Halooo.... Semoga bermanfaat

Jumat, 18 Maret 2016

Makalah Amerika Latin - Peran Militer



BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Faktor yang sangat penting dalam analisa politik tentang Amerika Latin adalah fungsi militer dari golongan militer dan adanya militerisme. Militer adalah semua hal yang berkaitan dengan profesi sebagai militer, kemiliteran/angkatan bersenjata dan operasi militer. Di Amerika Latin kelas militer menduduki stratifikasi sosial paling atas dan memiliki status yang penting dalam kehidupan masyarakat. Dapat di lihat dari sejarahnya hal ini merupakan warisan dari penjajahan Spanyol dan Portugis di Amerika Latin. Golongan militer merupakan faktor yang sangat menentukan dalam perjuangan fisik. Pada umumnya golongan militer di Amerika Latin direkrut dari golongan menengah. Dengan demikian, mereka tidak terlepas dari kepentingan golongan menengah. Setelah selesainya perang kemerdekaan yang diikuti oleh revolusi atau perang saudara di dalam negeri golongan militer (sering disebut pula “militart elite”) merupakan satu-satunya golongan yang keluar dari kesulitan dengan organisasi dan disiplin yang jauh lebih baik dibanding dengan golongan politk atau partai-partai politik.[1]
Seiring dengan sering terjadinya gejolak kerusuhan maka semakin sering pula militer tampil ke depan. Kesempatan tampil ini membuat militer sadar bahwa mereka dapat berbuat lebih demi kepentingan mereka sendiri. Contohnya, militer melakukan intervensi dalam persoalan kenegaraan dengan akses-akses timbulnya sistem kediktatoran militer.


B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Peran militer secara umum di Amerika Latin?
2.    Bagaimana peran militer bagi pemerintahan di Argentina, Brazil, Colombia, Bolivia, dan Ecuador?  
3.    Apa dampak dari praktek militer dalam pemerintahan Amerika Latin?
4.    Apa nilai-nilai universal yang dapat diambil dalam pembahasan peran militer dalam sistem Pemerintahan di Amerika Latin ?
C.      Tujuan Penulisan
1.    Mendeskripsikan peran militer di Amerika Latin.
2.    Mendeskripsikan peran militer bagi pemerintahan di Argentina, Brazil, Colombia, Bolivia dan Ecuador.
3.    Menjelaskan dampak praktekk militer dalam pemerintahan Amerika Latin.
4.    Menemukan nilai-nilai universal dari peran militer dalam sistem pemrintahan Amerika Latin.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.      PERAN MILITER DALAM PEMERINTAHAN AMERIKA LATIN
Militer di Amerika Latin menduduki stratifikasi sosial paling atas dan memiliki status yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada umumnya golongan militer di Amerika Latin direkrut dari golongan menengah. Oleh sebab itu, golongan ini tidak bisa terlepas dari kepentingan golongan menengah. Melalui beberapa kesulitan yang banyak, akhirnya fungsi militer dapat berangsur diubah menjadi fungsi militer professional sampai sekarang. Timbulnya profesionalisme militer sekarang dapat dilihat di Meksiko, dimana kekuasaan pemerintah berada ditangan kekuasaan sipil, dan kekuasaan merupakan unsur pembantu keamanan kepolisian. Hal ini tidak terjadi di Negara-negara Amerika Latin lainnya. setelah selesai revolusi, golongan menengah masih tetap ingin melanjutkan fungsi politiknya dalam sistem pemerintahan. Mereka ingin mempertahankan politiknya disektor-sektor sosial-politik tanpa melepaskan kedudukan dan fungsinya sebagai seorang militer. seperti militer melakukan intervensi dalam persoalan kenegaraan dengan akses-akses timbulnya sistem kediktatoran militer dan sistem junta militer berdasarkan jiwa militer. Selain itu dalam bidang pemerintahan militer juga sering melakukan intervensi. Adapun motivasi militer untuk melakukan intervensi antara lain karena :
1.    Motif Militer.
Adanya rasa tanggung jawab untuk mengatasi suatu kemacetan politik yang disebabkan oleh pergolakan dari partai-partai politik, sehingga angkatan perang bertindak sebagai juru selamat dari kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan.
2.    Motif ekonomi.
Golongan militer ingin menyelamatkan bangsa dari kehancuran ekonomi dengan alasan ekonomis. Tidak jarang kalau Angkatan Perang mencampuri urusan pemerintah karena keuntungan-keuntungan ekonomi-material untuk urusan mereka sendiri, karena suatu rezim yang ada dipandang merugikan pemenuhan hidup mereka secara layak. Sedangkan yang dianggap dapat melanggengkan pemenuhan kepentingan mereka adalah rezim militer atau kediktatoran. Contohnya dapat dilihat pada klab militer di Caracas, yang merupakan klab paling mewah yang ditinggalkna oleh seorang Diktator Venezuela. Pada saat Diktator Manuel Odria berkuasa, dan memegang monopoli tanaman coca yang menghasilkan cocaine, suatu bahan narkotika yang sangat laku di pasaran dunia, dimana hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk membiayai Angkatan Perang Peru[2].
Selain itu, intervensi militer juga disponsori oleh golongan sipil yang mempunyai kepentingan ekonomis-materiil tertentu. Karena bila mereka sendiri melakukan coup, kurang kuat dan kurang ditakuti.
Kemudian di Amerika Latin Coup atau kudeta masih dapat diterima rakyat sebagai salah satu cara atau bentuk untuk melakukan perubahan secara drastis, alasannya yaitu:
1.         Rakyat sudah terbiasa dan seolah-olah menjadi suatu tradisi.
Dalam sejarah Amerika Latin, antara tahun 1930-1971 telah terjadi 87 kali coup militer yang berhasil. Sedangkan antara tahun 1950-1971, hanya terjadi 41 kali coup militer karena tahun-tahun tersebut terjadi konsolidasi akibat Perang Dunia II yang relative lebih aman[3].






JUMLAH COUP MILITER YANG BERHASIL DI AMERIKA LATIN
No
Negara
Tahun
Sejak Tahun
1930-1971
1950
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Argentina
Bolivia
Brasil
Chili
Colombia
Costa Rica
Cuba
Dominika Republik
Ecuador
El Salvador
Guatemela
Haiti
Honduras
Meksiko
Nicaragua
Panama
Paraguay
Peru
Uruguay
Venezuela
9
11
5
2
2
1
4
4
9
6
6
5
2
-
1
4
7
5
-
4
6
5
3
-
2
-
2
3
3
2
3
4
2
-
-
2
1
1
-
2

Jumlah
87
41

Sumber: Pergolakan di Amerika Latin Pada Dasawarsa Ini.Hidayat Mukmin. (Ghalia Indonesia, 1981)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 1950-1971, Negara yang relatif aman adalah Costa Rica, Meksiko, Nicaragua, dan Uruguay. Karena pada Negara tersebut tidak terdapat kudeta militer yang dijalankan.
2.         Golongan militer mempunyai akar yang kuat dalam masyarakat.
Tanpa adanya dukungan dari masyarakata, suatu coup militer tidak akan berhasil. Masyarakat luas memandang bahwa golongan milter adalah pengemban cita-cita nasional yang murni, pengemban nasionalisme dan patriotisme. Selain iu rakyat juga suka terhadap nasionalisme, sehingga mengganggap golongan militer sebagai kubu terhadap ancaman komunisme.
Keadaan dalam negeri Amerika Latin sangat rawan, dimana stabilitas politik belum pernah tercapai secara mantap, terjadi pergolakan dan coup (kudeta) dimana-mana, sehingga menyibukkan para prajurit Amerika latin pada masalah mereka sendiri. Gejolak yang terjadi di Amerika latin antara tahun 1946-1960 dapat dilihat pada tabel dibawah ini [4]:


GEJOLAK DALAM NEGERI DI AMERIKA LATIN ANTARA TAHUN 1946-1960

No
Negara
Perang
Kerusuhan
Pemogokan
Teror Kecil
Teror Besar
Pembenrontakan  mimiliter
Coup Militer
Coup Pemerintah
Coup Semu
Komplot Militer
Jumlah
1
Argentina
1
1
10
16
1
5
1
8
1
13
57
2
Bolivia
1
-
23
2

5
3
3

16
53
3
Brasil
-
-
27
4
1
2
2
7
1
5
49
4
Brit. Guina
-
-
3
-
-
-
-
-
-
-
3
5
Brit. Honduras
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
1
6
Chili
-
-
8
1
-
-
-
6
-
6
21
7
Colombia
1
1
30
8
-
-
2
-
5
5
52
8
Costa Rica
3
-
5
8
-
-
-
-
-
3
19
9
Kuba
1
-
26
48
2
2
1
7
-
13
10
10
Dominika. Rep.
-
-
1
-
1
-
-
2
-
2
6
11
Ecuador
-
-
14
2
-
6
4
2
-
13
41
12
El Salvador
-
-
2
-
-
-
2
-
-
5
9
13
Fr. Guiana
-
-
1
-
-
-
-
-
-
=
1
14
Guatemala
-
-
12
10
7
2
1
5
-
8
45
15
Haiti
-
-
12
13
3
-
4
3
-
5
40
16
Honduras
-

5
2
-
1
2
-
-
1
11
17
Mexico
-
-
22
5
-
-
-
-
-
1
28
18
Nicaragua
1
-
2
7
1
1
1
1
-
2
26
19
Panama

-
17
2
1

3
2
-
4
29
20
Paraguay
2
-
6
-
1
3
7
1
-
9
29
21
Peru
-
-
11
2
-
5
2
2
-
1
23
22
Uruguay
-
-


-

-
-
-
1
1
23
Venezuela
-
-
15
2
-
5
4
2
-
8
36

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sering terjadi gejolak di dalam negeri Negara-negara Amerika latin, dari adanya pemogokan, kerusuhan politik ataupun militer dan adanya terror. Makin sering terjadinya gejolak, makin sering pula golongan militer untuk tampil kedepan, serta makin tebal kesadaran mereka akan statusnya dalam masyarakat.


B.       PERAN MILITER PADA PEMERITAHAN DI ARGENTINA, BRAZIL, VENEZUELA, COLOMBIA, BOLIVIA DAN ECUADOR
1.         ARGENTINA
2.         BRAZIL
3.         COLOMBIA
4.         BOLIVIA
Bolivia bisa dikatakan sebagai negara yang sering terjadi gejolak militer. Kudeta dan pergantian rezim terjadi dalam waktu yang singkat. Pada masa pemerintahan Jenderal Enrique Penaranda De Castilo pemerintahan yang ia jalankan hanya bertahan selama 3 tahun (1940-1943). Pada tahun 1943 ia digulingkan oleh Mayor Gualberto Vilareal. Tetapi pada tanggal 21 Juli 1946 kekuasaannya digulingkan dalam suatu counter-coup. Pada pemilihan tahun 1947, terpilih sebagai presiden adalah Enrique Hertzog, yang pada tahun 1949 mengundurkan diri karena sakit. Penggantinya adalah Dr. Victor Paz, yang juga digulingkan junta militer. Semenjak kemerdekaan Bolivia pada tahun 1825 hingga tahun 1971, saat Kolonel Hugo Banzer Suarez menjabat presiden  telah terjadi 180 kali pergantian kekuasaan lewat kudeta atau paksaan. Dengan demikian pemerintahan Banzer yang sekarang termasuk pemerintahan yang berusia lama.
Pada tahun 1879 terdapat persengketaan kecil yang menimbulkan perang antara Bolivia dan Peru melawan Chili. Perang ini tidak hanya mengakibatkan sebagian daerah pantai Bolivia dikuasai Chili tetapi juga meninggalkan bekas luka yang belum sembuh dalam hubungan antara Bolivia dan Chili. Tetapi sengketa ini baru terselesaikan tahun1904 dengan adanya Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan antara Bolivia dan Chili. Kemudian pada tahun 1932-1935 timbul perang antara Bolivia dan Paraguay yang dikenal dengan nama Perang Chaco, mengenai masalah perbatasan yang tidak jelas dimana kedua Negara merasa berhak atas wilayah yang dituntutnya. Akhirnya perang keduanya dapat terselesaikan dalam Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan yang diadakan di Buenos Aires. Setelah Perang Chaco terselesaikan terlihat bahwa politik luar negeri Bolivia lebih ditujukan untuk menyelamatkan kepentingan bangsa melalui pembinaan keamanan nasional yang kuat. Walaupun junta-junta atau pemerintahan militer silih berganti, pada umumnya golongan militer itu berjiwa nasionalistis, anti komunis dan anti intervensi asing.
Pada  Presiden Banzer  merupakan pemerintahan militer yang cukup lama berkuasa dan cukup banyak berkarya di Bolivia ketimbang pemerintahan militer sebelumnya. Pemerintahan Banzer merupakan pemerintahan yang cukup stabil dan begitu pula untuk seterusnya. Seteru politik masih terjadi, terutama pada bidang militer namun tidak sehebat masa-masa sebelum Banzer. Banzer memperoleh kekuasaannya melalui kudeta atas pemerintahan Presiden Jenderal Juan Jose Torres (1971). Juan Jose Torres merupakan pro-Komunis yang mendapat dukungan dari Serikat Buruh Sosialis, mahasiswa, politisi dan militer yang berhaluan kiri. Banzer menggulingkan Juan Jose Torres dengan dukungan beberapa tokoh politik MNR (Movimiento Nacionalista Revolucionario), partai Sosialis Falange dan beberapa tokoh militer. Politik luar negeri Banzer adalah menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat, Eropa Barat, Eropa Timur, Jepang dan negara-negara Amerika Latin Sendiri. Pada tahun 1982 Hernan Siles Zuazo terpilih menjadi presiden. Presiden Siles mengundurkan diri pada tahun 1985 karena gelombang protes masyarakat terhadap pemerintahannya. Setelah Siles turun jabatan penggantinya adalah Paz Estenssoro yang naik kembali setelah 20 tahun mundur dari kursi kepresidenan.
Dalam kasus Bolivia, militer menduduki posisi politik sejak lama. Sulit bagi militer untuk melepas minat politik dalam tubuhnya. Militer juga menjadi penentu kebijakan ekonomi. Masyarakat seolah terbiasa dengan pergantian pemerintahan militer. Organisasi militer merupakan organisasi yang telah memiliki disiplin yang kuat ketimbang partai sipil lainnya. Dengan melihat suasana pemerintahan sipil yang tidak stabil maka militer tergerak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Selain itu sesama golongan militer akan tergerak jika kekuasaan yang lain mengalami ketidakberesan. Agaknya idealisme sebagai organisasi yang teratur dan disiplin tersebut mengantar kekuasaan militer untuk maju ke kancah politik, termasuk di Bolivia.

5.         ECUADOR
Negara Ecuador juga tidak luput dari kebiasaan-kebiasaan coup dan counter-coup serta pemerintahan junta militer dalam sejarah nasionalnya. Sejak tahun1904, Negara ini juga mengalami persengketaan perbatasan dengan Negara tetangga yaitu Brazil,Colombia dan Peru yang baru dapat terselasaikan tahun1942. Kemudian tahun 1945, diproklamasikan suatu konstitusi baru, tetapi pada tahun itu juga muncul coup militer dari Menteri Pertahanan Kol. Carlos Mancheno yang menumbangkan pemerintahan Presiden Jose Maria Velasco Ibarra. Setelah terjadi beberapa pergolakan maka Dr. Jose M. V. Ibarra dari Partai Independent Liberal, terpilih lagi sebagai presiden tanggal 1 Juni 1952.
Kehidupan politik di Ecuador pada umumnya belum stabil. Partai politik tidak pernah mempunyai organisasi yang kuat. Baik buruh maupun mahasiswa tidak besar pengaruhnya dalam proses kebijaksanaan dalam dan luar negeri. Hanya golongan militer saja yang  secara tradisional berpengaruh besar dalam hal ini. Namun Angkatan Perang Ecuador tidak utuh, yang mana Angkatan Darat lebih bersifat internasional, karena mempunyai kepentingan langsung dalam sumber kekayaan Negara, terutama minyak bumi. Sebaliknya Angkatan Laut yang berkewajiban menjaga keamanan wilayah lautan territorial, lebih bersifat nasionalistis. Terutama setelah Ecuador menentukan lebar wilayah territorialnya yaitu 200 mil. Lalu seperti di Negara-negara lain, di Ecuador juga terdapat masalah pembagian tanah yang sering menimbulkan ketidakadilan. Dalam “Plan Integral De Transformacion y Desarollo” Ecuador tahun 1973-1974 (yakni Rencana Transformasi dan Pembangunan Nasional)[5], golongan militer mengaku bahwa sumber ketidakadilan terdapat didaerah pedesaan. Karena itu daerah pedesaan harus memperoleh perhatian utama dalam Rencana Pembangunan Nasional.
Pada tanggal 31 Agustus 1975 terjadi usaha coup oleh Jenderal Raul Gonzalez, tetapi gagal. Karena pada umumnya mereka yang berusaha berontak dibuang ke luar negeri. Setelah didahului dengan krisis politik, timbul pula coup terhadap pemerintahan Guillermo Rodriguez Lara pada 11 Januari 1976. Pada coup ini, dibentuk junta militer yang terdiri dari 3 orang perwira yaitu Laksamana laut Alfredo Poveda, Kepala Staf Angkatan Darat Jendral Guillermo Duran, dan Kepala Staf Angkatan Udara Jendral Luis Leornd. Motivasi coup menurut mereka adalah untuk memperbaiki keadaan perekonomian Negara. Kemudian kemampuan Ecuador masih terbatas untuk dapat berperan penting dalam percaturan politik. Pemerintah dalam negeri juga belum stabil dan juga golongan militer masih akan terus melaksanakan peranan penting dalam proses penentuan kebijaksanaan nasional.

C.      DAMPAK PRATEK MILITER DALAM PEMERINTAHAN AMERIKA LATIN
Pada umunya keikut sertaan militer dalam politik mulanya didorong adanya keinginan untuk memperbaiki suatu sistem politik yang dirasakan kurang baik dan untuk merangsang perkembangan sosial budaya yang sehat. Dalam prakteknya, keikutsertaan militer dalam politik membawa bermacam-macam dampak yaitu[6] :
1.         Militer dapat dikatakan berhasil menjalankan misinya yaitu berhasil menciptakan suasana politik yang baru dan lebih baik daripada sistem sebelumnya.
2.         Militer mengadakan intervensi dalam bidang politik dengan tujuan untuk mengembalikan kekuasaan pada golongan sipil. Tetapi sesudah kekuasaan dikembalikan kepada sipil, secara berangsur keadaan tidak berjalan seperti yang diharapkan. Dan mengundang militer untuk mengadakan intervensi politik lagi.


[1] Hidayat Mukmin, Amerika Latin Dalam Pergolakan, Bandung, Grafiti, 1986, hlm.56

[2]Hidayat Mukmin, Amerika Latin Dalam Pergolakan, Bandung, Grafiti, 1986, hlm.57
[3] Ibid, hal.59
[4] Ibid, hal 62
[5] Hidayat Mukmin, Amerika Latin Dalam Pergolakan, Bandung, Grafiti, 1986, hlm 215
[6] Alfian. 1969. Militer dan Politik. Djakarta:LEKNAS.hal.2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar