Halooo.... Semoga bermanfaat

Selasa, 29 Juni 2021

Akulturasi Budaya Indonesia dan India

 

1.         Akulturasi Budaya Indonesia dan India

Hubungan dagang antara orang Indonesia dan India telah mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India dalam budaya Indonesia. Bagaimana sesungguhnya proses yang terjadi belum dapat diungkapkan sepenuhnya oleh penelitian-penelitian yang dilakukan sejak abad yang lalu. Pendapat pertama menyebutkan bahwa dalam proses masuknya kedua agama ini, bangsa Indonesia


 

hanya berperan pasif. Bangsa Indonesia dianggap hanya sekedar menerima budaya dan agama dari India. Pendapat kedua menyebutkan bahwa bangsa Indonesia juga berperan aktif dalam proses penerimaan agama dan kebudayaan Hindu Budha. Dalam konteks ini, terdapat sekelompok masyarakat di Indonesia yang mempelajari dan memperdalam budaya India.

Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Budha, masyarakat telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebelumnya memiliki kebudayaan asli tidak begitu saja menerima budaya-budaya baru tersebut. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan asli Indonesia. Proses inilah yang disebut dengan akulturasi.

Proses masuknya pengaruh budaya Indonesia terjadi karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India. Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia ini dapat dilihat dalam berbagai bidang, antara lain:

a.         Bidang Keagamaan

Sebelum budaya Hindu-Budha datang, di Indonesia telah berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme, dinamisme, dan totemisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan atau pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Sementara itu, totemisme adalah kepercayaan terhadap hewan yang dianggap memiliki kekuatan, seperti gajah, lembu/sapi, dan kerbau. Dengan masuknya kebudayaan Hindu- Budha, masyarakat Indonesia secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Budha, diawali oleh golongan elite di sekitar istana.

Dalam perkembangannya di masyarakat, kepercayaan animisme dan dinamisme tetap berkembang di masyarakat. Sementara itu, kepercayaan totemisme mendapat bentuk baru, terutama pada masa Majapahit, berupa penggunaan nama hewan sebagai nama manusia, seperti Gajah Mada, Lembu Sora, Mahesa Wongateleng, Kebo Ijo, Lebu Tal, dan sebagainya.


 

b.        Bidang Politik

Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Sebelumnya, masyarakat masa pra aksara mengenal sistem kepemimpinan berdasarkan primus inter pares. Dengan pengaruh Hindu-Budha, kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin ditentukan secara turun-temurun berdasarkan hak waris sesuai dengan peraturan hukum kasta. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan kerajaan bercorak Hindu-Budha lainnya.

c.         Bidang Sosial

Masuknya kebudayaan Hindu menjadikan masyarakat Indonesia mengenal aturan kasta, yaitu: Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), Kasta Ksatria (para prajurit, pejabat dan bangsawan), Kasta Waisya (pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit). Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun, unsur budaya Indonesia lama masih tampak dominan dalam semua lapisan masyarakat. Sistem kasta yang berlaku di Indonesia berbeda dengan kasta yang ada di India, baik ciri-ciri maupun wujudnya. Hal ini tampak pada kehidupan masyarakat dan agama di Kerajaan Kutai. Berdasarkan silsilahnya, Raja Kundungga adalah orang Indonesia yang pertama tersentuh oleh pengaruh budaya India. Pada masa pemerintahannya, Kundungga masih mempertahankan budaya Indonesia karena pengaruh budaya India belum terlalu merasuk ke kerajaan. Penyerapan budaya baru mulai tampak pada waktu Aswawarman, anak Kundungga, diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya.

d.        Bidang Pendidikan

Dalam Prasasti NalSaudara dikenal model pendidikan asrama. Lembaga- lembaga pendidikan semacam asrama merupakan salah satu bukti pengaruh dari kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut berubah menjadi model pendidikan pesantren pada masa Islam, dan berkembang menjadi model pendidikan berasrama pada masa modern.


 

e.         Bidang Sastra dan Bahasa

Pengaruh Hindu-Budha pada bahasa adalah dikenal dan digunakannya bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Pada masa kerajaan Hindu- Budha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada zaman Kerajaan Kediri.

f.          Bidang Arsitektur

Punden berundak merupakan salah satu arsitektur masa Megalitikum. Arsitektur tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika diperhatikan, Stupa Borobudur sebenarnya mengambil bentuk bangunan punden berundak agama Budha Mahayana. Pada Candi Sukuh dan candi-candi di lereng Pegunungan Penanggungan, pengaruh unsur budaya India sudah tidak begitu kuat. Candi-candi tersebut hanyalah punden berundak.

Begitu pula fungsi candi di Indonesia, candi bukan sekadar tempat untuk memuja dewa-dewa seperti di India, tetapi lebih sebagai tempat pertemuan rakyat dengan arwah nenek moyangnya. Candi dengan patung induknya yang berupa arca merupakan perwujudan raja yang telah meninggal. Hal ini mengingatkan pada bangunan punden berundak dengan menhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar