy membatalkan beberapa bentuk
pengeboman yang bias melumpuhkan seluruh Angkatan Udara Kuba. Prembatalan juga
mencegah Angkatan Laut Amerika menunggu disepanjang pantai dari pendaratan
dalam mendukung masyarakat Kuba yang berada dalam pembuangan. Setelah tiga hari
pertempuran, sekitar 100 penyerang yang mungkin 2000 milisi, telah tewas
(kebanyakan terjebak dalam bus di jalan yang melewati rawa), sedangkan sisa
para penyerang ditangkap. Setidaknya sembilan penyerang dieksekusi secara
formal, sejumlah orang tewas karena lemas dalan truk trailer yang tidak ada
lubang anginnya.Kegagalan upaya inva si Teluk Babi sebagai pengambilan
keputusan yang buruk, khususnya bagi orang orang Amerika-Kuba sendiri,
memandang masalah ini sebagai sebuah keputusan pemerintahan Kennedy dalam upaya
menyingkirkan para pelarian Kuba yang dianggap mengganggu Amerika. CIA sendiri
dalam sebuah laporan internalnya menuduh bahwa kegagalan itu sebenarnya hanya
terletak pada ketidakkompetenan internal. CIA juga menyatakan bahwa kegagalan
itu terletak pada kekliruan analisis orang Amerika lainnya.
Apapun alasannya, yang jelas invasi itu menjadikan
castro lebih popular. Melalui peristiwa itu, Castro bahkan memperolah kekuatan
baru untuk menanamkan sentiment-sentimen nasionalistik dalam rakyatnya, dalam
rangka mencari dukungan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan ekonominya.
Dalam kegagalan Invasi Teluk Babi yang lebih menyakitkan lagi bagi Amerika,
bahwa Kuba berhasil menyandera seribu lebih tawanan Amerika, tapi justru
Amerika yang harus memasok sejumlah makanan dan obat-obatan seharga 53 juta
dolar sebagai pembayaran untuk membebasakan para tawanan. “Untuk pertama
kalinya dalam sejarah,” kata Castro, ”Imperialisme telah membayar
kerugian perang!”[ii]
Fidel Castro setelah berkuasa melakukan banyak pembenahan di lingkup
pemerintahan Kuba. Salah satu hal adalah menjadikan Kuba menjadi Negara
Sosialis, ditahun 1961, bersamaan dengan pidato May day, Castro
menyatakan bahwa Kuba resmi menganut paham sosialis. Pada tanggal 23 Maret
1962, sebuah partai politik organizaciones revolusionarias Integradas (ORI, didirikan
oleh Castro dan sekaligus sebagai sekretaris utamanya.
Pada tahun 1963, partai itu kemudian berganti nama
menjadi Partindi Unido de la revolucion Socialita (PURS) dan
oktober 1965 berubah lagi menjadi Partido Comunista de Cuba (partai
Komunis Kuba). Sejak Castro berkuasa, pada tanggal 7 Februari 1962 AS
secara progresif telah memberlakukan undang-undang yang dimaksudkan untuk
mengisolasi Kuba secara ekonomi lewat embargo AS dan langkah-langkah lainnya,
seperti menghukum warga AS yang berlibur di Kuba.
b). Krisis Misil
Kuba
Ketegangan antara Castro dan Amerika Serikat semakin
kuat selama terjadi krisis missil Kuba tahun 1962, yang membawa Amerika Serikat
dan Uni Soviet saling melakukan konfrontasi secara langsung terhadap Kuba.
Krisis Misil Kuba dimulai ketika Uni Soviet menempatkan misil-misil nuklir di
Kuba pada 1962.
Sebagai jawabannya, AS melakukan blokade di perairan
internasional. Umumnya orang percaya bahwa ini adalah saat terdekat dunia
dengan bencana nuklir. Uni Soviet mundur, setuju untuk menyingkirkan
misil-misilnya dengan imbalan janji AS untuk menyingkirkan misil-misil nuklir
serupa di Turki dan untuk tidak pernah menyerang Kuba lagi Khruschev bertemu
dengan delegasi Kuba yang dipimpin oleh Raul Castro pada bulan Juli, setelah
berkonsultasi dengan penasehat militernya. Akhirnya disetujui penyebaran Soviet
R-12 MRBM di daratan Kuba, namun Lockheed U-2 Amerika pun melakukan pengintaian
konstruksi instalasi missil pada tanggal 15 Oktober 1962 sebelum
senjata-senjata disebarkan.
Pemerintah Amerika pun memandang instalasi senjata
nuklir Uni Sovyet yang berjarak tempuh 90 mil ke selatan Key West sebagai
sebuah tindakan agrisif dan ancaman bagi keamanan Amerika, akibatnya, Amerika
Serikat mengumumkan kepada publik penemuannya pada tanggal 22 Oktober 1962, dan
melakukan karantina di sekitar Kuba yang akan secara aktif menangkap dan
mencari berbagai saluran utama ke pulau tersebut. Nikolia Sergeevich Leonov,
yang akan menjadi Jenderal dalam Direktorat Intelijen KGB, dan kepala Deputi
KGB Sovyet di Warsawa, menjadi penerjemah Castro yang digunakan untuk kontak
dengan Rusia. Dalam surat pribadinya kepada Khrushchev tertanggal 27 Oktober
1962, Castro mendesak Khrushchev untuk melancarkan serangan nuklir pertama
terhadap Amerika Serikat jika Kuba diserang Amerika, tapi Khrushchev menolak
respon serangan.
Namun, komandan lapangan Sovyet di Kuba melegalkan
penggunaan senjata nuklir taktis jika diserang Amerika. Khrushchev pun setuju
untuk menghilangkan missil jika Amerika punya komitmen untuk tidak menyerang
Kuba dan juga jika ada pemahaman bahwa Amerika akan menghilangkan MRBM Amerika
yang menargetkan serangan ke Uni Soviet lewat Turki dan Italia, sebuah ukuran
yang tidak diimplementasikan oleh America. AS tidak pernah lagi mengancam Kuba
secara terbuka, namun dapat dibilang bahwa AS terlibat dalam kegiatan-kegiatan
rahasia yang sangat terinci untuk membunuh Castro, yaitu Proyek Kuba. Castro
dan AS berduel dalam aksi-aksi Perang Dingin.
Dalam serangan teroris yang terkenal pada 1976
terhadap Cubana Penerbangan 455 di mana 73 orang meninggal, konon direncanakan
oleh lawan-lawan Castro yang didanai CIA dan beroperasi dari Venezuela. AS juga
mendukung kelompok-kelompok teroris anti-Castro di Miami dalam
serangan-serangan mereka terhadap Kuba.
Pada April 1980, lebih dari 10.000 orang Kuba
menyerbu kedutaan besar Peru di Havana untuk memperoleh perlindungan politik.
Sebagai jawaban, Castro mengizinkan siapapun yang ingin meninggalkan negara itu
untuk pergi melalui pelabuhan Mariel. Dalam penyelamatan Mariel dengan kapal,
lebih dari 125.000 orang Kuba bermigrasi ke AS. Akhirnya AS menghentikan arus
kapal-kapal itu dan Kuba menghentikan eksodus yang tidak terkendali itu. Keruntuhan
Uni Soviet pada 1991 merupakan pukulan ekonomi yang dahsyat bagi Kuba. Ini
menyebabkan exodus pencari perlindungan lainnya yang juga tidak terkendali ke
AS pada 1994, yang berhasil ditekan hingga hanya beberapa ribu setahun di bawah
perjanjian AS-Kuba. Kini arus ini tampaknya meningkat lagi, meskipun jauh lebih
lambat daripada sebelumnya.
Bertahun-tahun dibawah pemerintahan Castro, Kuba
terus tumbuh, termasuk bidang ekonominya. Ditahun 1983 pertumbuhan ekonomi Kuba
telah mencapai 5%. Dalam bidang pendidikan, Kuba yang hidup di tengah
kemiskinan akibat embargo ekonomi Amerika, masih sanggup menggratiskan seluruh
biaya pendidikan bagi rakyatnya.
B.
BRASIL
Di
negara Brazil belum pernah terjadi sebuah masalah yang dapat dikatakan sangat
besar dan sangat mempengaruhi kestabilan sosial politik di Brazil. Brazil
adalah sebuah negara anti komunis yang menjadi salah satu benteng dari Dunia
Barat pada umumnya dan Amerika Serikat pada khususnya. Adapun masalah yang
muncul di Brazil adalah:
1. Partai Komunis
Masalah :
a)
Sebelum tahun 1947,di Brazil ada Partai
Komunis yang anggotanyya berjumlah 150.000 orang (Mukmin, 1980 : 93). Hal ini membuat, Partai Komunis di Brazil ini
menjadi partai yang memiliki anggota terbesar di Amerika Latin. Keberadaan
partai ini dapat dikatakan membahayakan pemerintahan di Brazil. Hal ini
dikarenakan partai ini ingin merebut kekuasaan dengan jalan kekerasan. Partai
ini terus menerus berusaha merongrong pemerintahan.
b)
Pada tahun 1949 – 1950, Partai Komunis
setelah dibubarkan pada tahun 1947 mencoba melakukan gerakan-gerakan
revolusioner (Mukmin, 1980 : 93).
Penyelesaian :
Presiden Eurico
Gasper yang berasal dari Partai Sosial Demokrat yang pada saat itu memegang
pemerintahan memutuskan untuk membubarkan Partai Komunis di Brazil ini pada
tahun 1947 karena dianggap membahayakan. Setelah dibubarkan partai komunis ini
hanya menjadi gerakan bawah tanah. Pada tahun 1949 – 1950, Partai Komunis yang
hanya mampu menjadi gerakan bawah tanah ini mencoba melakukan gerakan-gerakan
revolusioner. Namun, berhasil diatasi dengan segera oleh pemerintah.
Dampaknya :
a)
Adanya partai yang membahayakan
pemerintahan Brazil ini mengakibatkan sedikitnya partai oposisi yang berdiri di
Brazil. Satu-satunya yang diizinkan adalah Gerakan Demokrasi Brazil (Mukmin, 1980
: 93).
b)
Selain melarang banyak partai berdiri di
Brazil, trauma akan adanya Partai Komunis di Brazil yang memiliki anggota cukup
banyak dan cukup membahayakan pemerintah ini membuat Brazil menjadi negara yang
anti komunis. Bahkan Brazil mencoba menjalin hubungan persekutuan anti komunis
dengan Bolivia dan Chili. Brazil menjadi negara yang pro barat.
2. Masalah dengan
negara-negara yang berbatasan dengan Brazil
Masalah :
Brazil
tidak memiliki garis-garis perbatasan yang jelas dengan negara-negara tetangga yang
berbatasan langsung dengannya (Mukmin, 1980 : 97). Negara-negara yang
berbatasan dengan Brazil adalah Argentina, Uruguay, Paraguay, Bolivia, Peru,
Kolombia, Venezuela, dan Guyana. Hal ini cukup menimbulkan masalah karena
Brazil tidak bisa mengawasi secara jelas adanya imigrasi dan perpindahan
penduduknya secara gelap ke wilayah-wilayah tetangga. Banyak penduduk Brazil
yang hidup di wilayah-wilayah perbatasan. Seperti di sekitar sungai Parana di
daerah Itaipu, sebanyak 37.000 orang Brazil tinggal di tempat itu. Begitu juga
dengan di antara Sungai Aluna dan Sungai Itinas, hidup 30.000 keluarga Brazil.
Hal ini membuat Bolivia dan Paraguay menjadi khawatir. Selain itu, pada tahun
1973 – 1974 Brazil sering melakukan kegiatan-kegiatan militer dan latihan-latihan
di perbatasan.
Dampak :
Ketidakjelasan
garis-garis perbatasan ini cukup menimbulkan permasalahan. Terlebih ketika
Brazil mulai mengelar latihan-latihan maupun kegiatan-kegiatan yang berbau
militer. Hal-hal seperti ini menimbulkan kekhawatiran dan kecurigaan bagi
negara-negara yang berbatasan dengan Brazil, seperti Venezuela dan Peru.
Venezuela menuduh Brazil akan menyerang negara-negara tetangganya bila mereka
menjadi komunis (Mukmin, 1980 : 96). Begitu juga dengan Peru yang menganggap
latihan-latihan militer Brazil ini sebagai perang urat syaraf karena Peru
menerima senjaata-senjata dari Uni Soviet (Mukmin, 1980 : 97).
3. Krisis energi
Masalah :
Brazil
merupakan negara yang juga mengalami krisis energi. Penggunaan energy
nasionalnya sekitar 45% dari minyak bumi, 33% dari kayu, 18,4 % dari tenaga
hydro-elektrik, dan 3,6% dari batu bara (Mukmin, 1980 : 98). Pada tahun 1974,
diperkirakan Brazil membutuhkan 900.000 barrel minyak dalam hari. Namun, negara
Brazil hanya mampu menghasilkan 180.000 barrel seharinya. Walaupun cukup banyak
ditemukan sumber-sumber minyak antara lain di wilayah lepas pantai Campos,
sebelah utara Rio de Janeiro.
Penyelesaian :
Brazil
harus mengimpor minyak sebanyak 720.000 barrel sehari. Brazil mencoba menjalin
hubugan dengan Libia dan Kuwait. Sebenarnya begitu juga ketika Brazil
mengadakan persekutuan anti komunis dengan Bolivia dan Chili. Brazil
menginginkan minyak bumi dan gas alam yang dimiliki oleh Bolivia.
Dampak :
Brazil
harus mengangg atkan banyak biaya untuk minyak. Begitu juga dalam menjalin
hubungan dengan Libia dan Kuwait. Brazil
harus rela menanggung beberapa konsekuensi politik (Mukmin, 1980 : 98)
4. Masalah tanah
Masalah :
Pada
masa pemerintahan Medici terjadi persengketaan dengan orang-orang Indian. Hal
ini menyangkut tanah-tanh yang ditinggali oleh orang-orang Indian. Pemerintahan
Medici berniat membangun jalan raya melintasi daerah Sangradouro dan Sao
Marcos. Kedua daerah ini merupakan daerah yang subur. Tentu saja orang-orang
Indian menentang rencana ini. Orang-orang Indian suku Xavente menuntut hak-hak
tradisional mereka atas tanah ini (Mukmin, 1980 : 99).
Dampak :
Orang-orang
Indian yang merasa haknya diambil ini pun menantang pemerintah untuk bertempur
secara fisik. Hal ini membuat hubugangan antara pemerintah dengan suku Indian
menjadi tidak begitu baik.
C. MEKSIKO
Pada
tahun 1976 terjadi pergantian pemimpin di Meksiko, yaitu Presiden Luis
Echeverria digantikan oleh Presiden Jose Lopez Portillo. Jose Lopez Partillo
merupakan seorang ahli hukum dari Partindo
Revolucionario Institucional.
Selama
memerintah Portillo kebijakaannya dalam pemerintahannya sangat berbeda dengan
presiden sebelumnya. Portillo selama pemerintahannya lebih bersifat introvert
dari pada extrover, kurang chauvinistik, lebih menitikberatkan pada bidang
ekonomi, lebih realitis dalam diplomasi atau “low poature”, lebih moderat dan kurang ambisius.
Dalam
bidang Politik dalam negeri, pada tahun 1978 Portillo mensyahkan berdirinya
tiga parti baru salah satunya partai komunis yang telah memberikan 100 kursi
bagi golongan oposisi dalam parlemen. Dengan demikian telah membuktikan bahwa
dia telah memberikan angin peluang besar bagi demokratisasi di dalam
kehidupan politik dalam negeri.
Dalam
bidang ekonomi portillo harus banyak memperbaiki perekonomian
dan keuangan yang mengalami kemunduran selama pemerintahan sebelumnya,
yaitu dengan mengurangi
pengeluaran-pengeluaran rutin,
memberantas korupsi, mengurangi inflasi yang berkisar 22-25% dalam tahun 1979
dan memperbaiki di sektor investasi modal swasta.
Untuk
memperbaiki keadaan ekonomi tersebut mendapat bantuan yang cukup besar dari
ladang-landang minyak di bagian selatan Meksiko, yaitu Tabasco dan Chiapas.
Dalam tahun 1978 Meksiko dapat menghasilkan 1,4 juta barrel minyak bumi
perharinya dari jumlah 1 barrel digunakan untuk keperluan dalam negeri dan
selebihnya di ekspor. Pada tahun
1980 Meksiko mampu menaikkan produksinya sampai 2,25juta barrel per hari. Pada
tahun 1985 direncakan untuk memproduksi 2,2 juta barrel per hari hal ini
mempunyai kedudukan yang setaraf dengan Iran dan Kuwait.
Meksiko tidak ikut OPEC itu disebabkan karena alasan
ekonomis yaitu Meksiko dapat leluasa/bebas daripada kekuatan-kekuatan pasaran
minyak yang umumnya didominasi oleh negara-negara Arab dan Timur Tengah. Alasan politis adalah
agar Meksiko yang sejak semula tidak ingin terikat negara-negara non aligned
dan menamakan dirinya masuk di dunia ketiga, sehingga dengan leluasa bebas
dalam menjalankan diplomasinya, dan bebas dari tekanan-tekanan negara-negara
Arab dan Timur Tengah.
Hal ini tersebut juga didukung karena pengalaman Iran,
suatu negara yang kaya dengan minyak, namun kekayaan tersebut tidak
dimanfaatkan sebagai unsur stabilisasi
politik di dalam negeri, sehingga mendorong Meksiko untuk tetap berhati-hati
dalam masalah tersebut. Pandangan Meksiko terhadap kekayaan minyaknya cenderung
untuk tidak menguras kekayaan nasional dengan pandangan jauh ke depan, yaitu
demi pengalaman hari depan untuk kehidupan generasi berikutnya.
Petrodolar tidak selalu membawa kesejahteraan rakyat, apabila tidak disertai
dengan pembangunan dibidang sosial budaya dan politik. Dilihat dari segi
ekonomipun masuknya petrodolar belum merupakan indikator akan kesejahteraan
rakyat, apabila pembagian dari ”kuwin nasional itu tidak merata di kalangan rakyat.
Di bidang politik luar negeri, hubungan Meksiko-Amerika
Serikat lebih ditingkatkan setelah kunjungan Lopez Portillo ke Amerika Serikat antara tanggal 13-17
Februari 1977. Bahkan Meksiko menunjukkan kesediaanya untuk menjadi perantara
memperbaiki hubungan Amerika Serikat dengan Kuba, Panama, dan negara-negara Amerika Latin lainnya. Pada
tanggal 20-22 Januari 1978 wakil Presiden Walter F. Mondale dari Amerika
Serikat mengunjungi Meksiko dengan misi pokok
untuk membeli minyak bumi Meksiko dan juga untuk memecahkan masalah braceros (pekerja musiman). Hubungan
dengan negara-negara Barat seperti Kananda dan negara-negara Eropa Barat makin
dipererat untuk memperbaiki citra Meksiko pada pemerintah sebelumnya yang
dipandang oleh negara-negara Barat sebagai negara yang cenderunf ke Blok
Sosialis.
Hubungan dengan Meksiko-Spanyol yang sudah terputus
selama 40 tahun dirintis kembali dengan kunjungan PM Spanyol Adolfo Suarez ke
Meksiko pada tahun 1977, kemudian disusul dengan kunjungan Presiden Lopez
Portillo ke Spanyol pada tahun yang sama. Hubungan dengan negara-negara
Amerika Latin lainnya ditingkatkan, kecuali Chili Pinochet.
Kunjungan Sri Paus
Paulus ke dua ke Meksiko pada tahun 1979 lebih mematangkan usaha pendekatan
antara Meksiko dan Vatikan yang terputus sejak lama dari tahun 1856. Dalam
kunjungan Presiden L. Echeverria ke Roma
dalam tahun 1974 dinyatakan bahwwa
kunjungan ini tidak merupakan langkah awal kerah pengakuan dan hubungan
diplomatik, tetapi hanya sebagai kunjugan keagamaan., yaitu untuk membuka konferensi ketiga para Uskup Amerika Latin
saja. Pada waktu datang ke Meksiko Sri Paus disambut sendiri oleh Presiden
Lopez Portillo. Kedatangan Sri Paus menimbulkan masalah baru dalam Mesiko
seperti dikatakan oleh anggota parlemen Enrique Ramirez dengan mencaci maki
Portillo yang telah ”menginjak-injak konstitusi dengan menerima orang berjubah
dan membiarkan rohaniah Meksiko berjubah lagi di tempat umum.
- BOLIVIA
Negara Bolivia
adalah salah satu Negara yang ada di
kawasan Amerika Latin yang kaya akan sumber daya alamnya, akan tetapi hal ini
tidak dapat diimbangi dengan sumber daya manusianya. Hal ini dapat dilihat dari
proses perkembangan Negara Bolivia, terutama dari segi bidang ekonominya,
dimana Negara Bolivia merupakan salah satu negara yang berpenghasilan per
kapita nomor dua paling rendah di dunia. Adapun masalah-masalah yang dihadapi
oleh Negara Bolivia setelah merdeka itu antara lain adalah :
Masalahnya :
Ø Dalam bidang politik
Dalam bidang
politik terjadinya konflik antara Negara Bolivia dengan Negara Brasil mengenai
wilayah perbatasan serta batas-batas wilayah teritorial antara kedua Negara
(baik itu Bolivia dan Brasil).
Ø Dampaknya :
Munculnya konflik
antara Negara Bolivia dengan Negara Brazil yang disebabkan karena masalah batas-batas
wilayah teritorial serta mengenai wilayah perbatasan antara Negara Bolivia dan
Negara Brasil.
Ø Penyelesaiannya :
Untuk mengatasi
konflik ini kedua pihak yang bersengketa baik itu Negara Bolivia dan Negara Brazil
melakukan suatu perundingan (diplomasi), yang pada akhirnya menghasilkan suatu
perjanjian yaitu Perjanjian Petropolis pada bulan November 1903.
Ø Masalahnya :
Adanya konflik antara Negara Bolivia dengan Negara
Paraguay mengenai wilayah perbatasan serta batas-batas wilayah teritorial
antara kedua Negara (baik itu Bolivia dan Paraguay).
Ø Dampaknya :
Munculnya Perang Chaco pada tahun 1932-1935 antara Negara
Bolivia dengan Negara Paraguay, karena masalah wilayah perbatasan itu sendiri.
Ø Penyelesaiannya :
Untuk mengatasi
konflik ini kedua pihak yang bersengketa baik itu Negara Bolivia dan Negara
Paraguay melakukan suatu perundingan (diplomasi), yang pada akhirnya
menghasilkan suatu perjanjian yaitu Perjanjian Perdamaian Dan Persahabatan pada
tanggal 9 juli 1938 yang diadakan di Buenos Aires.
BAB
III
NILAI-NILAI
Adapun
nilai-nilai yang dapat diambil dari
materi tentang
masalah-masalah yang dihadapi oleh
Negara-Negara di kawasan Amerika Latin setelah kemerdekaanya itu sendiri antara
lain :
Ø Nilai
semangat juang yang tinggi
Nilai
semangat juang yang tinggi ini dapat dilihat dari cara-cara yang dilakukan oleh
Negara-Negara di kawasan Amerika Latin seperti Negara Brazil, Kuba, Meksiko
serta Bolivia dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam bidang politik dan
ekonomi setelah tiap-tiap Negara tersebut memperoleh kemerdekaanya.
Ø Nilai
kerja sama yang tinggi
Nilai
kerja sama yang tinggi ini dapat dilihat dari adanya kerja sama antara
masing-masing Negara yang ada di kawasan Amerika Latin untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi itu secara berdiplomasi antara satu dengan yang
lainnya.
Ø Nilai
tanggung jawab yang tinggi
Nilai
tanggung jawab yang tinggi ini dapat dilihat dari cara para pemimpin yang ada
di masing-masing Negara di kawasan Amerika Latin yang sedang mengalami masalah,
untuk menyelesaikan tiap-tiap masalah yang ada dalam Negara mereka
masing-masing dengan penuh tanggung jawab.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Negara-negara
di wilayah Amerika latin adalah suatu
Negara yang sangat kaya dari segi sumber daya alamnya hal ini terlihat dari
keadaan wilayah geografisnya yang banyak menghasilkan sumber daya alam yang
berlimpah, dibandingkan dengan wilayah Amerika lainnya. Akan tetapi Negara
Amerika Latin ini merupakan suatu Negara yang sangat miskin terutama dari segi
sumber daya manusianya, sehingga Negara di kawasan Amerika Latin dapat
dikatakan sebagai salah satu Negara yang masih berkembang di kawasan Amerika
Latin.
Latar
belakang inilah yang menyebabkan Negara-negara di kawasan Amerika Latin
memiliki banyak masalah-masalah yang terjadi setelah sudah memperoleh kemerdekaanya
dari para Negara yang sudah menjajah mereka masing-masing. Adapun
masalah-masalah yang dialami oleh Negara-negara di kawasan Amerika Latin setelah mereka
memperoleh kemerdekaanya itu meliputi masalah politik, ekonomi, sosial serta
budaya yang cukup mengganggu perkembangan Negara-Negara di kawasan Amerika
Latin.
Adapun
Negara-Negara di kawasan Amerika Latin
yang mengalami banyak permasalahan setelah mereka memperoleh
kemerdekaanya itu adalah meliputi Kuba,
Brasil, dan Bolivia. Ketiga Negara ini banyak mengalami masalah baik dari segi
perekonomiannya ataupun dari segi keadaan politiknya yang cukup menganggu perkembangan
Negara Kuba, Brazil serta Bolivia untuk memajukan Negaranya ke arah yang lebih
baik. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan Negara-Negara di kawasan Amerika
Latin menjadi salah satu Negara yang belum begitu berkembang secara stabil jika
dibandingkan dengan Negara-Negara lainnya yang ada di kawasan Amerika lainnya.
Adapun
bentuk-bentuk permasalahan yang terjadi di Negara-Negara Amerika Latin itu
sendiri contohnya seperti Negara Brazil yang mengalami masalah krisis energi
dimana Negara Brazil itu sendiri Brazil merupakan negara yang juga mengalami
krisis energi. Penggunaan energy nasionalnya sekitar 45% dari minyak bumi, 33%
dari kayu, 18,4 % dari tenaga hydro-elektrik, dan 3,6% dari batu bara (Mukmin,
1980 : 98). Pada tahun 1974, diperkirakan Brazil membutuhkan 900.000 barrel
minyak dalam hari. Namun, negara Brazil hanya mampu menghasilkan 180.000 barrel
seharinya. Walaupun cukup banyak ditemukan sumber-sumber minyak antara lain di
wilayah lepas pantai Campos, sebelah utara Rio de Janeiro.
Adapun
cara untuk menyelesaikan masalah ini Negara Brazil harus mengimpor minyak
sebanyak 720.000 barrel sehari, yang mengakibatkan Negara Brazil harus menjalin
hubungan dengan Negara-Negara di kawasan Timur Tengah seperti Negara Kuwait.
Permasalahan
yang dialami oleh Negara Brazil itu hanya salah satu contoh permasalahan yang
terjadi di wilayah Amerika Latin, masih banyak permasalahan yang lainnya. Akan
tetapi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa permasalahan yang dialami oleh
Negara-Negara Amerika Latin yang baru saja merdeka itu sebagian besarnya adalah
permasalahan yang berkaitan dengan bidang politik serta ekonomi.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat Mukmini, 1981, Pergolakan Di Amerika Latin
Dalam Dasawarsa Ini, Jakarta, Ghaliza Indonesia.
http//id.wikipedia.Org/wiki/Negara_Bolivia
http//id.wikipedia.Org/wiki/Negara_Kuba
http//id.wikipedia.Org/wiki/Negara_
Amerika Latin
http//id.wikipedia.Org/wiki/Negara_Brazil
http//id.wikipedia.Org/wiki/Negara_Meksiko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar