BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Faktor yang sangat
penting dalam analisa politik tentang Amerika Latin adalah fungsi militer dari
golongan militer dan adanya militerisme. Militer
adalah semua hal yang berkaitan dengan profesi sebagai militer,
kemiliteran/angkatan bersenjata dan operasi militer. Di Amerika Latin kelas militer menduduki
stratifikasi sosial paling atas dan memiliki status yang penting dalam
kehidupan masyarakat. Dapat di lihat dari sejarahnya hal ini merupakan warisan
dari penjajahan Spanyol dan Portugis di Amerika Latin. Golongan militer
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam perjuangan fisik. Pada umumnya
golongan militer di Amerika Latin direkrut dari
golongan menengah. Dengan demikian, mereka tidak terlepas dari kepentingan
golongan menengah. Setelah selesainya perang kemerdekaan yang diikuti oleh
revolusi atau perang saudara di dalam negeri golongan militer (sering disebut pula “militart elite”)
merupakan satu-satunya golongan yang keluar dari kesulitan dengan organisasi
dan disiplin yang jauh lebih baik dibanding dengan golongan politk atau
partai-partai politik.[1]
Seiring
dengan sering terjadinya gejolak kerusuhan maka semakin sering pula militer
tampil ke depan. Kesempatan tampil ini membuat militer sadar bahwa mereka dapat
berbuat lebih demi kepentingan mereka sendiri. Contohnya, militer melakukan
intervensi dalam persoalan kenegaraan dengan akses-akses timbulnya sistem
kediktatoran militer.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Peran militer secara umum di Amerika
Latin?
2.
Bagaimana peran militer bagi pemerintahan di
Argentina, Brazil, Colombia, Bolivia, dan Ecuador?
3.
Apa dampak dari praktek militer dalam pemerintahan
Amerika Latin?
4.
Apa nilai-nilai
universal yang dapat diambil dalam pembahasan peran militer dalam sistem Pemerintahan di Amerika Latin ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mendeskripsikan peran militer di Amerika
Latin.
2.
Mendeskripsikan peran militer bagi
pemerintahan di Argentina, Brazil, Colombia, Bolivia dan Ecuador.
3.
Menjelaskan dampak praktekk militer
dalam pemerintahan Amerika Latin.
4.
Menemukan nilai-nilai universal dari
peran militer dalam sistem pemrintahan Amerika Latin.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PERAN MILITER DALAM PEMERINTAHAN
AMERIKA LATIN
Militer di Amerika Latin menduduki
stratifikasi sosial paling atas dan memiliki status yang penting dalam
kehidupan masyarakat. Pada umumnya golongan militer di Amerika Latin direkrut
dari golongan menengah. Oleh sebab itu, golongan ini tidak bisa terlepas dari
kepentingan golongan menengah. Melalui beberapa kesulitan yang banyak, akhirnya
fungsi militer dapat berangsur diubah menjadi fungsi militer professional
sampai sekarang. Timbulnya profesionalisme militer sekarang dapat dilihat di
Meksiko, dimana kekuasaan pemerintah berada ditangan kekuasaan sipil, dan
kekuasaan merupakan unsur pembantu keamanan kepolisian. Hal ini tidak terjadi
di Negara-negara Amerika Latin lainnya. setelah selesai revolusi, golongan menengah
masih tetap ingin melanjutkan fungsi politiknya dalam sistem pemerintahan.
Mereka ingin mempertahankan politiknya disektor-sektor sosial-politik tanpa
melepaskan kedudukan dan fungsinya sebagai seorang militer. seperti militer
melakukan intervensi dalam persoalan kenegaraan dengan akses-akses timbulnya
sistem kediktatoran militer dan sistem junta militer berdasarkan jiwa militer.
Selain itu dalam bidang pemerintahan militer juga sering melakukan intervensi.
Adapun motivasi militer untuk melakukan intervensi antara lain karena :
1. Motif Militer.
Adanya rasa tanggung jawab untuk mengatasi
suatu kemacetan politik yang disebabkan oleh pergolakan dari partai-partai
politik, sehingga angkatan perang bertindak sebagai juru selamat dari
kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan.
2. Motif ekonomi.
Golongan militer ingin menyelamatkan bangsa
dari kehancuran ekonomi dengan alasan ekonomis. Tidak jarang kalau Angkatan
Perang mencampuri urusan pemerintah karena keuntungan-keuntungan
ekonomi-material untuk urusan mereka sendiri, karena suatu rezim yang ada dipandang
merugikan pemenuhan hidup mereka secara layak. Sedangkan yang dianggap dapat
melanggengkan pemenuhan kepentingan mereka adalah rezim militer atau
kediktatoran. Contohnya dapat dilihat pada klab militer di Caracas, yang
merupakan klab paling mewah yang ditinggalkna oleh seorang Diktator Venezuela.
Pada saat Diktator Manuel Odria berkuasa, dan memegang monopoli tanaman coca
yang menghasilkan cocaine, suatu bahan narkotika yang sangat laku di pasaran
dunia, dimana hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk membiayai Angkatan
Perang Peru[2].
Selain itu, intervensi militer juga disponsori
oleh golongan sipil yang mempunyai kepentingan ekonomis-materiil tertentu.
Karena bila mereka sendiri melakukan coup, kurang kuat dan kurang ditakuti.
Kemudian di Amerika Latin Coup atau kudeta masih dapat diterima rakyat
sebagai salah satu cara atau bentuk untuk melakukan perubahan secara drastis,
alasannya yaitu:
1.
Rakyat
sudah terbiasa dan seolah-olah menjadi suatu tradisi.
Dalam sejarah Amerika Latin, antara tahun
1930-1971 telah terjadi 87 kali coup militer yang berhasil. Sedangkan antara
tahun 1950-1971, hanya terjadi 41 kali coup militer karena tahun-tahun tersebut
terjadi konsolidasi akibat Perang Dunia II yang relative lebih aman[3].
JUMLAH COUP MILITER YANG BERHASIL DI AMERIKA
LATIN
No
|
Negara
|
Tahun
|
Sejak Tahun
|
1930-1971
|
1950
|
||
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
|
Argentina
Bolivia
Brasil
Chili
Colombia
Costa Rica
Cuba
Dominika Republik
Ecuador
El Salvador
Guatemela
Haiti
Honduras
Meksiko
Nicaragua
Panama
Paraguay
Peru
Uruguay
Venezuela
|
9
11
5
2
2
1
4
4
9
6
6
5
2
-
1
4
7
5
-
4
|
6
5
3
-
2
-
2
3
3
2
3
4
2
-
-
2
1
1
-
2
|
Jumlah
|
87
|
41
|
Sumber: Pergolakan
di Amerika Latin Pada Dasawarsa Ini.Hidayat Mukmin. (Ghalia Indonesia, 1981)
Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 1950-1971, Negara yang relatif aman
adalah Costa Rica, Meksiko, Nicaragua, dan Uruguay. Karena pada Negara tersebut
tidak terdapat kudeta militer yang dijalankan.
2.
Golongan
militer mempunyai akar yang kuat dalam masyarakat.
Tanpa adanya dukungan dari masyarakata, suatu
coup militer tidak akan berhasil. Masyarakat luas memandang bahwa golongan
milter adalah pengemban cita-cita nasional yang murni, pengemban nasionalisme
dan patriotisme. Selain iu rakyat juga suka terhadap nasionalisme, sehingga
mengganggap golongan militer sebagai kubu terhadap ancaman komunisme.
Keadaan dalam
negeri Amerika Latin sangat rawan, dimana stabilitas politik belum pernah
tercapai secara mantap, terjadi pergolakan dan coup (kudeta) dimana-mana,
sehingga menyibukkan para prajurit Amerika latin pada masalah mereka sendiri.
Gejolak yang terjadi di Amerika latin antara tahun 1946-1960 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini [4]:
GEJOLAK DALAM NEGERI DI AMERIKA LATIN ANTARA TAHUN
1946-1960
No
|
Negara
|
Perang
|
Kerusuhan
|
Pemogokan
|
Teror Kecil
|
Teror Besar
|
Pembenrontakan mimiliter
|
Coup Militer
|
Coup Pemerintah
|
Coup Semu
|
Komplot Militer
|
Jumlah
|
1
|
Argentina
|
1
|
1
|
10
|
16
|
1
|
5
|
1
|
8
|
1
|
13
|
57
|
2
|
Bolivia
|
1
|
-
|
23
|
2
|
5
|
3
|
3
|
16
|
53
|
||
3
|
Brasil
|
-
|
-
|
27
|
4
|
1
|
2
|
2
|
7
|
1
|
5
|
49
|
4
|
Brit. Guina
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
5
|
Brit. Honduras
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
6
|
Chili
|
-
|
-
|
8
|
1
|
-
|
-
|
-
|
6
|
-
|
6
|
21
|
7
|
Colombia
|
1
|
1
|
30
|
8
|
-
|
-
|
2
|
-
|
5
|
5
|
52
|
8
|
Costa Rica
|
3
|
-
|
5
|
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
19
|
9
|
Kuba
|
1
|
-
|
26
|
48
|
2
|
2
|
1
|
7
|
-
|
13
|
10
|
10
|
Dominika. Rep.
|
-
|
-
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
2
|
6
|
11
|
Ecuador
|
-
|
-
|
14
|
2
|
-
|
6
|
4
|
2
|
-
|
13
|
41
|
12
|
El Salvador
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
5
|
9
|
13
|
Fr. Guiana
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
=
|
1
|
14
|
Guatemala
|
-
|
-
|
12
|
10
|
7
|
2
|
1
|
5
|
-
|
8
|
45
|
15
|
Haiti
|
-
|
-
|
12
|
13
|
3
|
-
|
4
|
3
|
-
|
5
|
40
|
16
|
Honduras
|
-
|
5
|
2
|
-
|
1
|
2
|
-
|
-
|
1
|
11
|
|
17
|
Mexico
|
-
|
-
|
22
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
28
|
18
|
Nicaragua
|
1
|
-
|
2
|
7
|
1
|
1
|
1
|
1
|
-
|
2
|
26
|
19
|
Panama
|
-
|
17
|
2
|
1
|
3
|
2
|
-
|
4
|
29
|
||
20
|
Paraguay
|
2
|
-
|
6
|
-
|
1
|
3
|
7
|
1
|
-
|
9
|
29
|
21
|
Peru
|
-
|
-
|
11
|
2
|
-
|
5
|
2
|
2
|
-
|
1
|
23
|
22
|
Uruguay
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
1
|
|||
23
|
Venezuela
|
-
|
-
|
15
|
2
|
-
|
5
|
4
|
2
|
-
|
8
|
36
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sering terjadi
gejolak di dalam negeri Negara-negara Amerika latin, dari adanya pemogokan,
kerusuhan politik ataupun militer dan adanya terror. Makin sering terjadinya
gejolak, makin sering pula golongan militer untuk tampil kedepan, serta makin
tebal kesadaran mereka akan statusnya dalam masyarakat.
B. PERAN MILITER PADA PEMERITAHAN DI
ARGENTINA, BRAZIL, VENEZUELA, COLOMBIA, BOLIVIA DAN ECUADOR
1.
ARGENTINA
2.
BRAZIL
3.
COLOMBIA
4.
BOLIVIA
Bolivia bisa dikatakan
sebagai negara yang sering terjadi gejolak militer. Kudeta dan pergantian rezim
terjadi dalam waktu yang singkat. Pada masa pemerintahan Jenderal Enrique
Penaranda De Castilo pemerintahan yang ia jalankan hanya bertahan selama 3 tahun
(1940-1943). Pada tahun 1943 ia digulingkan oleh Mayor Gualberto Vilareal.
Tetapi pada tanggal 21 Juli 1946 kekuasaannya digulingkan dalam suatu
counter-coup. Pada pemilihan tahun 1947, terpilih sebagai presiden adalah Enrique
Hertzog, yang pada tahun 1949 mengundurkan diri karena sakit. Penggantinya
adalah Dr. Victor Paz, yang juga digulingkan junta militer. Semenjak
kemerdekaan Bolivia pada tahun 1825 hingga tahun 1971, saat Kolonel Hugo Banzer
Suarez menjabat presiden telah terjadi
180 kali pergantian kekuasaan lewat kudeta atau paksaan. Dengan demikian
pemerintahan Banzer yang sekarang termasuk pemerintahan yang berusia lama.
Pada tahun 1879 terdapat
persengketaan kecil yang menimbulkan perang antara Bolivia dan Peru melawan
Chili. Perang ini tidak hanya mengakibatkan sebagian daerah pantai Bolivia
dikuasai Chili tetapi juga meninggalkan bekas luka yang belum sembuh dalam
hubungan antara Bolivia dan Chili. Tetapi sengketa ini baru terselesaikan
tahun1904 dengan adanya Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan antara Bolivia
dan Chili. Kemudian pada tahun 1932-1935 timbul perang antara Bolivia dan
Paraguay yang dikenal dengan nama Perang Chaco, mengenai masalah perbatasan
yang tidak jelas dimana kedua Negara merasa berhak atas wilayah yang
dituntutnya. Akhirnya perang keduanya dapat terselesaikan dalam Perjanjian
Perdamaian dan Persahabatan yang diadakan di Buenos Aires. Setelah Perang Chaco
terselesaikan terlihat bahwa politik luar negeri Bolivia lebih ditujukan untuk
menyelamatkan kepentingan bangsa melalui pembinaan keamanan nasional yang kuat.
Walaupun junta-junta atau pemerintahan militer silih berganti, pada umumnya
golongan militer itu berjiwa nasionalistis, anti komunis dan anti intervensi
asing.
Pada Presiden Banzer merupakan pemerintahan militer yang cukup lama
berkuasa dan cukup banyak berkarya di Bolivia ketimbang pemerintahan militer
sebelumnya. Pemerintahan Banzer merupakan pemerintahan yang cukup stabil dan
begitu pula untuk seterusnya. Seteru politik masih terjadi, terutama pada
bidang militer namun tidak sehebat masa-masa sebelum Banzer. Banzer memperoleh
kekuasaannya melalui kudeta atas pemerintahan Presiden Jenderal Juan Jose
Torres (1971). Juan Jose Torres merupakan pro-Komunis yang mendapat dukungan
dari Serikat Buruh Sosialis, mahasiswa, politisi dan militer yang berhaluan
kiri. Banzer menggulingkan Juan Jose Torres dengan dukungan beberapa
tokoh politik MNR (Movimiento Nacionalista Revolucionario), partai Sosialis
Falange dan beberapa tokoh militer. Politik luar negeri Banzer adalah menjalin
hubungan baik dengan Amerika Serikat, Eropa Barat, Eropa Timur, Jepang dan
negara-negara Amerika Latin Sendiri. Pada tahun 1982 Hernan Siles Zuazo
terpilih menjadi presiden. Presiden Siles mengundurkan diri pada tahun 1985
karena gelombang protes masyarakat terhadap pemerintahannya. Setelah Siles
turun jabatan penggantinya adalah Paz Estenssoro yang naik kembali setelah 20
tahun mundur dari kursi kepresidenan.
Dalam kasus Bolivia, militer
menduduki posisi politik sejak lama. Sulit bagi militer untuk melepas minat
politik dalam tubuhnya. Militer juga menjadi penentu kebijakan ekonomi.
Masyarakat seolah terbiasa dengan pergantian pemerintahan militer. Organisasi militer
merupakan organisasi yang telah memiliki disiplin yang kuat ketimbang partai
sipil lainnya. Dengan melihat suasana pemerintahan sipil yang tidak stabil maka
militer tergerak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Selain itu sesama golongan
militer akan tergerak jika kekuasaan yang lain mengalami ketidakberesan.
Agaknya idealisme sebagai organisasi yang teratur dan disiplin tersebut
mengantar kekuasaan militer untuk maju ke kancah politik, termasuk di Bolivia.
5.
ECUADOR
Negara Ecuador juga tidak luput dari
kebiasaan-kebiasaan coup dan counter-coup serta pemerintahan junta militer
dalam sejarah nasionalnya. Sejak tahun1904, Negara ini juga mengalami
persengketaan perbatasan dengan Negara tetangga yaitu Brazil,Colombia dan Peru
yang baru dapat terselasaikan tahun1942. Kemudian tahun 1945, diproklamasikan
suatu konstitusi baru, tetapi pada tahun itu juga muncul coup militer dari
Menteri Pertahanan Kol. Carlos Mancheno yang menumbangkan pemerintahan Presiden
Jose Maria Velasco Ibarra. Setelah terjadi beberapa pergolakan maka Dr. Jose M.
V. Ibarra dari Partai Independent Liberal, terpilih lagi sebagai presiden
tanggal 1 Juni 1952.
Kehidupan politik di Ecuador pada
umumnya belum stabil. Partai politik tidak pernah mempunyai organisasi yang
kuat. Baik buruh maupun mahasiswa tidak besar pengaruhnya dalam proses
kebijaksanaan dalam dan luar negeri. Hanya golongan militer saja yang secara tradisional berpengaruh besar dalam
hal ini. Namun Angkatan Perang Ecuador tidak utuh, yang mana Angkatan Darat
lebih bersifat internasional, karena mempunyai kepentingan langsung dalam
sumber kekayaan Negara, terutama minyak bumi. Sebaliknya Angkatan Laut yang
berkewajiban menjaga keamanan wilayah lautan territorial, lebih bersifat
nasionalistis. Terutama setelah Ecuador menentukan lebar wilayah territorialnya
yaitu 200 mil. Lalu seperti di Negara-negara lain, di Ecuador juga terdapat
masalah pembagian tanah yang sering menimbulkan ketidakadilan. Dalam “Plan
Integral De Transformacion y Desarollo” Ecuador tahun 1973-1974 (yakni Rencana
Transformasi dan Pembangunan Nasional)[5],
golongan militer mengaku bahwa sumber ketidakadilan terdapat didaerah pedesaan.
Karena itu daerah pedesaan harus memperoleh perhatian utama dalam Rencana
Pembangunan Nasional.
Pada tanggal 31 Agustus 1975 terjadi
usaha coup oleh Jenderal Raul Gonzalez, tetapi gagal. Karena pada umumnya
mereka yang berusaha berontak dibuang ke luar negeri. Setelah didahului dengan
krisis politik, timbul pula coup terhadap pemerintahan Guillermo Rodriguez Lara
pada 11 Januari 1976. Pada coup ini, dibentuk junta militer yang terdiri dari 3
orang perwira yaitu Laksamana laut Alfredo Poveda, Kepala Staf Angkatan Darat Jendral Guillermo Duran, dan
Kepala Staf Angkatan Udara Jendral Luis Leornd. Motivasi coup menurut
mereka adalah untuk memperbaiki keadaan perekonomian Negara. Kemudian kemampuan
Ecuador masih terbatas untuk dapat berperan penting dalam percaturan politik.
Pemerintah dalam negeri juga belum stabil dan juga golongan militer masih akan
terus melaksanakan peranan penting dalam proses penentuan kebijaksanaan
nasional.
C. DAMPAK PRATEK MILITER DALAM
PEMERINTAHAN AMERIKA LATIN
Pada umunya keikut sertaan militer dalam
politik mulanya didorong adanya keinginan untuk memperbaiki suatu sistem politik
yang dirasakan kurang baik dan untuk merangsang perkembangan sosial budaya yang
sehat. Dalam prakteknya, keikutsertaan militer dalam politik membawa
bermacam-macam dampak yaitu[6] :
1.
Militer dapat dikatakan berhasil
menjalankan misinya yaitu berhasil menciptakan suasana politik yang baru dan
lebih baik daripada sistem sebelumnya.
2.
Militer mengadakan intervensi dalam
bidang politik dengan tujuan untuk mengembalikan kekuasaan pada golongan sipil.
Tetapi sesudah kekuasaan dikembalikan kepada sipil, secara berangsur keadaan
tidak berjalan seperti yang diharapkan. Dan mengundang militer untuk mengadakan
intervensi politik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar