BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi merupakan sebuah paham atau aliran yang
sangat berpengaruh sejak abad ke 18 hingga abad 21 sekarang ini. Membicarakan
demokrasi adalah soal bagaimana rakyat dalam suatu Negara mengelola
kekuasaannya untuk kepentingan bersama. Dengan demikian pemaknaan demokrasi
menjadi multi makna. Setiap individu dan bangsa sering memaknai demokrasi
secara berbeda-beda sesuai kebutuhannya. Lihat saja istilah “demokrasi
Liberal”, “demokrasi Komunis”,
“demokrasi Pancasila”.
Tidak dapat dipungkiri, Demokrasi sebagai sebuah
bentuk pemerintahan memiliki idealisme yang sangat rasional bila dibandingkan
dengan ideology lainnya. Demokrasi sebagai sebuah ide telah diterapkan sejak
abad 6 SM (hingga abad 3 SM), dalam bentuk demokrasi langsung di Athena, Yunani
dan sampai sekarang ini masih menjadi “idola’ di berbagai Negara di dunia.
Perjalanan panjang demokrasi tersebut ternyata juga
menyentuh Amerika bagian Selatan, atau lebih dikenal dengan sebutan Amerika
Latin. Sebagai bekas koloni bangsa Spanyol dan Portugis, Amerika Latin mengenal
ide-ide demokrasi dari Barat. Namun beberapa Negara di Amerika Latin menganut
demokrasi ala Timur (sosialis komunis) yaitu Kuba dan Haiti. Sesuatu yang
menarik di sini adalah perjalanan kedua Negara ini (Kuba dan Haiti) yang
merupakan bekas koloni bangsa Eropa ini hingga bisa menganut demokrasi ala
Timur.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
latar belakang munculnya demokrasi yang berorientasikan komunis di Kuba, Bolivia dan Haiti?
2.
Bagaimana
pelaksanaan demokrasi tersebut?
3.
Apakah
hambatan dalam pelaksanaan demokrasi tersebut?
4.
Siapakah
tokoh-tokoh yang berperan dalam pelaksanaan demokrasi tersebut?
5.
Nilai-nilai
universal apa sajakah yang terdapat dalam pelaksanaan demokrasi yang
berorientasikan komunis?
C. Tujuan Penulisan
1.
Memaparkan
latar belakang munculnya demokrasi yang berorientasikan komunis di Kuba, Bolivia
dan Haiti
2.
Memaparkan
pelaksanaan demokrasi tersebut
3.
Memaparkan
hambatan dalam pelaksanaan demokrasi tersebut
4.
Memaparkan
tokoh-tokoh yang berperan dalam pelaksanaan demokrasi tersebut
5.
Memaparkan
nilai-nilai universal yang terkandung dalam pelaksanaan demokrasi yang
berorientasikan komunis
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Demokrasi
Berorientasikan Komunis di Kuba
1.
Latar Belakang Munculnya Demokrasi yang Berorientasikan
Komunis di Kuba
Awal mula yang menyebabkan
timbulnya Kuba sebagai Negara komunis yaitu keadaan intern dalam negeri dan
dari luar berupa isolasi regional Negara-negara tetangga Kuba sebagai reaksi
terhadap corak politik pemerintahan Fidel Castro. Kuba mengalami juga
gejolak-gejolak politik dalam negeri yang mengakibatkan adanya instabilitas
politik[1].
Pada saat itu presiden Kuba yaitu Kolonel Fulgencio Batista. Pemerintahan
Batista ini sangat diktaktor mengakibatkan Fidel Castro memberontak dengan
menyerang kesatuan di Santiago de Cuba. Namun dalam penyerangan tersebut Castro
tertangkap dan diadilinya. Dalam proses pengadilan tersebut Castro mendapat
pembelaan dari rakyat, maka akhirnya Castro dibebaskan. Keadaan pemerintahan
Batista semakin memburuk dimana-mana timbul demonstrasi dan pemogokan. Hal
tersebut membuat Castro semakin memperoleh dukungan untuk melawan Batista.
Ketika meraih kekuasaan dari tangan diktator Fulgencio Batista yang
mendapatkan dukungan penuh dari AS, pada 1959, pemerintahan baru pimpinan Fidel
Castro Ruz dihadapkan pada tugas utama untuk mengganti model negara lama dengan
negara baru yang sesuai dengan cita-cita revolusioner mereka.Ini bukan
pekerjaan yang mudah karena pertama, tidak seperti revolusi sosialis lainnya di
dunia, revolusi Kuba ini dilakukan tanpa adanya sebuah partai pelopor, tanpa
adanya koherensi ideologi yang terartikulasi dengan solid dan kemampuan militer
yang sangat sederhana. Yang kedua, para revolusioner itu tidak memiliki
struktur politik yang permanen yang bisa dijadikan lokomotif untuk menarik
gerbong revolusi lebih jauh.
Dengan diadakannya program
sosialisasi dan landreform membuat pemerintahan Castro makin menunjukan sikap
anti Amerika. Sebaliknya Amerika Serikat juga memberikan sikap anti Castro,
yang makin mendorong Castro ke pihak Komunis. Ketegangan antara kedua Negara
tersebut makin memuncak. Castro menasionalisasikan perusahaan-perusahaan karena
perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat menolak untuk melakukan
penyulingan terhadap minyak kasar Rusia. Akibatnya Amerika Serikat membalasnya
dengan memperkecil kuato pembelian gula dari Kuba. Pada tanggal 1 Desember
1961,Castro menyatakan diri bahwa ia seorang Marxis-Leninis. Hal tersebut,
membuat Amerika Serikat mulai mencari kawan untuk menekan dan mengasingkan
pemerintahan Fidel Castro.
2.
Pelaksanaan Demokrasi yang Berorientasikan
Komunis di Kuba
a)
Dalam Bidang Politik
Pemerintahan
Kuba mengalami gejolak-gejolak politik dalam negeri yang mengakibatkan adanya
instabilitas politik. Dengan adanya sistem politik yang diterapkan Fidel Castro
membuat Kuba terancaman terisolasi oleh Negara-negara tetangga Kuba.
Setelah
memerintah seorang diri selama bertahun-tahun Castro menyajikan konstitusi
kepada rakyatnya pada tahun 1976. konstitusi tersebut secara resmi mengakui
peranan kepemimpinan partai komunis di Kuba yang
disetujui melalui referendum. Dibawah konstitusi tersebut yang menciptakan
sistem parlemen untuk seluruh negara, badan legislatif utama adalah dewan
nasional. Para anggotanya dipilih setiap empat tahun sekali oleh para pemberi
suara Kuba yang berumur 16 tahun ke atas. Dewan tersebut
dibimbing oleh suatu dewan negara yang beranggotakan 31 orang, yang dipilih
dari kalangan anggota dewan nasional. Dewan ini diketuai oleh seorang presiden
yang sesuai dengan ketentuan konstitusi, yaitu kepala negara dan sekaligus
kepala pemerintahan. Jabatan ini dipegang oleh Castro.
Pada
jenjang pemerintahan yang lebih rendah dewan propinsi dan dewan kotamadya telah
dibentuk. Para calon untuk dewan tersebut diajukan oleh partai komunis dan
organisasi-organisasi yang terkait. Dewan propinsi dan dewan kotamadya tersebut
mengawasi dinas-dinas umum seperti sekolah, rumah sakit, teater, hotel,
transportasi dan pelayaran.
b)
Dalam Bidang Ekonomi
Pola
perekonomian dan perdagangan Kuba mengikuti pola Uni Soviet dan Eropa Timur.
Sebelum tahun 1961, Amerika Serikat mengimpor gula, tembakau dan
cerutu dari Kuba. Sebaliknya Kuba mengimpor dari Amerika Serikat melalui
Florida barang-barang kebutuhan sehari-hari. Namun, ketika Kuba mulai bersekutu
dengan Negara-negara komunis peranan tersebut
dioper oleh Uni Soviet dan Eropa Timur.
Walaupun Rusia merupakan Negara no 2 dalam produksi gula, ia mengimpor sebagian
besar produksi gula Kuba untuk
selanjutnya di teruskan ke Eropa Timur. Dari Rusia diimpor bahan baku, minyak
bumi dan barang-barang keperluan industri.
Sejak tahun
1970 mulai diadakan perluasan pemasaran hasil produksi Kuba dan
diversifikasikan dalam prdagangan. Pasaran diperluas hingga Eropa Barat dan
juga ke Jepang, Inggris, Spanyol, Kanada dan RRC. Dalam tahun 1973, ekspor dan
impor kuba mengalami keseimbangan
yang cukub baik bagi perekonomiannya. Namun pada tahun 1974 ditempulah blokade ekonomi terhadap Kuba, mula-mula
oleh Argentina dan kemudian diikuti oleh Negara-negara Amerika Latin lainnya.
c)
Dalam Bidang Sosial dan Budaya
Dimasyarakat Kuba ketahanan
nasional dan kemajuan organisasi disiplin yang membaja mulai tumbuh dan
berkembang disertai kesadaran rakyat untuk siap menderita demi kepentingan
negaranya. Selain itu, di Kuba kesehatan rakyat adalah gratis dan setiap tahun
dibangun 160 buah gedung sekolah baru
untuk rakyat.
3.
Tokoh-tokoh yang Berperan di Kuba
a.
Fulgencio
Batista Zaldivar
Batista adalah seorang sersan
muda dalam angkatan bersenjata Kuba sekaligus pemimpin golongan revolusioner
Kuba. Golongan revolusioner berhasil menggulingkan pemerintahan Machado yang
sangat diktator. Penggulingan tersebut berhasil mengantar Ramon Brau San Martin
ke kursi presiden, namun Batista mampu mengambil alih pemerintahan sebagai diktaktor pada tahun 1934 dengan menerapkan demokrasi
perwakilan. Pemerintahan Batista berhasil memperoleh dukungan Amerika Serikat.
b.
Fidel
Castro
Fidel
Castro merupakan seorang tokoh rakyat dan tokoh nasionalis yang populer. Fidel
Castro memiliki sifat-sifat spontan, hangat, bersahabat dan revolusioner. Dia
seorang tokoh yang suka berjaket hijau dengan dasi yang sering disebut Premier
atau Comrade Castro, tetapi lebih suka disebut Fidel, Chief atau Commander. Ia
memiliki pola yang merupakan kombinasi dari seorang revolusioner retoris khas
Amerika Latin (seorang nasionalis dan seorang Komunis). Dibawah pemimpinan
Castro, Kuba tidak hanya bertahan dalam mengalami tekanan-tekanan
isolasi, tetapi juga bertumbuh menjadi negara Sosialis pola Uni Soviet yang
kuat.
Castro
memerlukan waktu 2 tahun untuk mewujudkan kejatuhan Batista. Fidel Castro
segera mengambil alih pemerintahan dan mengungkapkan berbagai kebijakan
otoriternya. Castro harus menyatukan pemerintahannya dengan dunia komunisme
agar bisa mendapatkan bantuan dari negara-negara komunis baik ekonomi maupun
pertahanan sebagai akibat dari putusnya segala hubungan
dengan Amerika Serikat. Castro menyajikan konstitusi kepada rakyatnya pada
tahun 1976. konstitusi tersebut secara resmi mengakui peranan kepemimpinan partai
komunis Kuba yang disetujui melalui referendum. Dewan ini diketuai oleh seorang
presiden yang sesuai dengan ketentuan konstitusi adalah kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan, jabatan ini dipegang oleh Castro.
B.
Demokrasi yang Berorientasikan Komunis di
Bolivia
1.
Latar Belakang Munculnya Demokrasi yang
Berorientasikan Komunis di Bolivia
Faktor intern yang
mempengaruhi pertumbuhan sosial-politis dan ekonomis Amerika Latin,
mempengaruhi juga pandangan para pemimpin Amerika Latin terhadap persoalan-persoalan
dunia. Faktor intern didalam negeri
dan faktor-faktor regional
antara bangsa-bangsa Amerika Latin sendiri Nampak belum terelesaikan secara
memuaskan. Masih banyak timbul gejolak politik dan bahkan
pemberontakan-pemberontakan yang silih berganti. Persengketaan mengenai wilayah perbatasan masih
belum teratasi secara menyeluruh. Begitu pula yang melatar belakangi Bolivia
menerapkan demokrasi yang berorientasikan komunis. Bolivia mulai terbuka dalam
komunikasi dengan dunia dan terlihat peranannya dalam percaturan dunia yaitu
pada saat Terusan Panama dibuka.
Bolivia
merupakan Negara yang berpenghasilan per kapita nomor dua paling rendah di
Amerika Latin. Hal tersebut dikarenakan sejak waktu yang lama tidak ada suatu
pemerintahan pun yang berhasil hidup panjang, karena selalu terjadi
pemberontakan yang terus menerus sehingga tidak tercapai stabilitas nasional.
2.
Pelaksanaan Demokrasi yang Berorientasikan
komunis di Bolivia
a.
Dalam Bidang Politik
Dalam bidang
politik timbul pergolakan politik hingga tahun 1960-an. Hal ini disebabkan
karena sering terjadi pergantian pemerintahan. Sejak awal tidak ada
pemerintahan yang berhasil bertahan lama, karena selalu terjadi
pemberontakan-pemberontakan yang menyebabkan tidak tercapainya kestabilan
nasional. Sejak kemerdekaannya dalam tahun 1825 hingga tahun 1971, pada saat
kolonel Hugo Banzer menjabat menjadi presiden telah terjadi sekitar 180 kali
perubahan pemerintahan secara paksaan.
Bolivia juga
mengalami persengketaan dengan Chili yang mengakibatkan sebagian daerah pantai
Bolivia dikuasai oleh Chilli. Sengketa antara kedua Negara ini baru
terselesaikan dengan adanya perjanjian perdamaian dan persahabatan antara
Bolivia dan Chili. Dimana Bolivia harus melepaskan wilayah pantainya kepada
Chili, namun Chili memberikan ganti berupa pembangunan jalan kereta api yang
menghubungkan Ibukota La Paz dengan pelabuhan Arica dari Chili, hak perdagangan
dan lalu lintas bebas melalui wilayah Chili. Selain persengketaan dengan Chili,
juga bersengketa dengan Brasil mengenai wilayah perbatasan sebagai konsekuensi
logis dari tidak jelasnya
batas-batas wilayah teritorial. Akibatnya, Bolivia kehilangan wilayahnya
sebagaian timur yaitu sekitar daerah Acre yang kaya akan kayu karet. Antara
tahun 1932-1935 terjadi perang
Chaco antara Bolivia dan Paraguai mengenai perbatasan wilayah. Perang Chaco ini
terselesaikan dengan perjanjian persahabatan dan perdamaian. Dalam perang Chaco
ini melahirkan doktrin baru yaitu “ tidak akan mengakui sahnya wilayah-wilayah
yang diperoleh melalui cara menduduki atau menguasai secara paksa atau
kekerasan lain”. Dalam perang Chaco ini terlihat jelas bahwa politik luar
negeri Bolivia lebih ditunjukan guna penyelamatan kepentingan bangsa melalui pembinaan keamanan
nasional.
Akan tetapi,
dibawah kekuasaan Banzer Bolivia mulai Nampak stabil. Banzer memperoleh
kekuasaan melalui suatu coup terhadap Presiden Jenderal Juan Jose Torres.
Pemerintahan Torres yang dipandang pro-komunis waktu itu didukung oleh serikat
buruh sosialis, Mahasiswa, politisi dan golongan militer yang berhaluan kiri.
Coup Banzer didukung oleh beberapa tokoh politik dari Movimiento Nacionalista
Revolucionarioa (MNR) yang berhaluan Kanan, Partai Sosialis Falange,
ex-Presiden Victor Paz Estenssoro dan beberapa tokoh dari kalangan militer.
b.
Dalam Bidang Ekonomi
Bolivia kaya
akan sumber mineral seperti: timah, tembaga, perak, antimonium, minyak bumi dan
gas alam. Akan tetapi kekayaan tersebut tidak bisa sepenuhnya digunakan oleh
masyarakat Bolivia karena kurangnnya tenaga kerja terdidik, modal dan lemahnya
transportasi yang menyebabkan tambang-tambang yang ada belum bisa dikerjakan
secara memuaskan. Bolivia memiliki barang eksport seperti kopi, karet dan
coklat, sedangkan beras, gandum, gula, dan buah-buahan pada umumnya untuk konsumsi dalam negeri. Sebagian besar penduduk
Bolivia yaitu orang Indian.
Bolivia
merupakan Negara yang berpenghasilan per kapita nomor dua paling rendah di
Amerika Latin. Hal tersebut dikarenakan sejak waktu yang lama tidak ada suatu
pemerintahan pun yang berhasil hidup panjang, karena selalu terjadi
pemberontakan yang terus menerus sehingga tidak tercapai stabilitas nasional.
Kestabilitasan nasional ini terjadi pada saat presiden Hugo Banzer. Hal
tersebut terlihat mulai adanya kerja sama dengan Negara-negara lain. Misalnya,
kerjasama dengan Jepang. Jepang banyak mengekspor alat-alat elektronik ke
Bolivia.
c.
Dalam Bidang Sosial dan Budaya
Masyarakat
Bolivia belum sepenuhnya memiliki pendidikan yang baik. Masih banyak masyarakat
yang masih buta huruf, sehingga mereka hanya menjadi tenaga kerja yang tidak
terdidik. Dengan kurangnya tenaga kerja terdidik tersebut, membuat penghasilan
perekonomian di Bolivia kurang memuaskan. Namun pada saat pemerintan Banzer,
Bolivia mulai menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik. Dengan kebijaksanaan politik
luar negeri, dengan bersahabat dengan Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa
Barat. Dengan adanya kebijakan tersebut, membantu Bolivia dalam mengembangkan
sektor pariwisata-pariwisata yang sangat
menguntungkan yaitu, Lapaz, ibukota tertinggi di dunia (11.000 kaki diatas
permukaan laut) mulai menarik wisatawan-wisatawan untuk berkunjung.
3.
Tokoh yang Berperan di Bolivia
Hugo Banzer sangat berperan dalam
pemerintahan Bolivia. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, ia mampu
meningkatkan pemerintahan Bolivia ketahapan stabil dalam berbagai bidang.
Terhadap Negara-negara tetangganya Ia bersikap sangat berhati-hati, untuk
mencegah terulangnya kembali persengketaan-persengketaan perbatasan yang pada
hakekatnya hanya merugikan Bolivia sendiri. Namun sejauh mana pemerintahan
Banzer akan dapat memantapkan sistem demokrasi Bolivia dan menghapuskan
kebiasaan coup dan counter coup.
C. Demokrasi
yang Berorientasikan Komunis di Haiti
1.
Latar Belakang Munculnya Demokrasi yang
Berorientasikan Komunis di Haiti
Pulau Hispanyola di kawasan Laut Karibia, yang
ditempati bersama-sama oleh Haiti dan Republik Dominika itu, ditemukan oleh
Christopher Columbus pada tanggal 5 Desember 1492 dalam pelayaran ke Spanyol.
Menjelang abad ke-17 pulau Hispanyola merupakan surga bagi perampokan atau bajak laut, yang banyak diantaranya berkebangsaan Prancis
dan amat sangat membeci Spanyol. Para perompak itu menjadikan pulau kecil
Tortugas, yang terletak di lepas pantai utara Hispanyola, sebagai sarangnya.
Pada tahun 1697, ketika sebuah perjanjian ditandatangani oleh Prancis dan
Spanyol, yang pada hakikatnya memantapkan daerah operasi bajak laut mereka itu,
Prancis diberi sepertiga bagian barat pulau Hispanyola, yang sekarang adalah
Haiti.[2]
Penduduk Haiti sebagian besar adalah orang Negro, sedang
di Dominika adalah Mulatto. tingkat kehidupan masyarakat masih rendah.
Perekonomian mereka tergantunng pada gula, kopi, tembakau, coklat, sisal dan
kayu. Prasarana transportasi di Haiti masih belum memadai. Dalam sektor pendidikan pun masih rendah
sehingga masih banyak masyarakat yang buta huruf.
Telah kita ketahui bahwa Haiti adalah bekas jajahan
Prancis, yang berontak melawan Napoleon, mengumumkan kemerdekaan dalam tahun
1801 dan menyatakan diri sebagai Republik Haiti dalam tahun 1804; dengan
pengakuan kemerdekaan oleh Prancis dalam tahun 1825. Antara tahun 1904-1915
terjadi kerusuhan di Haiti yang mengakibatkan banyaknya orang asing terbunuh
(terutama orang-orang Prancis dan Jerman), di mana pemerintahan-pemerintahan
silih berganti. Sejak tahun 1915 Amerika Serikat melakukan intervensi fisik
langsung dengan menduduki Haiti, dengan dalih untuk menertibkan keadaan.
Pendudukan ini baru berakhir dengan perjanjian yang ditandatangani oleh
Prasiden Roosevelt dan Presiden Haiti, Stenio Vincent ( 14 Agustus 1934).
Dalam saat-saat Perang Dunia ke-2, Haiti diperintahkan
oleh Prasiden Elie Lescot (1941-1946), di mana dalam tahun 1946 ia di paksa
turun pemerintahan oleh coup militer. Kemudian dibentuk suatu junta militer.
Antara tahun-tahun 1946-1950 berkuasa Presiden Dumarsais Estime. Masalah
reeleksi Presiden ini mengakibatkan adanya pergolakan politik sehingga kembali
lagi muncul sebuah junta militer dalam tahun 1950. Antara tahun-tahun 1950-1956
Prasiden Haiti adalah seorang Kolonel, Paul Magloire. Angkatan bersenjata
merebut kekuasaan dalam tahun 1957, dan sejak bulan Oktober 1957 itu Haiti
dipimpin oleh Prasiden Dr. Francois Duvalier, yang lebih terkenal dengan
sebutan “papa Doc”. Mestinya, secara konstitusional Duvalier akan memerintah
selama 6 tahun (1957-1962), tetapi dalam tahun 1961 sudah diadakan pemilihan
umum, yang memperpanjang jabatannya untuk jangka waktu 6 tahun lagi. Dengan
demikian praktis ia memimpin sebagai seorang diktator.[3]
Inilah awal dari pelaksanaan demokrasi yang berorientasikan komunis di Haiti.
2.
Pelaksanaan Demokrasi yang Berorientasikan
Komunis di Haiti
a)
Dalam Bidang Politik
Dalam saat-saat Perang Dunia ke-2, Haiti diperintah
oleh Prasiden Elie Lescot (1941-1946), di mana dalam tahun 1946 ia di paksa
turun pemerintahan oleh coup militer. Kemudian dibentuk suatu junta militer.
Antara tahun-tahun 1946-1950 berkuasa Presiden Dumarsais Estime. Masalah
reeleksi Presiden ini mengakibatkan adanya pergolakan politik sehingga kembali
lagi muncul sebuah junta militer dalam tahun 1950. Antara tahun-tahun 1950-1956
Prasiden Haiti adalah seorang Kolonel, Paul Magloire. Angkatan bersenjata
merebut kekuasaan dalam tahun 1957, dan sejak bulan Oktober 1957 itu Haiti
dipimpin oleh Prasiden Dr. Francois Duvalier, yang lebih terkenal dengan
sebutan “papa Doc”. Mestinya, secara konstitusional Duvalier akan memerintah
selama 6 tahun (1957-1962), tetapi dalam tahun 1961 sudah diadakan pemilihan
umum, yang memperpanjang jabatannya untuk jangka waktu 6 tahun lagi. Dengan
demikian praktis ia memimpin sebagai seorang diktator.[4]
Duvalier menghapus kekuasaan Angkatan Bersenjata
dengan diganti Tentara Pribadi yang komandan-komandannya lansung bertanggung
jawab kepadanya. Dalam Tentara Pribadi terdapat tiga kelompok yaitu Milisi
Pedesaan, Milisi Kota dan Pasukan Pengawal Istana. Duvailier juga ingin membina
Nasionalisme Hitam dengan mengangkat tinggi posisi orang Negro , dengan
mengubah bendera nasional yang bergaris horizontal berwarna merah dan biru
menjadi bergaris vertical berwarna hitam dan merah.
Duvalier hidup
dalam kemewahan, yang dananya menurut dugaan diperoleh dengan menyelewengkan
dana bantuan luar negeri yang seharusnya dimanfaatkan untuk menanggulangi
kemiskinan yang semakin menjadi-jadi di negeri itu. Mereka dikelilingi oleh
pejabat yang korup. Bersama-sama mereka itu menyeret pemerintahan dan
perekonomian negeri itu ke keadaan yang paling bobrok. Sekali-sekali ditempuh
berbagai upaya untuk menampilkan wajah demokrasi, tetapi acapkali para calon
dari golongan oposisi sudah ditangkapi sebelum pemilihan umum dapat
berlangsung, atau daftar calonnya telah diatur demikian rupa sehingga dapat
menjamin kembali berkuasanya para pendukung Duvalier. Serentetan unjuk rasa
yang memprotes terus bercokolnya pemerintah Duvalier meletus pada awal tahun
1980-an. Berkat adanya dorongan semangat yang berupa semakin gencarnya kritik
Amerika Serikat terhadap pelanggaran hak-hak azasi manusia yang dilakukan oleh
pemerintah Haiti, unjuk rasa itu berhasil mengembangkan suatu momentum demikian
rupa sehingga pada tahun 1986 Duvalier setuju untuk meninggalkan Haiti dan
mengucilkan diri. Suatu pemerintahan sementara yang dipimpin oleh golongan
militer berhasil menguasai negara itu, yang menjanjikan suatu undang-undang
baru dan memulihkan demokrasi.
Haiti masih harus menghadapi tantangan yang
berkepanjangan dalam bidang ekonomi, sosial dan politik karena harapan akan
terjadinya konsolidasi dalam proses demokrasi tidak mencapai keberhasilan sejak
tahun 1986. Disfungsi institusi, pemerintahan yang miskin, korupsi,
kejahatan, perdagangan obat-obatan terlarang dan kerawanan lingkungan hidup
telah menghancurkan stabilitas politik, ekonomi dan sosial dalam negara
tersebut. Ditambah lagi, kelompok bersenjata ilegal juga masih banyak
dijumpai diseluruh negara.
b)
Dalam Bidang Ekonomi
Penduduk Haiti sebagian besar adalah orang Negro, sedang di Dominika
adalah Mulatto. Tingkat
kehidupan masyarakat masih rendah. Perekonomian mereka tergantunng pada gula,
kopi, tembakau, coklat, sisal dan kayu. Prasarana transportasi di Haiti masih
belum memadai. Dalam sektor
pendidikan pun masih rendah sehingga masih banyak masyarakat yang buta huruf.
c)
Dalam Bidang Sosial dan Budaya
Duvalier menjadi dokter dan ikut
dalam kampanye pemberantasan penyakit patek. Sehingga masyarakat pada saat itu
memperoleh perhatian penuh akan kesehatan. Duvalier tertarik terhadap voodoo
yitu suatu aliran kepercayaan orang-orang Afrika. Maka Nasionalisme di Haiti
diwarnai dengan Nasionalisme Hitam yang didominasikan dengan voodoo. Hal
tersebut sangat bertentangan dengan Gereja, maka banyak orang-orang Jesuit
terusir. Akibatnya Duvalier dijatuhi ekskomunikasi, hubungan vatikan dan Haiti
terputus.
3. Tokoh-Tokoh Demokrasi yang
Berorientasikan Komunis Di Haiti
a.
Francois
Duvalier
Duvalier adalah seorang dokter
yang dikenal sebagai “papa doc”. Ia terpilih menjadi presiden dari mengikrarkan
dirinya sendiri sebagai presiden seumur hidup pada tahun 1964-1971, sebelum ia
meninggal dia mengubah Undang-Undang Dasar sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dirinya berhak mencalonkan anaknya Jean Claude Duvalier sebagai
pengganti Francois Duvalier.
b.
Jean Claude
Duvalier
Bersama-sama dengan bapaknya
ia memerintah dengan tangan besi dan kekuasaan absolute menggoyang segala
bentuk oposisi melalui polisi rahasianya yang dibenci rakyat dan dikenal
sebagai “Tantons Macoutes”, yang dalam logat kreol berarti “hantu”. Serentetan
unjuk rasa memprotes pemerintahan Duvalier meletus pada tahun 1980-an. Unjuk
rasa itu berhasil mengembangkan suatu momentum yang sedemikian rupa sehingga
pada ahun 1986 Duvalier setuju untuk meninggalkan Haiti dan mengucilkan diri.
D. Permasalahan
yang Muncul Dalam Pelaksanaan Demokrasi
yang Berorientasikan Komunis
a)
Kepemimpinan yang diktator
Kepemimpinan diktator yang
menghambat atau menutup partipasi politik warga negara. Dengan gaya
pemerintahan yang otoriter, maka penguasa berusaha menyingkirkan lawan-lawan
politik dan kelompok-kelompok yang ingin turut serta dalam penentuan kebijakan.
Sehingga melanggar pilar demokrasi yaitu kebebasan menyatakan pendapat.
b)
Intervensi
asing
Intervensi asing dilakukan
bangsa asing untuk menanamkan pengaruhnya dalam rangka mencapai kepentingan
ekonomi dan politik dari negara asing tersebut. Misalnya: pendirian pangkalan
militer, perluasan pasar, dan kebutuhan bahan industri. Intervensi ini terlihat
dari adanya tindakan menjadikan demokrasi di negaranya sebagai tolak ukur
demokrasi di negara lain, dalam hal ini Kuba dan Haiti. Tindakan ini sering
dilakukan oleh Amerika Serikat.
c)
Konflik
yang berkepanjangan
Di Kuba dan Haiti sampai saat
ini masih terjadi konflik antara Sipil dan militer yang dilatarbelakangi oleh
masalah sosial-budaya, ekonomi dan politik.
E. Nilai-nilai
Universal
a)
Nilai
perjuangan dalam pertahanan bangsa
Nilai perjuangan ini terlihat
pada perjuangan tokoh-tokoh yang berperan di Kuba dan Haiti, mereka dengan
semangat meningkatkan perjuangan emansipasi politik, social, ekonomis cultural
dan militer lepas dari pengaruh Negara-negara lain. Para tokoh tersebut
berjuang demi kestabilitasan negaranya.
b)
Nilai
persatuan dan kerjasama
Dalam pembelajaran ini kita dapat
mengambil suatu nilai yaitu nilai persatuan dan kerjasama. Meskipun pada
awalnya banyak Negara yang tidak mau berkerjasama dengan Kuba namun pada
akhirnya Negara-negara lain mulai mengadaka kerjasama. Hal tersebut didorong
adanya kepentingan untuk saling melengkapi karena tidak ada Negara yang bisa
hidup sendiri tanpa bantuan Negara lain. Nah, disini berarti kerjasama dan
persatuan itu penting guna kelangsungan kehidupan suatu bangsa.
c)
Nilai cinta
tanah air
Nilai cinta tanah air juga
terlihat yaitu adanya kerja keras dari para tokoh untuk memperjuangakan
kemerdekaan bangsanya. Mereka dengan berani berjuang demi Negara tercintanya.
Tak ada rasa takut dan gentar sedikit pun dalam diri mereka, jiwa nasionallisme
telah bersatu dalam dirinya. Kita disini sebagai penerus bangsa Indonesia wajib
memiliki jiwa nasionalisme dan cinta tanah air untuk mempertahankan Negara
kita.
BAB
III
KESIMPULAN
Munculnya
pelaksanaan demokrasi yang berorientasikan Komunis di Negara Kuba, Bolivia dan
Haiti dilatarbelakangi oleh adanya gejolak-gejolak di dalam pemerintahan, yang
diakibatkan oleh adanya gejolak pemerintahan di negara-negara tersebut
sehingga menyebabkan terjadinya
ketidakstabilan pada bidang politik, sosial dan ekonomi.
Dalam
bidang politik, pada ketiga Negara tersebut sering terjadi ketidakstabilan
politik. Hal ini dapat terlihat pada seringnya terjadi pergantian pemerintahan
yang disebabkan karena selalu terjadinya pemberontakan yang terus-menerus.
Dalam
bidang ekonomi, Negara-negara tersebut sering terjadi hegemoni dan eksploitasi
yang dilakukan oleh Amerika Serikat oleh perusahaan-perusahaan multinasional,
padahal negara-negara tersebut masih memerlukan bantuan ekonomi yang tidak
mengikat, justru dengan munculnya perusahaan-perusahaan multinasional. Hal ini membuat Negara-negara tersebut
menjadi terikat atau ketergantungan terhadap perusahan-perusahaan
multinasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat Mukmin, Pergolakan
di Amerika Latin, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981.
Grolier International. Negara dan Bangsa (Amerika Utara, Amerika
Tengah dan Amerka Selatan Jilid 9). 1989. PT. Widyadara: Jakarta.
http://pdf , sejarah Amerika Latin
http:// id. Wikipedia.
Org/wiki/sejarah-militer-poltik-amerika latin. Html.
[1] Hidayat
Mukmin.Pergolakan di Amerika Latin, 1981.Jakarta. hlm.135
[2] Grolier
International. Negara dan Bangsa
(Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerka Selatan Jilid 9). 1989. PT.
Widyadara: Jakarta.
hlm. 15
[3] Hidayat
Mukmin, Pergolakan di Amerika Latin, Jakarta,
Ghalia Indonesia,
1981, hlm. 174-175
[4] Hidayat
Mukmin, Pergolakan di Amerika Latin, Jakarta,
Ghalia Indonesia,
1981, hlm. 174-175
Tidak ada komentar:
Posting Komentar