Halooo.... Semoga bermanfaat

Jumat, 18 Maret 2016

Makalah Amerika Latin - MASALAH-MASALAH YANG DI HADAPI OLEH NEGARA-NEGARA DI AMERIKA LATIN SETELAH MERDEKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Negara-negara di wilayah Amerika latin  adalah suatu Negara yang sangat kaya dari segi sumber daya alamnya hal ini terlihat dari keadaan wilayah geografisnya yang banyak menghasilkan sumber daya alam yang berlimpah, dibandingkan dengan wilayah Amerika lainnya. Akan tetapi Negara Amerika Latin ini merupakan suatu Negara yang sangat miskin terutama dari segi sumber daya manusianya, sehingga Negara di kawasan Amerika Latin dapat dikatakan sebagai salah satu Negara yang masih berkembang di kawasan Amerika Latin.
Latar belakang inilah yang menyebabkan Negara-negara di kawasan Amerika Latin memiliki banyak masalah-masalah yang terjadi setelah sudah memperoleh kemerdekaanya dari para Negara yang sudah menjajah mereka masing-masing. Adapun masalah-masalah yang dialami oleh Negara-negara di  kawasan Amerika Latin setelah mereka memperoleh kemerdekaanya itu meliputi masalah politik, ekonomi, sosial serta budaya yang cukup mengganggu perkembangan Negara-Negara di kawasan Amerika Latin. 
Adapun Negara-Negara di kawasan Amerika Latin  yang mengalami banyak permasalahan setelah mereka memperoleh kemerdekaanya itu adalah meliputi  Kuba, Brasil, dan Bolivia. Ketiga Negara ini banyak mengalami masalah baik dari segi perekonomiannya ataupun dari segi keadaan politiknya yang cukup menganggu perkembangan Negara Kuba, Brasil serta Bolivia untuk memajukan Negaranya ke arah yang lebih baik. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan Negara-Negara di kawasan Amerika Latin menjadi salah satu Negara yang belum begitu berkembang secara stabil jika dibandingkan dengan Negara-Negara lainnya yang ada di kawasan Amerika lainnya.


B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari pembahasan diatas antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh Negara Kuba dan bagaimana cara mengatasinya ?
2.      Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh Negara Brasil dan bagaimana cara mengatasinya ?
3.      Apa saja masalah yang dihadapi oleh Negara Meksiko dan bagaimana cara mengatasinya ?
4.      Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh Negara Bolivia dan bagaimana cara mengatasinya ?
5.      Apa saja Nilai-nilai yang dapat diambil dari materi masalah-masalah yang dihadapi oleh Negara-negara di kawasan Amerika Latin setelah merdeka ?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang dapat diambil dari  antara lain meliputi :
1.      Menjelaskan segala bentuk permasalahan yang terjadi di wilayah Kuba beserta cara-cara untuk menyelesaikannya.
2.      Menjelaskan segala bentuk permasalahan yang terjadi di wilayah Brasil beserta segala bentuk cara-cara penyelesaiannya.
3.      Menjelaskan segala bentuk permasalahan yang terjadi di wilayah Meksiko beserta cara untuk menyelesaikannya.
4.      Menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi oleh Negara Bolivia beserta cara penyelesaiannya.





D.    Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode:
1.      Studi Pustaka
2.      Eksplorasi internet

















BAB II
PEMBAHASAN
A. KUBA
1. Kuba Masa Awal Pemerintahan Castro
Memasuki fase awal setelah tergulingnya Batista, Castro hanya menjadi panglima tertinggi. Sementara jabatan presiden diberikan kepada Dr. Manuel Urrutia Lleo, seorang hakim liberal yang melepaskan diri dari pemerintahan Batista. Sedangkan cabinet dipimpin oleh Jose Miro, seorang professor hokum. Pada 7 Januari 1959, Amerika mengakui keberadaan Kuba dibawah pemerintahan yang baru tersebut[i]. Castro mulai bergerak melakukan pembersihan terhadap orang-orang controversial, dengan kekuatan yang ada pada Castro dan didukung oleh pemerintahan yang sesungguhnya tidak lepas dari kontrolnya, Castro melakukan penangkapan, pengadilan dan penghukuman terhadap para pendukung Batista. Akibat tindakan tersebut, Castro dikecam oleh Amerika dan Negara-negara lain. Partai komunis Kuba yang berada di bawah Batista pun tidak diakui. Anggotanya dilarang untuk melakukan aktifitas politik.
Pada 16 Februari 1959, setelah pengunduran diri Miro Cardona, Fidel Castro disumpah sebagaI Perdana Menteri, jabatan sebelumnya sebagai panglima tertinggi angkatan perang diserahkan kepada adiknya Raul Castro. Castro mulai mengambil alih kekuasaan, pada mei 1959, Castro mendirikan Nation Institute of Agrarian Reform yang ketuanya adalah Castro sendiri. Waktu tanah rakyat Kuba 53 sekitar 75% dikuasai oleh orang asing, termasuk Amerika di Guantanamo. Tanah tanah yang dimiliki asing tersebut kemudian dijadikan milik Negara dan dibagikan kepada keluarga-keluarga yang belum memiliki tanah. Castro juga menghapus pertanian sistem sewa, dan pemilikan tanah oleh orang asing diawasi dengan ketat Pada 17 Juli 1959 Fidel Castro mendesak Presiden Urutia untuk mengundurkan diri, setelah dinilai melakukan “sabotase terhadap revolusi”. Kursi kepresidenan kemudian diberikan kepada Osvaldo Darticos, ahli hukum [1]yang sempat pula menjadi menteri Perundang-undangan Revolusi. Akhir tahun 1959, setelah berbagai langkah konsolidasi ditempuh, kekuasaan atas Kuba telah dipusatkan sepenuhnya pada Fidel Castro
2. Tahun-tahun Kekuasaan
Pada Februari 1960, Kuba menandatangani sebuah persetujuan untuk membeli minyak dari Uni Soviet. Ketika kilang minyak milik Amerka Serikat di Kuba menolak untuk memproduksi minyak, kilang pun diambil alih, dan Amerika memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintahan Castro. Untuk melawan kebijakan-kebijakan Eisenhower tersebut, pemerintah Kuba segera membentuk hubungan dengan Uni Soviet. Sebuah pakta pun ditandatangani Castro dan Perdana Menteri Sovyet Nikita Khrushchev, yang memperbolehkan Kuba menerima jumlah bantuan ekonomi dan militer yang besar dari Sovyet. Pada 1960, Eisenhower mengurangi kuota impor gula Kuba menjadi 700.000 ton, dan sebagai respon, Kuba pun mensosialisasi sekitar $850 juta kekayaan dan bisnis Amerika Serikat di Kuba.
Pemerintah mengkonsolidasi kontrol atas bangsa dengan menasionalisasi industri, mengambil alih kekayaan yang dimiliki oleh rakyat Kuba dan yang bukan rakyat Kuba, mengolektivisasi pertanian dan membuat kebijakan-kebijakan yang mengklaim akan menguntungkan rakyat. Berbagai kebijakan ini mengalenisasi banyak pendukung 54 revolusi di antara kelas menengah dan atas Kuba, yang kira- kira hal itu setengah dari rakyat Kuba. Lebih dari satu juta rakyat Kuba kemudian bermigrasi ke Amerika Serikat, membentuk komunitas anti-Castro yang sangat vocal di Miami, Florida. Presiden Dwight Eisenhower memutuskan hubungan dengan Kuba pada tanggal 3 Januarai 1961. Pada tahun 1961, rakyat Amerika melakukan kampanye besar-besaran untuk menjatuhkan Castro dari kekuasaan, Amerika mengadakan serangan di Teluk Babi, dengan merekrut tentara Kuba yang ada didalam pengasingan untuk menyerang pulau tersebut.

a). Invasi Teluk Babi
Pada tahun 1961, rakyat Amerika pun melakukan kampanye besarbesaran untuk menjatuhkan Castro dari kekuasaanya di Kuba. Pada April 1961, mereka mengadakan serangan di Teluk Babi, dengan merekrut tentara Kuba yang ada dalam pengasingan untuk menyerang pulau tersebut. Tanggal 15 April 1961, hari setelah Castro menggambarkan revolusinya sebagai seorang sosialis, empat lapangan udara Kuba dibom oleh pesawat A-26.
Pengeboman ini berlangsung ditahap awal invasi teluk babi. Rakyat Kuba yang berada dipengasingan itu didanai dan dilatih oleh CIA yang melakukan serangan ke Kuba, namun tidak berhasil pada tanggal 17 April 1961. Serangan brigade 2506, sebuah pasukan yang berjumlah sekitar 1400 orang Kuba dalam pengasingan yang dikomandani oleh Manuel Artime dan pemimpin operasi CIA Grayston Lynch dan William Robertson, mendarat di bagian tenggara Havana, tepatnya di Playa Giron, Teluk Babi.
Dipimpin oleh Erneido Oliva, kebanyakan dari pasukan sebanyak 1200 orang membuatnya turun ke darat, namun cadangan amunisi dalam dua kapal pendukung yang disediakan Amerika serikat, Houston dan Rio Escondido, ditenggelamkan oleh tentara Kuba, dan Sea Fury yang digerakkan dengan baling-baling kapal dan T-33 Jets pun hilang. Presiden Kennedy pun dipengaruhi oleh pejabat Departemen Negara, termasuk Roy Rubottom dan asistennya William Weiland yang terlibat dalam masalah-masalah dengan Castro sejak kerusuhan Bogota dan juga persoalan persoalan Kuba tahun 1933 sebagai asisten Sumner Welles.
Kennedy mengambarkan dukungan bagi invasi Teluk Babi pada menit-menitr terakhir dengan Kennedy membatalkan beberapa bentuk pengeboman yang bias melumpuhkan seluruh Angkatan Udara Kuba. Prembatalan juga mencegah Angkatan Laut Amerika menunggu disepanjang pantai dari pendaratan dalam mendukung masyarakat Kuba yang berada dalam pembuangan. Setelah tiga hari pertempuran, sekitar 100 penyerang yang mungkin 2000 milisi, telah tewas (kebanyakan terjebak dalam bus di jalan yang melewati rawa), sedangkan sisa para penyerang ditangkap. Setidaknya sembilan penyerang dieksekusi secara formal, sejumlah orang tewas karena lemas dalan truk trailer yang tidak ada lubang anginnya.Kegagalan upaya inva si Teluk Babi sebagai pengambilan keputusan yang buruk, khususnya bagi orang orang Amerika-Kuba sendiri, memandang masalah ini sebagai sebuah keputusan pemerintahan Kennedy dalam upaya menyingkirkan para pelarian Kuba yang dianggap mengganggu Amerika. CIA sendiri dalam sebuah laporan internalnya menuduh bahwa kegagalan itu sebenarnya hanya terletak pada ketidakkompetenan internal. CIA juga menyatakan bahwa kegagalan itu terletak pada kekliruan analisis orang Amerika lainnya.
Apapun alasannya, yang jelas invasi itu menjadikan castro lebih popular. Melalui peristiwa itu, Castro bahkan memperolah kekuatan baru untuk menanamkan sentiment-sentimen nasionalistik dalam rakyatnya, dalam rangka mencari dukungan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan ekonominya. Dalam kegagalan Invasi Teluk Babi yang lebih menyakitkan lagi bagi Amerika, bahwa Kuba berhasil menyandera seribu lebih tawanan Amerika, tapi justru Amerika yang harus memasok sejumlah makanan dan obat-obatan seharga 53 juta dolar sebagai pembayaran untuk membebasakan para tawanan. “Untuk pertama kalinya dalam sejarah,” kata Castro, ”Imperialisme telah membayar kerugian perang!”[ii] Fidel Castro setelah berkuasa melakukan banyak pembenahan di lingkup pemerintahan Kuba. Salah satu hal adalah menjadikan Kuba menjadi Negara Sosialis, ditahun 1961, bersamaan dengan pidato May day, Castro menyatakan bahwa Kuba resmi menganut paham sosialis. Pada tanggal 23 Maret 1962, sebuah partai politik organizaciones revolusionarias Integradas (ORI, didirikan oleh Castro dan sekaligus sebagai sekretaris utamanya.
Pada tahun 1963, partai itu kemudian berganti nama menjadi Partindi Unido de la revolucion Socialita (PURS) dan oktober 1965 berubah lagi menjadi Partido Comunista de Cuba (partai Komunis Kuba). Sejak Castro berkuasa, pada tanggal 7 Februari 1962 AS secara progresif telah memberlakukan undang-undang yang dimaksudkan untuk mengisolasi Kuba secara ekonomi lewat embargo AS dan langkah-langkah lainnya, seperti menghukum warga AS yang berlibur di Kuba.

b). Krisis Misil Kuba        
Ketegangan antara Castro dan Amerika Serikat semakin kuat selama terjadi krisis missil Kuba tahun 1962, yang membawa Amerika Serikat dan Uni Soviet saling melakukan konfrontasi secara langsung terhadap Kuba. Krisis Misil Kuba dimulai ketika Uni Soviet menempatkan misil-misil nuklir di Kuba pada 1962.
Sebagai jawabannya, AS melakukan blokade di perairan internasional. Umumnya orang percaya bahwa ini adalah saat terdekat dunia dengan bencana nuklir. Uni Soviet mundur, setuju untuk menyingkirkan misil-misilnya dengan imbalan janji AS untuk menyingkirkan misil-misil nuklir serupa di Turki dan untuk tidak pernah menyerang Kuba lagi Khruschev bertemu dengan delegasi Kuba yang dipimpin oleh Raul Castro pada bulan Juli, setelah berkonsultasi dengan penasehat militernya. Akhirnya disetujui penyebaran Soviet R-12 MRBM di daratan Kuba, namun Lockheed U-2 Amerika pun melakukan pengintaian konstruksi instalasi missil pada tanggal 15 Oktober 1962 sebelum senjata-senjata disebarkan.
Pemerintah Amerika pun memandang instalasi senjata nuklir Uni Sovyet yang berjarak tempuh 90 mil ke selatan Key West sebagai sebuah tindakan agrisif dan ancaman bagi keamanan Amerika, akibatnya, Amerika Serikat mengumumkan kepada publik penemuannya pada tanggal 22 Oktober 1962, dan melakukan karantina di sekitar Kuba yang akan secara aktif menangkap dan mencari berbagai saluran utama ke pulau tersebut. Nikolia Sergeevich Leonov, yang akan menjadi Jenderal dalam Direktorat Intelijen KGB, dan kepala Deputi KGB Sovyet di Warsawa, menjadi penerjemah Castro yang digunakan untuk kontak dengan Rusia. Dalam surat pribadinya kepada Khrushchev tertanggal 27 Oktober 1962, Castro mendesak Khrushchev untuk melancarkan serangan nuklir pertama terhadap Amerika Serikat jika Kuba diserang Amerika, tapi Khrushchev menolak respon serangan.
Namun, komandan lapangan Sovyet di Kuba melegalkan penggunaan senjata nuklir taktis jika diserang Amerika. Khrushchev pun setuju untuk menghilangkan missil jika Amerika punya komitmen untuk tidak menyerang Kuba dan juga jika ada pemahaman bahwa Amerika akan menghilangkan MRBM Amerika yang menargetkan serangan ke Uni Soviet lewat Turki dan Italia, sebuah ukuran yang tidak diimplementasikan oleh America. AS tidak pernah lagi mengancam Kuba secara terbuka, namun dapat dibilang bahwa AS terlibat dalam kegiatan-kegiatan rahasia yang sangat terinci untuk membunuh Castro, yaitu Proyek Kuba. Castro dan AS berduel dalam aksi-aksi Perang Dingin.
Dalam serangan teroris yang terkenal pada 1976 terhadap Cubana Penerbangan 455 di mana 73 orang meninggal, konon direncanakan oleh lawan-lawan Castro yang didanai CIA dan beroperasi dari Venezuela. AS juga mendukung kelompok-kelompok teroris anti-Castro di Miami dalam serangan-serangan mereka terhadap Kuba.
Pada April 1980, lebih dari 10.000 orang Kuba menyerbu kedutaan besar Peru di Havana untuk memperoleh perlindungan politik. Sebagai jawaban, Castro mengizinkan siapapun yang ingin meninggalkan negara itu untuk pergi melalui pelabuhan Mariel. Dalam penyelamatan Mariel dengan kapal, lebih dari 125.000 orang Kuba bermigrasi ke AS. Akhirnya AS menghentikan arus kapal-kapal itu dan Kuba menghentikan eksodus yang tidak terkendali itu. Keruntuhan Uni Soviet pada 1991 merupakan pukulan ekonomi yang dahsyat bagi Kuba. Ini menyebabkan exodus pencari perlindungan lainnya yang juga tidak terkendali ke AS pada 1994, yang berhasil ditekan hingga hanya beberapa ribu setahun di bawah perjanjian AS-Kuba. Kini arus ini tampaknya meningkat lagi, meskipun jauh lebih lambat daripada sebelumnya.
Bertahun-tahun dibawah pemerintahan Castro, Kuba terus tumbuh, termasuk bidang ekonominya. Ditahun 1983 pertumbuhan ekonomi Kuba telah mencapai 5%. Dalam bidang pendidikan, Kuba yang hidup di tengah kemiskinan akibat embargo ekonomi Amerika, masih sanggup menggratiskan seluruh biaya pendidikan bagi rakyatnya.

B. BRASIL

       Di negara Brazil belum pernah terjadi sebuah masalah yang dapat dikatakan sangat besar dan sangat mempengaruhi kestabilan sosial politik di Brazil. Brazil adalah sebuah negara anti komunis yang menjadi salah satu benteng dari Dunia Barat pada umumnya dan Amerika Serikat pada khususnya. Adapun masalah yang muncul di Brazil adalah:

1.    Partai Komunis
Masalah :
a)    Sebelum tahun 1947,di Brazil ada Partai Komunis yang anggotanyya berjumlah 150.000 orang (Mukmin, 1980 : 93). Hal ini membuat, Partai Komunis di Brazil ini menjadi partai yang memiliki anggota terbesar di Amerika Latin. Keberadaan partai ini dapat dikatakan membahayakan pemerintahan di Brazil. Hal ini dikarenakan partai ini ingin merebut kekuasaan dengan jalan kekerasan. Partai ini terus menerus berusaha merongrong pemerintahan. 
b)   Pada tahun 1949 – 1950, Partai Komunis setelah dibubarkan pada tahun 1947 mencoba melakukan gerakan-gerakan revolusioner (Mukmin, 1980 : 93).

Penyelesaian :
Presiden Eurico Gasper yang berasal dari Partai Sosial Demokrat yang pada saat itu memegang pemerintahan memutuskan untuk membubarkan Partai Komunis di Brazil ini pada tahun 1947 karena dianggap membahayakan. Setelah dibubarkan partai komunis ini hanya menjadi gerakan bawah tanah. Pada tahun 1949 – 1950, Partai Komunis yang hanya mampu menjadi gerakan bawah tanah ini mencoba melakukan gerakan-gerakan revolusioner. Namun, berhasil diatasi dengan segera oleh pemerintah. 
Dampaknya :
a)    Adanya partai yang membahayakan pemerintahan Brazil ini mengakibatkan sedikitnya partai oposisi yang berdiri di Brazil. Satu-satunya yang diizinkan adalah Gerakan Demokrasi Brazil (Mukmin, 1980 : 93).
b)   Selain melarang banyak partai berdiri di Brazil, trauma akan adanya Partai Komunis di Brazil yang memiliki anggota cukup banyak dan cukup membahayakan pemerintah ini membuat Brazil menjadi negara yang anti komunis. Bahkan Brazil mencoba menjalin hubungan persekutuan anti komunis dengan Bolivia dan Chili. Brazil menjadi negara yang pro barat.

2.    Masalah dengan negara-negara yang berbatasan dengan Brazil
Masalah :
Brazil tidak memiliki garis-garis perbatasan yang jelas dengan negara-negara tetangga yang berbatasan langsung dengannya (Mukmin, 1980 : 97). Negara-negara yang berbatasan dengan Brazil adalah Argentina, Uruguay, Paraguay, Bolivia, Peru, Kolombia, Venezuela, dan Guyana. Hal ini cukup menimbulkan masalah karena Brazil tidak bisa mengawasi secara jelas adanya imigrasi dan perpindahan penduduknya secara gelap ke wilayah-wilayah tetangga. Banyak penduduk Brazil yang hidup di wilayah-wilayah perbatasan. Seperti di sekitar sungai Parana di daerah Itaipu, sebanyak 37.000 orang Brazil tinggal di tempat itu. Begitu juga dengan di antara Sungai Aluna dan Sungai Itinas, hidup 30.000 keluarga Brazil. Hal ini membuat Bolivia dan Paraguay menjadi khawatir. Selain itu, pada tahun 1973 – 1974 Brazil sering melakukan kegiatan-kegiatan militer dan latihan-latihan di perbatasan.

Dampak :
Ketidakjelasan garis-garis perbatasan ini cukup menimbulkan permasalahan. Terlebih ketika Brazil mulai mengelar latihan-latihan maupun kegiatan-kegiatan yang berbau militer. Hal-hal seperti ini menimbulkan kekhawatiran dan kecurigaan bagi negara-negara yang berbatasan dengan Brazil, seperti Venezuela dan Peru. Venezuela menuduh Brazil akan menyerang negara-negara tetangganya bila mereka menjadi komunis (Mukmin, 1980 : 96). Begitu juga dengan Peru yang menganggap latihan-latihan militer Brazil ini sebagai perang urat syaraf karena Peru menerima senjaata-senjata dari Uni Soviet (Mukmin, 1980 : 97).
3.    Krisis energi
Masalah :
Brazil merupakan negara yang juga mengalami krisis energi. Penggunaan energy nasionalnya sekitar 45% dari minyak bumi, 33% dari kayu, 18,4 % dari tenaga hydro-elektrik, dan 3,6% dari batu bara (Mukmin, 1980 : 98). Pada tahun 1974, diperkirakan Brazil membutuhkan 900.000 barrel minyak dalam hari. Namun, negara Brazil hanya mampu menghasilkan 180.000 barrel seharinya. Walaupun cukup banyak ditemukan sumber-sumber minyak antara lain di wilayah lepas pantai Campos, sebelah utara Rio de Janeiro.

Penyelesaian :
Brazil harus mengimpor minyak sebanyak 720.000 barrel sehari. Brazil mencoba menjalin hubugan dengan Libia dan Kuwait. Sebenarnya begitu juga ketika Brazil mengadakan persekutuan anti komunis dengan Bolivia dan Chili. Brazil menginginkan minyak bumi dan gas alam yang dimiliki oleh Bolivia.

Dampak :
Brazil harus mengangg atkan banyak biaya untuk minyak. Begitu juga dalam menjalin hubungan  dengan Libia dan Kuwait. Brazil harus rela menanggung beberapa konsekuensi politik (Mukmin, 1980 : 98)

4.    Masalah tanah
Masalah :
Pada masa pemerintahan Medici terjadi persengketaan dengan orang-orang Indian. Hal ini menyangkut tanah-tanh yang ditinggali oleh orang-orang Indian. Pemerintahan Medici berniat membangun jalan raya melintasi daerah Sangradouro dan Sao Marcos. Kedua daerah ini merupakan daerah yang subur. Tentu saja orang-orang Indian menentang rencana ini. Orang-orang Indian suku Xavente menuntut hak-hak tradisional mereka atas tanah ini (Mukmin, 1980 : 99).
Dampak :
Orang-orang Indian yang merasa haknya diambil ini pun menantang pemerintah untuk bertempur secara fisik. Hal ini membuat hubugangan antara pemerintah dengan suku Indian menjadi tidak begitu baik.

C. MEKSIKO
Pada tahun 1976 terjadi pergantian pemimpin di Meksiko, yaitu Presiden Luis Echeverria digantikan oleh Presiden Jose Lopez Portillo. Jose Lopez Partillo merupakan seorang ahli hukum dari Partindo Revolucionario Institucional.
Selama memerintah Portillo kebijakaannya dalam pemerintahannya sangat berbeda dengan presiden sebelumnya. Portillo selama pemerintahannya lebih bersifat introvert dari pada extrover, kurang chauvinistik, lebih menitikberatkan pada bidang ekonomi, lebih realitis dalam diplomasi atau “low poature”, lebih moderat  dan kurang ambisius.
Dalam bidang Politik dalam negeri, pada tahun 1978 Portillo mensyahkan berdirinya tiga parti baru salah satunya partai komunis yang telah memberikan 100 kursi bagi golongan oposisi dalam parlemen. Dengan demikian telah membuktikan bahwa dia telah memberikan angin peluang besar bagi demokratisasi di dalam kehidupan  politik dalam negeri.
Dalam bidang ekonomi portillo harus banyak memperbaiki  perekonomian  dan keuangan yang mengalami kemunduran selama pemerintahan sebelumnya, yaitu dengan mengurangi  pengeluaran-pengeluaran  rutin, memberantas korupsi, mengurangi inflasi yang berkisar 22-25% dalam tahun 1979 dan memperbaiki di sektor investasi modal swasta.
Untuk memperbaiki keadaan ekonomi tersebut mendapat bantuan yang cukup besar dari ladang-landang minyak di bagian selatan Meksiko, yaitu Tabasco dan Chiapas. Dalam tahun 1978 Meksiko dapat menghasilkan 1,4 juta barrel minyak bumi perharinya dari jumlah 1 barrel digunakan untuk keperluan dalam negeri dan selebihnya di ekspor. Pada tahun 1980 Meksiko mampu menaikkan produksinya sampai 2,25juta barrel per hari. Pada tahun 1985 direncakan untuk memproduksi 2,2 juta barrel per hari hal ini mempunyai kedudukan yang setaraf dengan Iran dan Kuwait.
Meksiko tidak ikut OPEC itu disebabkan karena alasan ekonomis yaitu Meksiko dapat leluasa/bebas daripada kekuatan-kekuatan pasaran minyak yang umumnya didominasi oleh negara-negara  Arab dan Timur Tengah. Alasan politis adalah agar Meksiko yang sejak semula tidak ingin terikat negara-negara non aligned dan menamakan dirinya masuk di dunia ketiga, sehingga dengan leluasa bebas dalam menjalankan diplomasinya, dan bebas dari tekanan-tekanan negara-negara Arab dan Timur Tengah.
Hal ini tersebut juga didukung karena pengalaman Iran, suatu negara yang kaya dengan minyak, namun kekayaan tersebut tidak dimanfaatkan  sebagai unsur stabilisasi politik di dalam negeri, sehingga mendorong Meksiko untuk tetap berhati-hati dalam masalah tersebut. Pandangan Meksiko terhadap kekayaan minyaknya cenderung untuk tidak menguras kekayaan nasional dengan pandangan jauh ke depan, yaitu demi pengalaman hari depan untuk kehidupan generasi berikutnya.
Petrodolar tidak selalu membawa  kesejahteraan rakyat, apabila tidak disertai dengan pembangunan dibidang sosial budaya dan politik. Dilihat dari segi ekonomipun masuknya petrodolar belum merupakan indikator akan kesejahteraan rakyat, apabila pembagian dari ”kuwin nasional itu tidak merata di kalangan rakyat.
Di bidang politik luar negeri, hubungan Meksiko-Amerika Serikat lebih ditingkatkan setelah kunjungan Lopez Portillo  ke Amerika Serikat antara tanggal 13-17 Februari 1977. Bahkan Meksiko menunjukkan kesediaanya untuk menjadi perantara memperbaiki hubungan Amerika Serikat dengan Kuba, Panama,  dan negara-negara Amerika Latin lainnya. Pada tanggal 20-22 Januari 1978 wakil Presiden Walter F. Mondale dari Amerika Serikat mengunjungi Meksiko dengan misi pokok  untuk membeli minyak bumi Meksiko dan juga untuk memecahkan masalah braceros (pekerja musiman). Hubungan dengan negara-negara Barat seperti Kananda dan negara-negara Eropa Barat makin dipererat untuk memperbaiki citra Meksiko pada pemerintah sebelumnya yang dipandang oleh negara-negara Barat sebagai negara yang cenderunf ke Blok Sosialis.
Hubungan dengan Meksiko-Spanyol yang sudah terputus selama 40 tahun dirintis kembali dengan kunjungan PM Spanyol Adolfo Suarez ke Meksiko pada tahun 1977, kemudian disusul dengan kunjungan Presiden Lopez Portillo ke Spanyol pada tahun yang sama. Hubungan dengan  negara-negara  Amerika Latin lainnya ditingkatkan, kecuali Chili  Pinochet.
Kunjungan Sri Paus Paulus ke dua ke Meksiko pada tahun 1979 lebih mematangkan usaha pendekatan antara Meksiko dan Vatikan yang terputus sejak lama dari tahun 1856. Dalam kunjungan  Presiden L. Echeverria ke Roma dalam tahun 1974 dinyatakan bahwwa  kunjungan ini tidak merupakan langkah awal kerah pengakuan dan hubungan diplomatik, tetapi hanya sebagai kunjugan keagamaan., yaitu untuk membuka  konferensi ketiga para Uskup Amerika Latin saja. Pada waktu datang ke Meksiko Sri Paus disambut sendiri oleh Presiden Lopez Portillo. Kedatangan Sri Paus menimbulkan masalah baru dalam Mesiko seperti dikatakan oleh anggota parlemen Enrique Ramirez dengan mencaci maki Portillo yang telah ”menginjak-injak konstitusi dengan menerima orang berjubah dan membiarkan rohaniah Meksiko berjubah lagi di tempat umum.

  1. BOLIVIA

Negara Bolivia adalah salah satu Negara  yang ada di kawasan Amerika Latin yang kaya akan sumber daya alamnya, akan tetapi hal ini tidak dapat diimbangi dengan sumber daya manusianya. Hal ini dapat dilihat dari proses perkembangan Negara Bolivia, terutama dari segi bidang ekonominya, dimana Negara Bolivia merupakan salah satu negara yang berpenghasilan per kapita nomor dua paling rendah di dunia. Adapun masalah-masalah yang dihadapi oleh Negara Bolivia setelah merdeka itu antara lain adalah :
Masalahnya :
Ø Dalam bidang politik
Dalam bidang politik terjadinya konflik antara Negara Bolivia dengan Negara Brasil mengenai wilayah perbatasan serta batas-batas wilayah teritorial antara kedua Negara (baik itu Bolivia dan Brasil).
Ø  Dampaknya :
Munculnya konflik antara Negara Bolivia dengan Negara Brazil  yang disebabkan karena masalah batas-batas wilayah teritorial serta mengenai wilayah perbatasan antara Negara Bolivia dan Negara Brasil.
Ø Penyelesaiannya :
Untuk mengatasi konflik ini kedua pihak yang bersengketa baik itu Negara Bolivia dan Negara Brazil melakukan suatu perundingan (diplomasi), yang pada akhirnya menghasilkan suatu perjanjian yaitu Perjanjian Petropolis pada bulan November 1903.

Ø  Masalahnya :
Adanya konflik antara Negara Bolivia dengan Negara Paraguay mengenai wilayah perbatasan serta batas-batas wilayah teritorial antara kedua Negara (baik itu Bolivia dan Paraguay).

Ø Dampaknya :
Munculnya Perang Chaco pada tahun 1932-1935 antara Negara Bolivia dengan Negara Paraguay, karena masalah wilayah perbatasan itu sendiri.

Ø Penyelesaiannya :
Untuk mengatasi konflik ini kedua pihak yang bersengketa baik itu Negara Bolivia dan Negara Paraguay melakukan suatu perundingan (diplomasi), yang pada akhirnya menghasilkan suatu perjanjian yaitu Perjanjian Perdamaian Dan Persahabatan pada tanggal 9 juli 1938 yang diadakan di Buenos Aires.


BAB III
NILAI-NILAI

Adapun nilai-nilai yang dapat diambil dari  materi  tentang masalah-masalah  yang dihadapi oleh Negara-Negara di kawasan Amerika Latin setelah kemerdekaanya itu sendiri antara lain :
Ø  Nilai semangat juang yang tinggi
Nilai semangat juang yang tinggi ini dapat dilihat dari cara-cara yang dilakukan oleh Negara-Negara di kawasan Amerika Latin seperti Negara Brazil, Kuba, Meksiko serta Bolivia dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam bidang politik dan ekonomi setelah tiap-tiap Negara tersebut memperoleh kemerdekaanya.
Ø  Nilai kerja sama yang tinggi
Nilai kerja sama yang tinggi ini dapat dilihat dari adanya kerja sama antara masing-masing Negara yang ada di kawasan Amerika Latin untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi itu secara berdiplomasi antara satu dengan yang lainnya.
Ø Nilai tanggung jawab yang tinggi
Nilai tanggung jawab yang tinggi ini dapat dilihat dari cara para pemimpin yang ada di masing-masing Negara di kawasan Amerika Latin yang sedang mengalami masalah, untuk menyelesaikan tiap-tiap masalah yang ada dalam Negara mereka masing-masing dengan penuh tanggung jawab.



BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Negara-negara di wilayah Amerika latin  adalah suatu Negara yang sangat kaya dari segi sumber daya alamnya hal ini terlihat dari keadaan wilayah geografisnya yang banyak menghasilkan sumber daya alam yang berlimpah, dibandingkan dengan wilayah Amerika lainnya. Akan tetapi Negara Amerika Latin ini merupakan suatu Negara yang sangat miskin terutama dari segi sumber daya manusianya, sehingga Negara di kawasan Amerika Latin dapat dikatakan sebagai salah satu Negara yang masih berkembang di kawasan Amerika Latin.
Latar belakang inilah yang menyebabkan Negara-negara di kawasan Amerika Latin memiliki banyak masalah-masalah yang terjadi setelah sudah memperoleh kemerdekaanya dari para Negara yang sudah menjajah mereka masing-masing. Adapun masalah-masalah yang dialami oleh Negara-negara di  kawasan Amerika Latin setelah mereka memperoleh kemerdekaanya itu meliputi masalah politik, ekonomi, sosial serta budaya yang cukup mengganggu perkembangan Negara-Negara di kawasan Amerika Latin. 
Adapun Negara-Negara di kawasan Amerika Latin  yang mengalami banyak permasalahan setelah mereka memperoleh kemerdekaanya itu adalah meliputi  Kuba, Brasil, dan Bolivia. Ketiga Negara ini banyak mengalami masalah baik dari segi perekonomiannya ataupun dari segi keadaan politiknya yang cukup menganggu perkembangan Negara Kuba, Brazil serta Bolivia untuk memajukan Negaranya ke arah yang lebih baik. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan Negara-Negara di kawasan Amerika Latin menjadi salah satu Negara yang belum begitu berkembang secara stabil jika dibandingkan dengan Negara-Negara lainnya yang ada di kawasan Amerika lainnya.
Adapun bentuk-bentuk permasalahan yang terjadi di Negara-Negara Amerika Latin itu sendiri contohnya seperti Negara Brazil yang mengalami masalah krisis energi dimana Negara Brazil itu sendiri Brazil merupakan negara yang juga mengalami krisis energi. Penggunaan energy nasionalnya sekitar 45% dari minyak bumi, 33% dari kayu, 18,4 % dari tenaga hydro-elektrik, dan 3,6% dari batu bara (Mukmin, 1980 : 98). Pada tahun 1974, diperkirakan Brazil membutuhkan 900.000 barrel minyak dalam hari. Namun, negara Brazil hanya mampu menghasilkan 180.000 barrel seharinya. Walaupun cukup banyak ditemukan sumber-sumber minyak antara lain di wilayah lepas pantai Campos, sebelah utara Rio de Janeiro.
Adapun cara untuk menyelesaikan masalah ini Negara Brazil harus mengimpor minyak sebanyak 720.000 barrel sehari, yang mengakibatkan Negara Brazil harus menjalin hubungan dengan Negara-Negara di kawasan Timur Tengah seperti Negara Kuwait.
Permasalahan yang dialami oleh Negara Brazil itu hanya salah satu contoh permasalahan yang terjadi di wilayah Amerika Latin, masih banyak permasalahan yang lainnya. Akan tetapi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa permasalahan yang dialami oleh Negara-Negara Amerika Latin yang baru saja merdeka itu sebagian besarnya adalah permasalahan yang berkaitan dengan bidang politik serta ekonomi.









DAFTAR PUSTAKA

Hidayat  Mukmini, 1981, Pergolakan Di  Amerika Latin Dalam Dasawarsa Ini, Jakarta, Ghaliza Indonesia.
http//id.wikipedia.Org/wiki/Negara_Bolivia
http//id.wikipedia.Org/wiki/Negara_Kuba
http//id.wikipedia.Org/wiki/Negara_ Amerika Latin
http//id.wikipedia.Org/wiki/Negara_Brazil
http//id.wikipedia.Org/wiki/Negara_Meksiko









Tidak ada komentar:

Posting Komentar