Halooo.... Semoga bermanfaat

Sabtu, 23 April 2016

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)


A. LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peranan yang komplek terhadap kemajuan bangsa dan Negara dimana pendidikan merupakan sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar di sekolah dituntut mampu berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Dengan adanya pendidikan yang bermutu maka akan tercipta pula sumber daya masusia yang berkualitas. Kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah tingkat kemiskinan yang tinggi. Dengan semakin tingginya angka kemiskinan maka akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan. Sejauh ini proses pembelajaran di kelas masih didominasi oleh pemahaman bahwa sebuah pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Hal ini sangat kenatal dengan mata pelajaran sejarah yang masih dianggap oleh siswa merupakan mata pelajaran hafalan sehingga dianggap sulit dan membosankan. Pembelajaran sejarah dipandang sebagai suatu proses mengingat  fakta-fakta masa lalu yang berorientasi hanya pada guru sedangkan peserta didik hanya sebagai pendengar tanpa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Cara mengajar guru sejarah cendrung monoton (ceramah dan Tanya jawab) sehingga siswa menjadi jenuh dalam mengikuti pelajaran di kelas. Cara mengajar yang monoton berpengaruh terhadap perkembangan minat dan prestasi belajar siswa di kelas. Hal ini membuat minat siswa menjadi rendah terhadap mata pelajaran sejarah sehingga berdampak pada hasil prestasi belajar sejarah siswa. Metode ceramah dan diskusi merupakan metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru sejarah. Pada saat guru menggunakan metode ceramah, siswa cendrung tidak mendengarkan dan asik sendiri dengan kegiatannya seperti bermain hp, mengganggu teman dan saling mengobrol dengan teman sebangku.
Kondisi tersebut di atas sesuai dengan pengamatan peneliti di SMA Negeri 1 Mlati khususnya pada mata pelajaran sejarah pada siswa kelas XI IPS I. Pada saat guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, rendahnya minat siswa terlihat dimana siswa kurang memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi dan siswa sibuk dengan kegiatannya sendiri bahkan sebagian dari mereka tidak merespon terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru. Minat yang rendah terhadap mata pelajaran sejarah berdampak pada hasil  prestasi belajar sejarah siswa sebelum penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Rendahnya prestasi belajar siswa terlihat pada hasil ulangan tengah semester dari 23 jumlah keseluruhan siswahanya ada 13 orang siswa yang berhasil mencapai KKM sedangkan yang tidak berhasil mencapai KKM ada 10 orang.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dipaparkan diatas, peneliti berusaha untuk merubah cara pandang para siswa terhadap mata sejarah dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Dengan berubahnya cara pandang siswa terhadap pembelajaran sejarah diharapkan juga berpengaruh pada meningkatnya minat dan prestasi siswa dalam pembelajaran sejarah.Pembelajaran berbasis masalah (Probelem Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Menurut Howard, PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Menurut Dutch, PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah inidigunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran.[1]


[1]Taufiq Amir,  Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Jakarta, Kencana, 2010, hlm.21.


B.  PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal bagi siswa dalam memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, pemelajar secara berkolompok aktif merumuskan masalah danmengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari maslah itu.[1]Dalam penerapannya, siswa dituntut untuk melakukan pemecahan-pemacahan masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi dengan sebanyak-banyaknya, dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Model pembelajaran berbasis masalah ini juga turut membuat perubahan dalam hal peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah jadi melainkan guru berkeliling kelas memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu siswa untuk menjadi lebih sadar akan proses pembelajaran.
Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan pemecahan masalalah.[2] Selain itu, tujuan penerapan model pembelajaran berbasis masalah adalah adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya untuk memecahkan masalah dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Berdasarkan uraian di atas, prinsif dasar dari model pembelajaran berbasis masalah itu adalah pengaktifan pembelajaran dengan memberikan suatu masalah dan pertanyaan kemudian siswa mencoba untuk memecahkannya.


C. KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Karakteristik dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a.       Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
b.      Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur
c.       Permasalahan membutuhkan perspektif ganda
d.      Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar
e.       Belajar pengarahan diri menjadi hal utama
f.       Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam pembelajaran berbasis masalah
g.      Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif
h.      Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama pentinganya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan
i.        Keterbukaan proses dalam PBM  meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar
j.        Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dalam proses belajar.[3]

 D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) terdiri dari tujuh langkah yaitu:[4]
a.       Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas. Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.
b.      Merumuskan masalah. Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara fenomena itu. Kadang-kadang ada hubungan yang masih belum nyata antara fenomenanya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas dahulu.
c.       Menganalisis masalah. Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi factual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada didalam pikirian anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah.
d.      Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisnya dengan dalam. Bagian yang sudah dianalisis dilihat dari keterkaitannya satu sama lain dikelompokkan: mana yang saling menunjang dan mana yang bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian yang membentuknya.
e.       Memformulasikan tujuan pembelajaran. Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan menganalisis masalah yang dibuat.
f.       Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi kelompok). Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka mencari informasi tambahan itu dan menentukan diman hendak mencarinya. Mereka harus mengatur jadwal, menetukan sumber informasi. Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektik untuk tahapan ini agar mendapatkan informasi yang relevan seperti emnetukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topic, penulis, publikasi dari sumber pembelajaran.
g.      Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk kelas. Dari laporan-laporan individu atau sub kelompok yang dipresentasikan dihadapan kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah kritis tentang laporan yang disajikan (laporan diketik dan diserahkan ke setiap anggota). Kadang-kadang laporan yang dibuat menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi oleh kelompok mendiskusikan. Ditahap ini ketrampilan yang dibutuhkan adalah meringkas dan mendiskusikan.

E. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Model pembelajaran berbasis masalah juga memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Adapun keunggulan dari model pembelajaran berbasis masalah antara lain[5]:
  1. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
  2. Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
  3. Dapat meningkatakan aktivitas pembelajaran siswa.
  4. Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
  5. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
  6. Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
  7. Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
  8. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
  9. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
  10. Mengembangkan minat siswa untuk  secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Adapun kelemahan model pembelajaran berbasis masalah antara lain:[6]
a.       Manakala siswa tidak memiliki minat atau mempunyai kepercayaan, maka mereka enggan untuk mencoba.
b.      Keberhasilan strategi melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c.       Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.


[1] Amir Taufik, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Jakarta , Prenada Group, 2010, hlm.12.
[2] Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta, Rajawali Pers, 2011, hlm.236.
[3]Ibid,hlm. 232.
[4]Amir Taufik, op.cit, hlm.24.
[5]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan , Jakarta, Prenada Media, 2006, hlm.218.
[6]Ibid, hlm.216
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar