BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Amerika latin merupakan daerah yang kaya akan sumber daya
alam, daerah ini juga menjadi salah satu tujuan bangsa barat untuk dijadikan
sebagai tanah jajahannya. Hal ini menjadi wajar sebab bila daerah ini dapat
dikuasai maka kekayaan alamnya juga akan dapat dikuasai. Selain karena
kekayaan alamnya daerah ini juga memiliki tanah yang sangat subur.
Berkaitan dengan itu maka seperti di derah lainnya di dunia
ini maka di Amerika Latin juga tidak dapat dilepaskan dari apa yang kita kenal
dengan perbudakan. Perbudakan ini merupakan keuntungan yang sangat penting bagi
negara penjajah atau negara kolonial. Sebab dengan tenaga budak itu lah
kegiatan perekonomian dijalankan, baik itu di perkebunan maupun di
pabrik-pabrik milik pemerintahan kolonial.
Para budak yang dipekerjakan di Amerika Latin kebanyakan atau
bahkan semuanya berasal dari Afrika. Orang-orang Negro-lah yang kebanyakan
menjadi tenaga budak, yang memang mereka lah mampu beradaptasi dengan iklim
yang tidak menentu, dan tenaganya yang sangat kuat. Para budak yang berasal
dari Afrika ini memang dibawa secara khusus dari Afrika, yang nantinya terkenal
dengan sebutan Segi Tiga Emas Perdagangan Budak.
Pada perkembangannya budak juga mengalami perubahan, mereka
mulai memahami arti kebebasan. Memang kebebasan itu tidak mereka dapatkan
secara Cuma-Cuma, tetapi murni mereka sendiri yang mengusahakannya. Dalam
memperjuangkan kebebasannya para budak menempuhnya dengan melakukan perlawanan,
misalnya dengan pemogokkan maupun dengan perlawanan bersenjata.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan dibahas dengan lebih lanjut dalam makalah ini, yaitu
sebagai berikut ini:
1)
Bagaimana latar belakang munculnya perbudakan
di Amerika Latin?
2)
Bagaimana jalur segi tiga emas perdagangan budak?
3)
Apa dampak positif dan negative dari perdangangan budak bagi
Amerika Latin?
4)
Bagaimana usaha yang dilakukan untuk memperjuangkan kebebasan
para budak?
C. Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini
adalah
1.
Untuk mengetahui
latar belakang munculnya perbudakan di Amerika Latin.
2.
Untuk mengetahui
jalur segi tiga emas perdagangan budak
3.
Untuk
mengetahui dampak positif dan negative
dari perdangangan budak bagi Amerika Latin.
4.
Untuk
mengetahui usaha apa saja yang dilakukan untuk memperjuangkan kebebasan para
budak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Munculnya Perbudakan di Amerika Latin
Orang-orang Eropa datang ke Amerika Latin karena adanya
semangat penjelajahan samudra dan keinginan untuk membuktikan bahwa bumi ini
bulat serta adanya semboyan 3 G (Glory,Giospel,
Gold ),
tetapi setelah mengetahui bahwa Amerika Latin merupakan wilayah yang subur dan
kaya akan kekayaan alam maka orang-orang Eropa ingin menguasai Amerika Latin
dan menjadikannya koloni, karena tanahnya yang subur dapat dijadikan
perkebunan-perkebunan dengan tanaman eksport yang menjadi kebutuhan terpenting
mereka dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan yaitu menguasai
wilayah Amerika Latin maka orang-orang Eropa memperbudak penduduk asli (Indian)
khususnya di daerah-daerah yang strategis dan tanahnya subur yang dapat
memberikan banyak keuntungan bagi orang-orang Eropa. Daerah yang dijadikan
daerah koloni misalnya Kepulauan Karibia dimana terdiri dari banyak negara
antara lain: Haiti, Kuba, Republik Dominika, Jamaika. Bahamas, Barbados, dan
Trinidad Tobago.
Sebelum ada perdagangan budak, yang datang pertama kali ke Amerika
adalah para penjelajah Portugis yang mendarat di Pantai Gading yang sekarang dikenal
dengan wilayah Ghana pada tahun 1471. Para penjelajah Portugis ini veronika mulai
berniaga dengan penduduk di sepanjang pesisir pantai Gading atau Pantai Guinca.
Pada mulanya barang dagangan mereka yang utama adalah gading, lada, dan serbuk
emas, dari perniagaan Portugis itu banyak
mendatangkan keuntungan yang besar. Keberhasilan perniagaan Portugis di Afrika
yaitu di Pantai Gading terdengar oleh orang-orang Eropa yang lain seperti
Belanda, Inggris, dan Perancis, sehingga merekapun datang menyusul
Portugis di Afrika untuk menguasai dan mengambil kekayaannya. Dan menjelang
abad ke-18 serangkaian benteng Eropa berdiri di sepanjang Pantai Emas atau
Pesisir Guinea. Pada akhirnya perdagangan emas menjadi kegiatan kedua sesudah
lalu lintas manusia. Perdagangan manusia itu untuk dijadikan budak pada daerah
perkebunan, apalagi perkebunan, pabrik dan pertambangan di daerah koloni mereka
di Amerika khususnya di Amerika Latin yang membutuhkan tenaga kerja yang murah
dalam jumlah besar, maka perbudakan menjadi sangat penting sebab perdagangan
budak merupakan keuntungan komoditas eksport yang utama bagi Eropa.
Orang-orang Spanyol mulai menduduki Amerika Latin pada tahun
1500. Orang-orang Spanyol yang datang ke Amerika Latin mulai mendirikan
perkebunan-perkebunan, pabrik-pabrik dan pertambangan, dimana semua kegiatan
memerlukan banyak sekali tenaga kerja untuk dipekerjakan di tempat-tempat
tersebut dan dipekerjakan di rumah tangga mereka (pembantu rumah tangga). Maka
orang-orang Spanyol mulai memperbudak penduduk asli yaitu Indian untuk memenuhi
kepentingan mereka. Orang-orang Indian (penduduk pribumi yang
dijadikan budak di perkebunan-perkebunan, pabrik-pabrik,
pertambangan, dan menjadi pekerja rumah tangga untuk orang-orang Spanyol. Karena
perbudakan ini menimbulkan penderitaan bagi orang Indian mereka kehilangan hak
dan kebebasan di negerinya sendiri. Perlakuan orang-orang Spanyol terhadap
budaknya semakin kejam sehingga orang-orang Indian yang bekerja sebagai budak
pada orang Eropa semakin lama semakin berkurang dan mendekati kepunahan. Hal
itu yang menyebabkan perkebunan, pabrik, dan pertambangan menjadi
terbengkalai karena kekurangan tenaga kerja. Sedangkan hanya sedikit penduduk
kulit pulih yang mau bekerja sebagai buruh atau bahkan sebagai budak di
perkebunan, pabrik, dan pertambangan, karena mereka menganggap bahwa pekerjaan
itu hina atau kasar dan tidak layak bagi orang kulit merah. Maka untuk mencukupi jumlah tenaga kerja itu orang
orang Eropa mendatangkan budak dari benua Afrika.
Orang Spanyol mendatangkan budak dari Afrika untuk pertama
kali pada tahun 1510 untuk dipekerjakan pada daerah perkebunan,
pabrik, dan pertambangan. Khusus pada perkebunan tebu saat itu mengalami
kesulitan untuk memproduksi gula, padahal tebu merupakan
komoditi eksport yang paling besar dan paling banyak dibutuhkan dalam kehidupun
sehari-hari baik di Amerika Latin maupun di Eropa. Kesulitan itu disebabkan
karena peduduk pribumi hampir punah. Untuk meningkatkan produksi tebu maka
Orang Spanyol mendatangkan budak dari Afrika dan menjelang abad ke-16
perdagangan budak telah menjadi kegiatan yang terpenting. Bahkan lebih penting
dari perdagangan emas (Grolier International Inc, jilid 8 : 233).
Perdagangan budak bangsa Eropa sebenarnya telah dimulai ketika
Bangsa Portugis pertama kali membawa budak-budak dari Afrika ke Portugis pada
tahun 1446. Tetapi meskipun perdagangan budak sudah dimulai oleh Bangsa Portugis
namun yang menjadi pencetus utama dari kegiatan keji itu (perdagangan budak)
adalah seorang marinir Inggris di zaman Ratu Elizabeth yaitu John Hawkins yang telah
memulai pelayaran pertamanya pada tahun 1562.
Kemudian John Hawkins mengadakan
kontrak mensuplai budak ke Spanyol dan mengangkut beberapa ratus budak kulit hitam ke
Karibia dari Pesisir Guinea, Afrika. Perdagangan budak
semakin meningkat pada abad ke 17 dan mencapai puncaknya pada abad ke-8 dimana
perdagangan budak menjadi semakin kompetitif (Grolier International Inc, jilid
8; 233 ).
Pada abad ke 16 dan 17, orang menganggap perbudakan itu salah
masih sangat sedikit, khususnya bagi orang Eropa. Sedangkan Inggris pada tahun
1631 mendirikan benteng Karmatin di pesisir Guinea dan bahkan pada tahun 1663
atas perintah Raja Charles di keluarkan uang logam yang khusus digunakan dalam
perdagangan budak di daerah Pesisir Guinea yang dikenal dengan uang Guinea
(Grolier International Inc, jilid 8; 233 ). Pada tahun 1672 Inggris juga
memberikan hak kepada Royaf African Company yaitu hak carter untuk
mengambil alih perdagangan budak dari tangan Belanda dan untuk mengapalkan
budak ke berbagai perkebunan tebu di Hindia Barat. Hal tersebut membuat orang
Eropa saling bertikai untuk memperoleh bagian dalam pasar budak, tetapi Belanda
tetap menjual kepentingan-kepentingannya kepada Inggris (Negara dan Bangsa
Jilid 8:204). Sedangkan orang Spanyol pada umumnya tidak banyak terlibat dalam
perdagangan budak karena sebagian dan mereka tidak memiliki daerah jajahan di pesisir
pantai Guinea. Tetapi orang Spanyol ini selalu siap untuk memanfaatkan perilaku
buruk para pesaingnya
sehingga mereka dengan
leluasa membeli budak dari para pedagang
Belanda, Inggris dan Perancis.
B.
Segi Tiga
Emas Perdagangan Budak
Keadaan Eropa yang maju pesat dalam berbagai
bidang kehidupan mendorong mereka untuk mencari tenaga kerja yang sangat banyak
untuk dipekerjakan dalam bidang-bidang seperti pertanian, pertambangan,
peternakan dan perindustrian. Maka tenaga kerja tersebut diperoleh di
Afrika, terutama Afrika bagian Barat berupa budak-budak negro.
Para budak ini merupakan barang dagangan
terpenting yang diperebutkan oleh pedagang-pedagang Eropa. Mereka mendirikan
pangkalan-pangkalan ditepi pantai, fungsinya untuk menampung budak-budak yang
dibawa dari pedalaman, yang dilakukan oleh pemburu-pemburu budak. Tempat ini
juga sekaligus digunakan menjadi benteng-benteng untuk mempertahankan diri
terhadap pesaing misalnya Belanda dengan posnya Elmina di Tanjung Harapan merupakan sebuah pos perdagangan budak di
Afrika. ( Polak, 1975: 13-14 )
Di Guinea terdapat 40 benteng Eropa dan pos
perdagangan budak yang dikenal sebagai pabrik budak. Di tempat itu para
pedagang Eropa melakukan tawar menawar dengan kepala suku Afrika setempat untuk
memperoleh budak dan seringkali dalam memperoleh budak orang Eropa menghasut
serangan antar suku sehingga narapidana yang tertangkap dapat diangkut ke barak
pesisir kemudian diperdagangkan pada orang- orang Eropa lain yang membutuhkan
tenaga kerja. Keempat puluh benteng itu terbagi atas milik orang Belanda,
Inggris, Perancis, Portugis dan Denmark. Inggris sebagai pemilik terbesar
pabrik budak sekaligus bandar perdagangan budak untuk transaksi budak tersebut
setiap tahunnya mencapai sekitar 75.000 budak yang diperdagangkan. Para budak
ini dari pesisir dunia diangkut ke Karibia yang terkenal dengan kepulauan gula.
Mereka dipekerjakan di pekerbunan tebu dan di pabrik-pabrik tebu untuk mengolah
tebu menjadi gula dan dari Karibia disebarkan ke berbagai negara di Amerika
Latin antara lain : Chili, Brazilia, Argentina, Suriname, Guyana, dan beberapa
negara lainya. Selain diangkut ke Karibia
para budak diangkut ke Amerika Utara yaitu Virginia yang terkenal
sebagai perkebunan tembakau.
1.
Pusat-Pusat Perdagangan Budak
Ketiga tempat itu Pantai Gading yaitu sepanjang
pesisir Guinea (Afrika), kepulauan Karibia (Amerika Latin), dan Virginia
(Amerika Utara). Ketiga tempat itu dipilih sebagai pusat-pusat perdagangan
budak karena:
1. Pantai Gading (Pesisir pantai Guinea, Afrika).
a.
Pantai
Gading merupakan daerah atau wilayah yang strategis karena dekat dengan alam
terbuka yaitu pesisir pantai, sehingga dekat dengan transportasi laut yang
menghubungkan ke berbagai benua, khususnya ke benua Amerika.
b.
Pantai
Gading merupakan daerah yang kaya akan kekayaan alam, seperti gading dan emas.
c.
Orang Eropa
memandang bahwa orang Negro adalah orang yang kuat dan tahan panas karena pesisir
pantai Guinea terdapat di Afrika, sehingga dengan mudah mereka mencari budak
sebanyak banyaknya dengan harga yang murah.
2. Kepulauan Karibia (Amerika Latin).
a)
Kepulauan
Karibia merupakan wilayah kepulauan yang sangat strategis dekat dengan perairan
yang dapat dijadikan jalur pelayaran untuk memperdagangkan budak.
b)
Kepulauan
Karibia daerahnya sangat subur dan kaya yang penuh dengan perkebunan tebu dan
pabrik
gula sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja yang dapat bekerja keras. Kepulauan Karibia
juga terkenal dengan
sebutan kepulauan gula.
3. Virginia (Amerika Utara).
a) Letaknya strategis dekat dengan perairan.
b)
Virginia
merupakan wilayah yang subur dan kaya. Hasil utama Virginia adalah tembakau
sehingga banyak membutuhkan banyak tenaga kerja yang mau bekerja
keras dan harganya
murah.
2.
Jalur Segitiga
Emas Perdagangan Budak
a.
Pantai
Gading yaitu pesisir Guinea
b.
Kepulauan
Karibia (Amerika Tengah)
c.
Virginia (Amerika Serikat)
3.
Pelaksanaan
Segitiga Emas
Perdagangan Budak
Dalam pelaksanaan segitiga emas perdagangan budak
mulai dari pesisir Pantai Greenland, dimana orang Eropa yaitu Inggris sebagai
pencetusnya sekaligus bandar dari perdagangan budak. Orang memperoleh budak
dengan cara melakukan tawar-menawar dengan kepala suku Afrika baik di wilayah
Guinea, Camertin, Nigeria, Gabon, Congo, Sudan dan wilayah Afrika lainnya. Dari
pesisir pantai China kemudian mereka di angkut ke Karibia dengan kapal
setelah tiba di Karibia dipekerjakan di perkebunan tebu dan pabrik gula, mereka
juga diangkut ke Amerika Utara, yaitu Virginia untuk dipekerjakan di perkebunan
tebu. Selain di Virginia juga diangkut ke beberapa negara antara lain : Carolina,
Missisippi, Philadelphia, Chicago.
Para budak ini diangkut dari Afrika menuju
Karibia dan Virginia karena di wilayah tersebut penduduk pribuminya hampir
punah, sehingga memerlukan banyak tenaga kerja dan biaya yang sangat murah serta
rajin bekerja keras, maka orang Eropa memalingkan perhatian kepada orang Afrika
untuk memenuhi kepentingan mereka. Tetapi mereka (budak) tidak diperlakukan
dengan baik, mereka selalu mendapatkan siksaan apalagi ketika para budak sudah
tidak dapat bekerja dengan baik. Mereka dapat dibunuh. Selama perdagangan budak
berlangsung terus. Jumlah budak yang diperdagangkan mencapai 20.000.000 budak
(Grolier International Inc, jilid 8). Karena perlakuan yang tidak wajar, maka
mereka mengadakan perlawanan kepada tuan tanah perkebunan, apalagi setelah
meletus Revolusi Perancis 1789, dimana dihapuskannya hak istimewa kaum
bangsawan termasuk raja. Sehingga tidak ada perbedaan hak dan kewajiban di antara rakyat Perancis.
C.
Dampak
Positif dan Negatif Dari Perdagangan Budak di Amerika Latin.
Dampak Positif
perdagangan Budak bagi Amerika Latin
khususnya para Budak, yaitu:
·
Para budak
mengenal industri modern.
·
Para budak
kemudian mengenal uang.
·
Mereka
mengenal sistem sistem pertanian modern. Misalnya sistem
Irigasi, pertanian menggunakan alat modern serta
pengolahan hasil tani dengan mesin.
·
Mereka
mengenal tanaman baru (eksport), yang mempunyai nilai jual tinggi di pasaran internasional.
Dampak Negatif perdagangan Budak bagi
Amerika Latin khususnya para Budak, yaitu:
·
Para budak
yang ada di Amerika mereka berpisah dengan keluarga.
·
Mereka
mendapatkan perlakuan yang kasar dilingkungan perkebunan.
·
Mereka
tidak memiliki kebebasan, dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Mereka hanya punya tanggung jawab pekerjaan kepada tuan tanah atau tuan yang telah membeli mereka.
·
Mereka
tidak diakui sebagai warga negara, karena tidak memiliki hak pilih.
·
Mereka
tidak mendapatkan pendidikan modern.
Dengan adanya perbudakan maka ada
sumbangan-sumbangan yang diterima oleh masyarakat Amerika Latin antara lain yaitu:
a.
Amerika
Latin menjadi pluralisme, dimana menjadi satu kebanggaan tersendiri.
b.
Selain
kebudayaan Indian, berkembang pula kebudayaan
lain di Amerika Latin, terutama kebudayaan orang Negro, maupun kebudayaan orang
Eropa.
c.
Amerika
Latin menjadi maju dengan banyaknya komoditas eksport dan teknologi.
d.
Dengan
berlangsungnya perdagangan budak Amerika Latin menjadi makmur, khususnya bagi
orang Eropa sehubungan banyak mempekerjakan tenaga kerja murah.
D.
Usaha yang
Dilakukan Untuk Memperjuangkan Kebebasan Para Budak.
Selama berlangsungnya perdagangan budak, para
budak diperlakukan secara semena-mena oleh para majikannya. Dari penindasan
tersebut mendorong ingin bebas yang ditunjukan dengan melakukan perlawanan.
Perlawanan itu secara umum sebenarnya cukup banyak, namun kami hanya akan
menampilkan tiga perlawanan antara lain:
1.
Ketika para
pemukim Spanyol tengah melancarkan perang gerilya melawan para penyusup
Inggris, mereka mempersenjatai budak Afrika dengan bedil (senjata api) dan menjadikan mereka sebagai sekutu. Budak yang telah
dimerdekakan itu kemudian melarikan diri dan bergabung dengan budak yang telah
terlebih dahulu melarikan diri. Kemudian budak yang berasal dari pemukim
Inggris pun ikut bergabung dengan budak lainnya. Kelompok budak yang melarikan
diri itu kemudian mendirikan pemukiman ditempat-tempat yang tidak terjangkau di
pegunungan. Mereka ini disebut kelompok Maroon, yang berasal dari bahasa
Spanyol, Cimarron, yang artinya “liar” atau “sukar dikendalikan”. Tidak
beberapa lama kemudian mereka melakukan perang gerilya untuk menyerang
perkebunan. Berbagai upaya dilakukan untuk menaklukkan kelompok Maroon
mengalami kegagalan. Akhirnya, tahun 1738 Inggris mendandatangani sebuah
perjanjian dengan kelompok Maroon, dan menghibahkan lahan atau tanah dan
termasuk hak untuk menjatuhkan hukuman kepada kaumnya sendiri atas kejahatan
yang dilakukannya. (Grolier International
Inc Jilid 9: 25).
2.
Pierre Dominique
Toussaint Louverture, pemimpin berkulit hitam juga bekas budak, seorang
revolusioner yang memperjuangkan hak budak untuk menumbungkan kekuatan
revolusioner di Haiti. Tokoh ini menggunakan taktik adu domba antara
orang-orang kulit putih. Sehingga banyak orang kulit putih memihak kelompok
kulit hitam di Haiti. Hal ini seirama adanya pro dan kontra terhadap revolusi
Perancis. Ini nampak jelas dengan adanya kesatuan antara Inggris dan Spanyol
yang menentang Perancis di Haiti pada tahun 1793. Toussaint akhirnya menghadapi
musuh yang tangguh. Akhirnya Toussaint berhasil ditangkap dan ditawan di
Perancis sampai kematiannya. Sedangkan hilangnya kekuasaan Perancis di Haiti
karena berjangkit penyakit kuning yang telah menelan korban Jendral Leelere dan sebaian anak buahnya (Grolier
International Inc jilid, 9: 16).
3.
Simon
Bolivar, kelahiran Caracas Venezuela tahun 1783, keturunan Spanyol - Indian,
pada usia 20 tahun sudah terpengaruh oleh ide-ide pembaharu Perancis (J.J.
Rousseau, John Locke, Montesquieu). Pada tahun 1805 tokoh ini bersumpah di
bukit Aventim, tidak akan berpangku tangan sebelum tanah airnya bebas dari
kolonial Spunyol. Walaupun ia keturunan Spanyol, namun lebih banyak memihak
pada para budak. Ia menuntut persamaan hak dan perbaikan nasib para budak. Dengan
kepemimpinan yang tegas dan keras, ia berhasil menyadarkan para budak untuk
memperjuangkan nasibnya. Kemudian mereka digerakkan untuk melawan penguasa
Spanyol di Colombia, Equador, Peru dan Venezuela. Perjuangan itu membawa hasil
terbukti: Colombia merdeka 1819, Equador merdeka 1822, Peru merdeka 1825, dan
Venezuela merdeka 1821 (Michael 11. Hart, 1983 : 244).
Bila dicermati ternyata usaha untuk menyingkirkan
penguasa kolonial tidak selalu berjalan mulus. Hal ini berkait dengan Spanyol tetap
berambisi untuk mempertahankan tanah koloninya. Sementara itu akan muncul masalah besar bila para budak meninggalkan
perkebunan berakibat perkebunan terbengkelai. Sedangkan di pihak para budak dan
keluarganya berstatus ekonomi
rendah akan mengalami gangguan
untuk mendapatkan pendidikan. Meluasnya wabah penyakit kuning juga.akan mengancam
para budak.
Kalau dahulu Inggris memperkenalkan sistem
perbudakan, namun akhirnya Inggris juga aktif dalam menghapuskan perbudakan.
Ide penghapusan budak oleh Inggris itu dimotivasi beberapa factor yaitu:
·
Perbudakan
melanggar hak azasi manusia.
·
Perbudakan
tidak sesuai dengan demokrasi, tegasnya menghilangkan kebebasan.
·
Para budak
tidak mempunyai ketrampilan (skill), sehingga perbudakan justru
merugikan negara kapitalis. Sementara itu perbudakan hanya akan menguntungkan
para majikan perkebunan.
Penghapusan perbudakan juga telah dirintis oleh
beberapa kelompok. Kelompok, budak sendiri mengadakan perlawanan secara fisik
dengan cara mogok kerja, atau melarikan diri ke hutan. Kelompok kapitalis
berusaha mendesak parlemen untuk mengeluarkan undang-undang penghapusan
perbudakan. Perlu diketahui bahwa kelompok kapitalis ini besar pengaruhnya pada
parlemen. Kelompok Humanis juga berusaha mendesak parlemen untuk menghormati hak
para budak, serta mendukung dikeluarkannya undang-undang penghapusan perbudakan.
Kemudian tahun 1839 parlemen Inggris mengeluarkan
undang-undang penghapusan perbudakan, sering disebut undang-undang emansipasi.
Namun secara keseluruhan pemberlakuan
undang-undang emansipasi baru diberlakukan di seluruh wilayah koloni Inggris
pada tahun 1838. Sementara itu penghapusan perbudakan tidak hanya dilakukan oleh Inggris saja. Juga
dilakukan oleh Spanyol sejak 1835 dan Portugis tahun 1842. Setelah berakhirnya
perbudakan di Amerika Latin, kedudukan orang kulit hitam (budak) mulai diakui
sebagai warga negara dan ikut berperan aktif dalam kehidupan sehari-hari. Namun
pada masa awal kehidupan sosial, ekonomi dan politik masih didominasi oleh golongan
kulit putih. Sementara itu nasib orang Negro tetap miskin, dan kurang berkesempatan
menikmati pendidikan. Setelah mendapatkan pendidikan mulailah berhasil di
bidang sosial, ekonomi dan politik. Perbaikan nasib budak perlu waktu yang lama.
Membanjirnya emigran Eropa sekitar tahun 1880,
maka sebagian orang kulit hitam mulai
membaur dengan para
pendatang tersebut. Setelah beberapa generasi keturunannya tidak
mungkin dikenal keasliannya. Hal ini akibat terjadinya perkawinan campur antar
mereka. Namun orang Negro tetap berusaha mempertahankan kebudayaan aslinya,
terutama dalam bidang musik, tarian, dan tata cara keagamaan.
Setelah penghapusan perbudakan, perkebunan masih terus
berlangsung di Amerika Latin. Hal ini akibat faktor tanah yang subur. Para
bekas budak ada yang tetap tinggal dan berkarya di perkebunan. Meski pun
perkebunan telah dimekanisasi dan di lingkungan itu telah dilengkapi dengan
pabrik-pabrik. Hasil perkebunan yang tetap dikembangkan, yaitu teh, kopi, gula,
gandum, beras, pisang dan buah-buahan lainnya. Hasilnya barang komoditi itu
tetap membanjiri seluruh pasaran dunia.
BAB
III
KESIMPULAN
Sama halnya dengan di berbagai bangsa, Amerika Serikat misalnya,
perbudakan merupakan keuntungan tersendiri bagi negara penjajah. Dalam artian
bahwa budak sangat diperlukan tenaganya untuk bekerja di pabrik-pabrik,
perkebunan-perkebunan dan bahkan ada yang bekerja sebagai pembantu rumah
tangga. Dan inilah keuntungan bagi para penjajah, di mana mereka sangat membutuhkan
tenaga budak-budak tersebut tetapi disatu sisi para budak tersebut tidak
mendapatkan perlakuan yang wajar, dalam hal ini mereka tidak menerima gaji
sepeserpun.
Bila dicermati perbudakan dirintis oleh Inggris. Inggris mengambil
keuntungan mendatangkan orang Negro sebagai budak untuk di berbagai daerah
perkebunan, Namun karena perbudakan itu tidak sesuai dengan hak azasi manusia,
dan tidak menguntungkan akhirnya Inggris juga aktif untuk menghapuskannya. Para
budak juga aktif melakukan pemogokan, melarikan diri atau melakukan perlawanan
kepada majikannya.
Untuk menghapuskan perbudakan tidak dapat dilepaskan dari usaha
Simon Bolivar yang berhasil memerdekakan Peru, Venezuela, Bolivia dan Equador.
Spanyol terpaksa meninggalkan sebagian wilayah Amerika Latin. Tokoh lain yang
berjasa yaitu Toussaint dengan taktik adu dombanya, meskipun ia terpaksa harus
dipenjara di Perancis sampai kematiannya.
Perbaikan nasib bekas budak memerlukan waktu yang lama. Bahkan ada
bekas budak yang tetap tinggal di wilayah perkebunannya. Hanya dengan
keberhasilan pendidikan, para bekas budak berhasil mengubah status sosial dan
menjadi warga negara penuh.
DAFTAR
PUSTAKA
Grolier International Inc, 1989, Negara dan
Bangsa, Amerika Utara. jilid 8.
Jakarta : Widya Dara
------------------------------, 1989. Negara
dan Bangsa, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. jilid 9. Jakarta :
Widya Dara
------------------------------, 1989. Negara
dan Bangsa, Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. jilid
10. Jakarta : Widya Dara
Polak, Mayor J.B.A.F. 1975. Sejarah Dunia
Moderen. Malang. Gunung Agung Bali..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar