Halooo.... Semoga bermanfaat

Jumat, 18 Maret 2016

Makalah Amerika Latin - Pelaksanaan Demokrasi yang Berorientasi Komunis di Amerika Latin



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Demokrasi merupakan sebuah paham atau aliran yang sangat berpengaruh sejak abad ke 18 hingga abad 21 sekarang ini. Membicarakan demokrasi adalah soal bagaimana rakyat dalam suatu Negara mengelola kekuasaannya untuk kepentingan bersama. Dengan demikian pemaknaan demokrasi menjadi multi makna. Setiap individu dan bangsa sering memaknai demokrasi secara berbeda-beda sesuai kebutuhannya. Lihat saja istilah “demokrasi Liberal”, “demokrasi  Komunis”, “demokrasi Pancasila”.
Tidak dapat dipungkiri, Demokrasi sebagai sebuah bentuk pemerintahan memiliki idealisme yang sangat rasional bila dibandingkan dengan ideology lainnya. Demokrasi sebagai sebuah ide telah diterapkan sejak abad 6 SM (hingga abad 3 SM), dalam bentuk demokrasi langsung di Athena, Yunani dan sampai sekarang ini masih menjadi “idola’ di berbagai Negara di dunia.
Perjalanan panjang demokrasi tersebut ternyata juga menyentuh Amerika bagian Selatan, atau lebih dikenal dengan sebutan Amerika Latin. Sebagai bekas koloni bangsa Spanyol dan Portugis, Amerika Latin mengenal ide-ide demokrasi dari Barat. Namun beberapa Negara di Amerika Latin menganut demokrasi ala Timur (sosialis komunis) yaitu Kuba dan Haiti. Sesuatu yang menarik di sini adalah perjalanan kedua Negara ini (Kuba dan Haiti) yang merupakan bekas koloni bangsa Eropa ini hingga bisa menganut demokrasi ala Timur.

B.  Rumusan Masalah
1.   Bagaimana latar belakang munculnya demokrasi yang berorientasikan komunis di Kuba,  Bolivia dan Haiti?
2.   Bagaimana pelaksanaan demokrasi tersebut?
3.   Apakah hambatan dalam pelaksanaan demokrasi tersebut?
4.   Siapakah tokoh-tokoh yang berperan dalam pelaksanaan demokrasi tersebut?
5.   Nilai-nilai universal apa sajakah yang terdapat dalam pelaksanaan demokrasi yang berorientasikan komunis?



C.  Tujuan Penulisan
1.   Memaparkan latar belakang munculnya demokrasi yang berorientasikan komunis di Kuba, Bolivia dan Haiti
2.   Memaparkan pelaksanaan demokrasi tersebut
3.   Memaparkan hambatan dalam pelaksanaan demokrasi tersebut
4.   Memaparkan tokoh-tokoh yang berperan dalam pelaksanaan demokrasi tersebut
5.   Memaparkan nilai-nilai universal yang terkandung dalam pelaksanaan demokrasi yang berorientasikan komunis


























BAB II
PEMBAHASAN

A.  Demokrasi Berorientasikan Komunis di Kuba
1.   Latar Belakang Munculnya Demokrasi yang Berorientasikan Komunis di Kuba
Awal mula yang menyebabkan timbulnya Kuba sebagai Negara komunis yaitu keadaan intern dalam negeri dan dari luar berupa isolasi regional Negara-negara tetangga Kuba sebagai reaksi terhadap corak politik pemerintahan Fidel Castro. Kuba mengalami juga gejolak-gejolak politik dalam negeri yang mengakibatkan adanya instabilitas politik[1]. Pada saat itu presiden Kuba yaitu Kolonel Fulgencio Batista. Pemerintahan Batista ini sangat diktaktor mengakibatkan Fidel Castro memberontak dengan menyerang kesatuan di Santiago de Cuba. Namun dalam penyerangan tersebut Castro tertangkap dan diadilinya. Dalam proses pengadilan tersebut Castro mendapat pembelaan dari rakyat, maka akhirnya Castro dibebaskan. Keadaan pemerintahan Batista semakin memburuk dimana-mana timbul demonstrasi dan pemogokan. Hal tersebut membuat Castro semakin memperoleh dukungan untuk melawan Batista.
Ketika meraih kekuasaan dari tangan diktator Fulgencio Batista yang mendapatkan dukungan penuh dari AS, pada 1959, pemerintahan baru pimpinan Fidel Castro Ruz dihadapkan pada tugas utama untuk mengganti model negara lama dengan negara baru yang sesuai dengan cita-cita revolusioner mereka.Ini bukan pekerjaan yang mudah karena pertama, tidak seperti revolusi sosialis lainnya di dunia, revolusi Kuba ini dilakukan tanpa adanya sebuah partai pelopor, tanpa adanya koherensi ideologi yang terartikulasi dengan solid dan kemampuan militer yang sangat sederhana. Yang kedua, para revolusioner itu tidak memiliki struktur politik yang permanen yang bisa dijadikan lokomotif untuk menarik gerbong revolusi lebih jauh.
Dengan diadakannya program sosialisasi dan landreform membuat pemerintahan Castro makin menunjukan sikap anti Amerika. Sebaliknya Amerika Serikat juga memberikan sikap anti Castro, yang makin mendorong Castro ke pihak Komunis. Ketegangan antara kedua Negara tersebut makin memuncak. Castro menasionalisasikan perusahaan-perusahaan karena perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat menolak untuk melakukan penyulingan terhadap minyak kasar Rusia. Akibatnya Amerika Serikat membalasnya dengan memperkecil kuato pembelian gula dari Kuba. Pada tanggal 1 Desember 1961,Castro menyatakan diri bahwa ia seorang Marxis-Leninis. Hal tersebut, membuat Amerika Serikat mulai mencari kawan untuk menekan dan mengasingkan pemerintahan Fidel Castro.

2.   Pelaksanaan Demokrasi yang Berorientasikan Komunis di Kuba
a)   Dalam Bidang Politik
Pemerintahan Kuba mengalami gejolak-gejolak politik dalam negeri yang mengakibatkan adanya instabilitas politik. Dengan adanya sistem politik yang diterapkan Fidel Castro membuat Kuba terancaman terisolasi oleh Negara-negara tetangga Kuba.
Setelah memerintah seorang diri selama bertahun-tahun Castro menyajikan konstitusi kepada rakyatnya pada tahun 1976. konstitusi tersebut secara resmi mengakui peranan kepemimpinan partai komunis di Kuba yang disetujui melalui referendum. Dibawah konstitusi tersebut yang menciptakan sistem parlemen untuk seluruh negara, badan legislatif utama adalah dewan nasional. Para anggotanya dipilih setiap empat tahun sekali oleh para pemberi suara Kuba yang berumur 16 tahun ke atas. Dewan tersebut dibimbing oleh suatu dewan negara yang beranggotakan 31 orang, yang dipilih dari kalangan anggota dewan nasional. Dewan ini diketuai oleh seorang presiden yang sesuai dengan ketentuan konstitusi, yaitu kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Jabatan ini dipegang oleh Castro.
Pada jenjang pemerintahan yang lebih rendah dewan propinsi dan dewan kotamadya telah dibentuk. Para calon untuk dewan tersebut diajukan oleh partai komunis dan organisasi-organisasi yang terkait. Dewan propinsi dan dewan kotamadya tersebut mengawasi dinas-dinas umum seperti sekolah, rumah sakit, teater, hotel, transportasi dan pelayaran.

b)   Dalam Bidang Ekonomi
Pola perekonomian dan perdagangan Kuba mengikuti pola Uni Soviet dan Eropa Timur. Sebelum tahun 1961, Amerika Serikat mengimpor gula, tembakau dan cerutu dari Kuba. Sebaliknya Kuba mengimpor dari Amerika Serikat melalui Florida barang-barang kebutuhan sehari-hari. Namun, ketika Kuba mulai bersekutu dengan Negara-negara komunis peranan tersebut dioper oleh  Uni Soviet dan Eropa Timur. Walaupun Rusia merupakan Negara no 2 dalam produksi gula, ia mengimpor sebagian besar produksi gula Kuba untuk selanjutnya di teruskan ke Eropa Timur. Dari Rusia diimpor bahan baku, minyak bumi dan barang-barang keperluan industri.
Sejak tahun 1970 mulai diadakan perluasan pemasaran hasil produksi Kuba dan diversifikasikan dalam prdagangan. Pasaran diperluas hingga Eropa Barat dan juga ke Jepang, Inggris, Spanyol, Kanada dan RRC. Dalam tahun 1973, ekspor dan impor kuba mengalami keseimbangan yang cukub baik bagi perekonomiannya. Namun pada tahun 1974 ditempulah blokade ekonomi terhadap Kuba, mula-mula oleh Argentina dan kemudian diikuti oleh Negara-negara Amerika Latin lainnya.

c)    Dalam Bidang Sosial dan Budaya
Dimasyarakat Kuba ketahanan nasional dan kemajuan organisasi disiplin yang membaja mulai tumbuh dan berkembang disertai kesadaran rakyat untuk siap menderita demi kepentingan negaranya. Selain itu, di Kuba kesehatan rakyat adalah gratis dan setiap tahun dibangun 160 buah gedung sekolah baru untuk rakyat.

3.   Tokoh-tokoh yang Berperan di Kuba
a.    Fulgencio Batista Zaldivar
Batista adalah seorang sersan muda dalam angkatan bersenjata Kuba sekaligus pemimpin golongan revolusioner Kuba. Golongan revolusioner berhasil menggulingkan pemerintahan Machado yang sangat diktator. Penggulingan tersebut berhasil mengantar Ramon Brau San Martin ke kursi presiden, namun Batista mampu mengambil alih pemerintahan sebagai diktaktor pada tahun 1934 dengan menerapkan demokrasi perwakilan. Pemerintahan Batista berhasil memperoleh dukungan Amerika Serikat.

b.   Fidel Castro
Fidel Castro merupakan seorang tokoh rakyat dan tokoh nasionalis yang populer. Fidel Castro memiliki sifat-sifat spontan, hangat, bersahabat dan revolusioner. Dia seorang tokoh yang suka berjaket hijau dengan dasi yang sering disebut Premier atau Comrade Castro, tetapi lebih suka disebut Fidel, Chief atau Commander. Ia memiliki pola yang merupakan kombinasi dari seorang revolusioner retoris khas Amerika Latin (seorang nasionalis dan seorang Komunis). Dibawah pemimpinan Castro, Kuba tidak hanya bertahan dalam mengalami tekanan-tekanan isolasi, tetapi juga bertumbuh menjadi negara Sosialis pola Uni Soviet yang kuat.
Castro memerlukan waktu 2 tahun untuk mewujudkan kejatuhan Batista. Fidel Castro segera mengambil alih pemerintahan dan mengungkapkan berbagai kebijakan otoriternya. Castro harus menyatukan pemerintahannya dengan dunia komunisme agar bisa mendapatkan bantuan dari negara-negara komunis baik ekonomi maupun pertahanan sebagai akibat dari putusnya segala hubungan dengan Amerika Serikat. Castro menyajikan konstitusi kepada rakyatnya pada tahun 1976. konstitusi tersebut secara resmi mengakui peranan kepemimpinan partai komunis Kuba yang disetujui melalui referendum. Dewan ini diketuai oleh seorang presiden yang sesuai dengan ketentuan konstitusi adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan, jabatan ini dipegang oleh Castro.

B.  Demokrasi yang Berorientasikan Komunis di Bolivia
1.   Latar Belakang Munculnya Demokrasi yang Berorientasikan Komunis di Bolivia
Faktor intern yang mempengaruhi pertumbuhan sosial-politis dan ekonomis Amerika Latin, mempengaruhi juga pandangan para pemimpin Amerika Latin terhadap persoalan-persoalan dunia. Faktor intern didalam negeri dan faktor-faktor regional antara bangsa-bangsa Amerika Latin sendiri Nampak belum terelesaikan secara memuaskan. Masih banyak timbul gejolak politik dan bahkan pemberontakan-pemberontakan yang silih berganti. Persengketaan mengenai wilayah perbatasan masih belum teratasi secara menyeluruh. Begitu pula yang melatar belakangi Bolivia menerapkan demokrasi yang berorientasikan komunis. Bolivia mulai terbuka dalam komunikasi dengan dunia dan terlihat peranannya dalam percaturan dunia yaitu pada saat Terusan Panama dibuka.                  
Bolivia merupakan Negara yang berpenghasilan per kapita nomor dua paling rendah di Amerika Latin. Hal tersebut dikarenakan sejak waktu yang lama tidak ada suatu pemerintahan pun yang berhasil hidup panjang, karena selalu terjadi pemberontakan yang terus menerus sehingga tidak tercapai stabilitas nasional.

2.   Pelaksanaan Demokrasi yang Berorientasikan komunis di Bolivia
a.    Dalam Bidang Politik
Dalam bidang politik timbul pergolakan politik hingga tahun 1960-an. Hal ini disebabkan karena sering terjadi pergantian pemerintahan. Sejak awal tidak ada pemerintahan yang berhasil bertahan lama, karena selalu terjadi pemberontakan-pemberontakan yang menyebabkan tidak tercapainya kestabilan nasional. Sejak kemerdekaannya dalam tahun 1825 hingga tahun 1971, pada saat kolonel Hugo Banzer menjabat menjadi presiden telah terjadi sekitar 180 kali perubahan pemerintahan secara paksaan.  
Bolivia juga mengalami persengketaan dengan Chili yang mengakibatkan sebagian daerah pantai Bolivia dikuasai oleh Chilli. Sengketa antara kedua Negara ini baru terselesaikan dengan adanya perjanjian perdamaian dan persahabatan antara Bolivia dan Chili. Dimana Bolivia harus melepaskan wilayah pantainya kepada Chili, namun Chili memberikan ganti berupa pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan Ibukota La Paz dengan pelabuhan Arica dari Chili, hak perdagangan dan lalu lintas bebas melalui wilayah Chili. Selain persengketaan dengan Chili, juga bersengketa dengan Brasil mengenai wilayah perbatasan sebagai konsekuensi logis dari tidak jelasnya batas-batas wilayah teritorial. Akibatnya, Bolivia kehilangan wilayahnya sebagaian timur yaitu sekitar daerah Acre yang kaya akan kayu karet. Antara tahun 1932-1935 terjadi perang Chaco antara Bolivia dan Paraguai mengenai perbatasan wilayah. Perang Chaco ini terselesaikan dengan perjanjian persahabatan dan perdamaian. Dalam perang Chaco ini melahirkan doktrin baru yaitu “ tidak akan mengakui sahnya wilayah-wilayah yang diperoleh melalui cara menduduki atau menguasai secara paksa atau kekerasan lain”. Dalam perang Chaco ini terlihat jelas bahwa politik luar negeri Bolivia lebih ditunjukan guna penyelamatan kepentingan bangsa melalui pembinaan keamanan nasional.
Akan tetapi, dibawah kekuasaan Banzer Bolivia mulai Nampak stabil. Banzer memperoleh kekuasaan melalui suatu coup terhadap Presiden Jenderal Juan Jose Torres. Pemerintahan Torres yang dipandang pro-komunis waktu itu didukung oleh serikat buruh sosialis, Mahasiswa, politisi dan golongan militer yang berhaluan kiri. Coup Banzer didukung oleh beberapa tokoh politik dari Movimiento Nacionalista Revolucionarioa (MNR) yang berhaluan Kanan, Partai Sosialis Falange, ex-Presiden Victor Paz Estenssoro dan beberapa tokoh dari kalangan militer.

b.   Dalam Bidang Ekonomi
Bolivia kaya akan sumber mineral seperti: timah, tembaga, perak, antimonium, minyak bumi dan gas alam. Akan tetapi kekayaan tersebut tidak bisa sepenuhnya digunakan oleh masyarakat Bolivia karena kurangnnya tenaga kerja terdidik, modal dan lemahnya transportasi yang menyebabkan tambang-tambang yang ada belum bisa dikerjakan secara memuaskan. Bolivia memiliki barang eksport seperti kopi, karet dan coklat, sedangkan beras, gandum, gula, dan buah-buahan pada umumnya untuk konsumsi dalam negeri. Sebagian besar penduduk Bolivia yaitu orang Indian.
Bolivia merupakan Negara yang berpenghasilan per kapita nomor dua paling rendah di Amerika Latin. Hal tersebut dikarenakan sejak waktu yang lama tidak ada suatu pemerintahan pun yang berhasil hidup panjang, karena selalu terjadi pemberontakan yang terus menerus sehingga tidak tercapai stabilitas nasional. Kestabilitasan nasional ini terjadi pada saat presiden Hugo Banzer. Hal tersebut terlihat mulai adanya kerja sama dengan Negara-negara lain. Misalnya, kerjasama dengan Jepang. Jepang banyak mengekspor alat-alat elektronik ke Bolivia.

c.    Dalam Bidang Sosial dan Budaya
               Masyarakat Bolivia belum sepenuhnya memiliki pendidikan yang baik. Masih banyak masyarakat yang masih buta huruf, sehingga mereka hanya menjadi tenaga kerja yang tidak terdidik. Dengan kurangnya tenaga kerja terdidik tersebut, membuat penghasilan perekonomian di Bolivia kurang memuaskan. Namun pada saat pemerintan Banzer, Bolivia mulai menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik. Dengan kebijaksanaan politik luar negeri, dengan bersahabat dengan Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa Barat. Dengan adanya kebijakan tersebut, membantu Bolivia dalam mengembangkan sektor pariwisata-pariwisata yang sangat menguntungkan yaitu, Lapaz, ibukota tertinggi di dunia (11.000 kaki diatas permukaan laut) mulai menarik wisatawan-wisatawan untuk berkunjung.

3.   Tokoh yang Berperan di Bolivia
Hugo Banzer sangat berperan dalam pemerintahan Bolivia. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, ia mampu meningkatkan pemerintahan Bolivia ketahapan stabil dalam berbagai bidang. Terhadap Negara-negara tetangganya Ia bersikap sangat berhati-hati, untuk mencegah terulangnya kembali persengketaan-persengketaan perbatasan yang pada hakekatnya hanya merugikan Bolivia sendiri. Namun sejauh mana pemerintahan Banzer akan dapat memantapkan sistem demokrasi Bolivia dan menghapuskan kebiasaan coup dan counter coup.




C.  Demokrasi yang Berorientasikan Komunis di Haiti
1.   Latar Belakang Munculnya Demokrasi yang Berorientasikan Komunis di Haiti
Pulau Hispanyola di kawasan Laut Karibia, yang ditempati bersama-sama oleh Haiti dan Republik Dominika itu, ditemukan oleh Christopher Columbus pada tanggal 5 Desember 1492 dalam pelayaran ke Spanyol. Menjelang abad ke-17 pulau Hispanyola merupakan surga bagi perampokan atau bajak laut, yang banyak diantaranya berkebangsaan Prancis dan amat sangat membeci Spanyol. Para perompak itu menjadikan pulau kecil Tortugas, yang terletak di lepas pantai utara Hispanyola, sebagai sarangnya. Pada tahun 1697, ketika sebuah perjanjian ditandatangani oleh Prancis dan Spanyol, yang pada hakikatnya memantapkan daerah operasi bajak laut mereka itu, Prancis diberi sepertiga bagian barat pulau Hispanyola, yang sekarang adalah Haiti.[2]
Penduduk Haiti sebagian besar adalah orang Negro, sedang di Dominika adalah Mulatto. tingkat kehidupan masyarakat masih rendah. Perekonomian mereka tergantunng pada gula, kopi, tembakau, coklat, sisal dan kayu. Prasarana transportasi di Haiti masih belum memadai. Dalam sektor pendidikan pun masih rendah sehingga masih banyak masyarakat yang buta huruf.
Telah kita ketahui bahwa Haiti adalah bekas jajahan Prancis, yang berontak melawan Napoleon, mengumumkan kemerdekaan dalam tahun 1801 dan menyatakan diri sebagai Republik Haiti dalam tahun 1804; dengan pengakuan kemerdekaan oleh Prancis dalam tahun 1825. Antara tahun 1904-1915 terjadi kerusuhan di Haiti yang mengakibatkan banyaknya orang asing terbunuh (terutama orang-orang Prancis dan Jerman), di mana pemerintahan-pemerintahan silih berganti. Sejak tahun 1915 Amerika Serikat melakukan intervensi fisik langsung dengan menduduki Haiti, dengan dalih untuk menertibkan keadaan. Pendudukan ini baru berakhir dengan perjanjian yang ditandatangani oleh Prasiden Roosevelt dan Presiden Haiti, Stenio Vincent ( 14 Agustus 1934).
Dalam saat-saat Perang Dunia ke-2, Haiti diperintahkan oleh Prasiden Elie Lescot (1941-1946), di mana dalam tahun 1946 ia di paksa turun pemerintahan oleh coup militer. Kemudian dibentuk suatu junta militer. Antara tahun-tahun 1946-1950 berkuasa Presiden Dumarsais Estime. Masalah reeleksi Presiden ini mengakibatkan adanya pergolakan politik sehingga kembali lagi muncul sebuah junta militer dalam tahun 1950. Antara tahun-tahun 1950-1956 Prasiden Haiti adalah seorang Kolonel, Paul Magloire. Angkatan bersenjata merebut kekuasaan dalam tahun 1957, dan sejak bulan Oktober 1957 itu Haiti dipimpin oleh Prasiden Dr. Francois Duvalier, yang lebih terkenal dengan sebutan “papa Doc”. Mestinya, secara konstitusional Duvalier akan memerintah selama 6 tahun (1957-1962), tetapi dalam tahun 1961 sudah diadakan pemilihan umum, yang memperpanjang jabatannya untuk jangka waktu 6 tahun lagi. Dengan demikian praktis ia memimpin sebagai seorang diktator.[3] Inilah awal dari pelaksanaan demokrasi yang berorientasikan komunis  di Haiti.

2.   Pelaksanaan Demokrasi yang Berorientasikan Komunis di Haiti
a)   Dalam Bidang Politik
Dalam saat-saat Perang Dunia ke-2, Haiti diperintah oleh Prasiden Elie Lescot (1941-1946), di mana dalam tahun 1946 ia di paksa turun pemerintahan oleh coup militer. Kemudian dibentuk suatu junta militer. Antara tahun-tahun 1946-1950 berkuasa Presiden Dumarsais Estime. Masalah reeleksi Presiden ini mengakibatkan adanya pergolakan politik sehingga kembali lagi muncul sebuah junta militer dalam tahun 1950. Antara tahun-tahun 1950-1956 Prasiden Haiti adalah seorang Kolonel, Paul Magloire. Angkatan bersenjata merebut kekuasaan dalam tahun 1957, dan sejak bulan Oktober 1957 itu Haiti dipimpin oleh Prasiden Dr. Francois Duvalier, yang lebih terkenal dengan sebutan “papa Doc”. Mestinya, secara konstitusional Duvalier akan memerintah selama 6 tahun (1957-1962), tetapi dalam tahun 1961 sudah diadakan pemilihan umum, yang memperpanjang jabatannya untuk jangka waktu 6 tahun lagi. Dengan demikian praktis ia memimpin sebagai seorang diktator.[4]
Duvalier menghapus kekuasaan Angkatan Bersenjata dengan diganti Tentara Pribadi yang komandan-komandannya lansung bertanggung jawab kepadanya. Dalam Tentara Pribadi terdapat tiga kelompok yaitu Milisi Pedesaan, Milisi Kota dan Pasukan Pengawal Istana. Duvailier juga ingin membina Nasionalisme Hitam dengan mengangkat tinggi posisi orang Negro , dengan mengubah bendera nasional yang bergaris horizontal berwarna merah dan biru menjadi bergaris vertical berwarna hitam dan merah.
 Duvalier hidup dalam kemewahan, yang dananya menurut dugaan diperoleh dengan menyelewengkan dana bantuan luar negeri yang seharusnya dimanfaatkan untuk menanggulangi kemiskinan yang semakin menjadi-jadi di negeri itu. Mereka dikelilingi oleh pejabat yang korup. Bersama-sama mereka itu menyeret pemerintahan dan perekonomian negeri itu ke keadaan yang paling bobrok. Sekali-sekali ditempuh berbagai upaya untuk menampilkan wajah demokrasi, tetapi acapkali para calon dari golongan oposisi sudah ditangkapi sebelum pemilihan umum dapat berlangsung, atau daftar calonnya telah diatur demikian rupa sehingga dapat menjamin kembali berkuasanya para pendukung Duvalier. Serentetan unjuk rasa yang memprotes terus bercokolnya pemerintah Duvalier meletus pada awal tahun 1980-an. Berkat adanya dorongan semangat yang berupa semakin gencarnya kritik Amerika Serikat terhadap pelanggaran hak-hak azasi manusia yang dilakukan oleh pemerintah Haiti, unjuk rasa itu berhasil mengembangkan suatu momentum demikian rupa sehingga pada tahun 1986 Duvalier setuju untuk meninggalkan Haiti dan mengucilkan diri. Suatu pemerintahan sementara yang dipimpin oleh golongan militer berhasil menguasai negara itu, yang menjanjikan suatu undang-undang baru dan memulihkan demokrasi.
Haiti masih harus menghadapi tantangan yang berkepanjangan dalam bidang ekonomi, sosial dan politik karena harapan akan terjadinya konsolidasi dalam proses demokrasi tidak mencapai keberhasilan sejak tahun 1986.  Disfungsi institusi, pemerintahan yang miskin, korupsi, kejahatan, perdagangan obat-obatan terlarang dan kerawanan lingkungan hidup telah menghancurkan stabilitas politik, ekonomi dan sosial dalam negara tersebut.  Ditambah lagi, kelompok bersenjata ilegal juga masih banyak dijumpai diseluruh negara.

b)   Dalam Bidang Ekonomi
Penduduk Haiti sebagian besar adalah orang Negro, sedang di Dominika adalah Mulatto. Tingkat kehidupan masyarakat masih rendah. Perekonomian mereka tergantunng pada gula, kopi, tembakau, coklat, sisal dan kayu. Prasarana transportasi di Haiti masih belum memadai. Dalam sektor pendidikan pun masih rendah sehingga masih banyak masyarakat yang buta huruf.

c)    Dalam Bidang Sosial dan Budaya
Duvalier menjadi dokter dan ikut dalam kampanye pemberantasan penyakit patek. Sehingga masyarakat pada saat itu memperoleh perhatian penuh akan kesehatan. Duvalier tertarik terhadap voodoo yitu suatu aliran kepercayaan orang-orang Afrika. Maka Nasionalisme di Haiti diwarnai dengan Nasionalisme Hitam yang didominasikan dengan voodoo. Hal tersebut sangat bertentangan dengan Gereja, maka banyak orang-orang Jesuit terusir. Akibatnya Duvalier dijatuhi ekskomunikasi, hubungan vatikan dan Haiti terputus.

3.   Tokoh-Tokoh Demokrasi yang Berorientasikan Komunis Di Haiti
a.    Francois Duvalier
Duvalier adalah seorang dokter yang dikenal sebagai “papa doc”. Ia terpilih menjadi presiden dari mengikrarkan dirinya sendiri sebagai presiden seumur hidup pada tahun 1964-1971, sebelum ia meninggal dia mengubah Undang-Undang Dasar sedemikian rupa sehingga memungkinkan dirinya berhak mencalonkan anaknya Jean Claude Duvalier sebagai pengganti Francois Duvalier.
b.    Jean Claude Duvalier
Bersama-sama dengan bapaknya ia memerintah dengan tangan besi dan kekuasaan absolute menggoyang segala bentuk oposisi melalui polisi rahasianya yang dibenci rakyat dan dikenal sebagai “Tantons Macoutes”, yang dalam logat kreol berarti “hantu”. Serentetan unjuk rasa memprotes pemerintahan Duvalier meletus pada tahun 1980-an. Unjuk rasa itu berhasil mengembangkan suatu momentum yang sedemikian rupa sehingga pada ahun 1986 Duvalier setuju untuk meninggalkan Haiti dan mengucilkan diri.

D.  Permasalahan yang Muncul  Dalam Pelaksanaan Demokrasi yang Berorientasikan Komunis
a)   Kepemimpinan yang diktator
Kepemimpinan diktator yang menghambat atau menutup partipasi politik warga negara. Dengan gaya pemerintahan yang otoriter, maka penguasa berusaha menyingkirkan lawan-lawan politik dan kelompok-kelompok yang ingin turut serta dalam penentuan kebijakan. Sehingga melanggar pilar demokrasi yaitu kebebasan menyatakan pendapat.
b)   Intervensi asing
Intervensi asing dilakukan bangsa asing untuk menanamkan pengaruhnya dalam rangka mencapai kepentingan ekonomi dan politik dari negara asing tersebut. Misalnya: pendirian pangkalan militer, perluasan pasar, dan kebutuhan bahan industri. Intervensi ini terlihat dari adanya tindakan menjadikan demokrasi di negaranya sebagai tolak ukur demokrasi di negara lain, dalam hal ini Kuba dan Haiti. Tindakan ini sering dilakukan oleh Amerika Serikat.

c)    Konflik yang berkepanjangan
Di Kuba dan Haiti sampai saat ini masih terjadi konflik antara Sipil dan militer yang dilatarbelakangi oleh masalah sosial-budaya, ekonomi dan politik.

E.  Nilai-nilai Universal
a)   Nilai perjuangan dalam pertahanan bangsa
Nilai perjuangan ini terlihat pada perjuangan tokoh-tokoh yang berperan di Kuba dan Haiti, mereka dengan semangat meningkatkan perjuangan emansipasi politik, social, ekonomis cultural dan militer lepas dari pengaruh Negara-negara lain. Para tokoh tersebut berjuang demi kestabilitasan negaranya.

b)   Nilai persatuan dan kerjasama
Dalam pembelajaran ini kita dapat mengambil suatu nilai yaitu nilai persatuan dan kerjasama. Meskipun pada awalnya banyak Negara yang tidak mau berkerjasama dengan Kuba namun pada akhirnya Negara-negara lain mulai mengadaka kerjasama. Hal tersebut didorong adanya kepentingan untuk saling melengkapi karena tidak ada Negara yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan Negara lain. Nah, disini berarti kerjasama dan persatuan itu penting guna kelangsungan kehidupan suatu bangsa.

c)    Nilai cinta tanah air
Nilai cinta tanah air juga terlihat yaitu adanya kerja keras dari para tokoh untuk memperjuangakan kemerdekaan bangsanya. Mereka dengan berani berjuang demi Negara tercintanya. Tak ada rasa takut dan gentar sedikit pun dalam diri mereka, jiwa nasionallisme telah bersatu dalam dirinya. Kita disini sebagai penerus bangsa Indonesia wajib memiliki jiwa nasionalisme dan cinta tanah air untuk mempertahankan Negara kita.








BAB III
KESIMPULAN

            Munculnya pelaksanaan demokrasi yang berorientasikan Komunis di Negara Kuba, Bolivia dan Haiti dilatarbelakangi oleh adanya gejolak-gejolak di dalam pemerintahan, yang diakibatkan oleh adanya gejolak pemerintahan di negara-negara tersebut sehingga  menyebabkan terjadinya ketidakstabilan pada bidang politik, sosial dan ekonomi.
            Dalam bidang politik, pada ketiga Negara tersebut sering terjadi ketidakstabilan politik. Hal ini dapat terlihat pada seringnya terjadi pergantian pemerintahan yang disebabkan karena selalu terjadinya pemberontakan yang terus-menerus.
            Dalam bidang ekonomi, Negara-negara tersebut sering terjadi hegemoni dan eksploitasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat oleh perusahaan-perusahaan multinasional, padahal negara-negara tersebut masih memerlukan bantuan ekonomi yang tidak mengikat, justru dengan munculnya perusahaan-perusahaan multinasional.  Hal ini membuat Negara-negara tersebut menjadi terikat atau ketergantungan terhadap perusahan-perusahaan multinasional.


















DAFTAR PUSTAKA


Hidayat Mukmin, Pergolakan di Amerika Latin, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981.
Grolier International.  Negara dan Bangsa (Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerka Selatan Jilid 9). 1989. PT. Widyadara: Jakarta.
http://pdf , sejarah Amerika Latin
http:// id. Wikipedia. Org/wiki/sejarah-militer-poltik-amerika latin. Html.


[1] Hidayat Mukmin.Pergolakan di Amerika Latin, 1981.Jakarta. hlm.135
[2] Grolier International.  Negara dan Bangsa (Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerka Selatan Jilid 9). 1989. PT. Widyadara: Jakarta. hlm. 15
[3] Hidayat Mukmin, Pergolakan di Amerika Latin, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981, hlm. 174-175
[4] Hidayat Mukmin, Pergolakan di Amerika Latin, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981, hlm. 174-175

Tidak ada komentar:

Posting Komentar