Belajar merupakan sebuah proses yang
kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu
pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut
nilai dan sikap (afektif).[1]
Menurut Winkel Belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan
itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.[2]
Menurut Slameto Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dengan interaksi lingkungannya.[3]
Dari definisi belajar menurut
beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktifitas yang
dilakukan individu dalam usaha untuk memperoleh informasi serta meningkatkan
suatu keterampilannya.
Belajar dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern. Faktor intern adalah
faktor yang berasal dari dalam diri individu. Adapun yang termasuk faktor
intern adalah faktor jasmaniah dan faktor psikologis.[4]
1)
Faktor jasmaniah. Faktor jasmaniah yang dimaksud
adalah keadaan fisik yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
a)
Kesehatan. Kesehatan
yang dimiliki oleh seseorang sangat berpengaruh terhadap belajarnya. Jika
seseorang sedang tidak sehat maka ia akan merasa cepat lelah, tidak bersemangat
sehingga minat untuk belajar menjadi sangat berkurang.
b)
Cacat tubuh. Kondisi
cacat tubuh juga berpengaruh terhadap belajar seseorang. Cacat ini bias berupa
buta, tuli, lumpuh dan lain-lain yang berhubungan dengan panca indera. Fungsi
jasmani seperti panca indera terutama mata dan telinga mempunyai pengaruh besar
dalam belajar karena panca indera adalah pintu gerbang pengetahuan. Jika
seseorang mengalami keadaan seperti ini, hendaknya memakai alat bantu agar
dapat menghindari atau mengurai pengaruh cacatnya atau anak tersebut belajar di
lembaga pendidikan khusus.
2)
Faktor psikologis. Pada faktor psikologis ini ada
empat hal yang mempengaruhi belajar yaitu intelegensi, perhatian, kesiapan dan
motivasi.
a)
Intelegensi ialah
kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu
dengan cara tertentu.[5]Intelegensi merupakan kecapakan yang
terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadap dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari
dengan cepat.[6]
b)
Motivasi. Motivasi
adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan guna
mencapai suatu tujuan.[7]
Dalam belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat menumbuhkan motivasi dalam
diri siswa agar dapat belajar dengan baik untuk memusatkan perhatiannya,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajarnya.
Motivasi dikatakan murni bila keinginan itu berasal dari dalam diri individu
untuk mencapai hasil belajar.
c)
Kesiapan. Kesiapan
merupakan kesediaan untuk memberi response atau reaksi.[8]
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar. Dengan adanya kesiapan
siswa untuk belajar, maka prestasi belajarnya akan menjadi lebih baik.
Faktor
Ekstern. Faktor ekstern adalah faktor diluar individu.Faktor ekstern yang
berpengaruh terhadap belajar adalah faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat.[9] Uraian
berikut membahas ketiga faktor di atas:
1) Faktor
keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga
yang sehat besar artinya bagi pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat
menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, Negara
dan dunia.[10]
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara didikan
orang tua, relasi antara anggota keluarga, suasana dan keadaan ekonomi
keluarga.
a)
Cara didikan
orang tua. Cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
Perhatian yang diberikan oleh orang tua sangat besar artinya bagi perkembangan
mental belajar peserta didik. Dukungan yang diberikan oleh orangtua akan
meningkatkan semangat bagi anak untuk terus belajar dan berprestasi di sekolah.
Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya orang tua acuh
tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur
waktu belajar anaknya, tidak menyediakan alat belajar bagi anaknya,
memperhatiakan apakah anaknya belajar atau tidak serta tidak mau tau tentang kemajuan dan kesulitan yang
dialami anaknya dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya
sehingga mengakibatkan anak ketinggalan dalam belajar dan akhirnya menjadi
malas.[11]
b)
Relasi antar
anggota Keluarga. Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah
relasi antara orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi antara saudara atau
anggota keluarga lain juga mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya
apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, atau diliputi
dengan kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan belajar anak, perlu diusahakan
relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah
hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang.[12]
c)
Keadaan
Ekonomi Keluarga. Keadaan ekonomi keluarga juga berpengaruh terhadap
belajar anak. Dengan keadaan ekonomi yang mapan, orang tua dapat memberikan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh anak untuk mendukung proses belajar
anak seperti ruang belajar, meja belajar dan kursi, penerangan, alat tulis dan
buku. Sebaliknya jika orang tua tidak dapat memenuhi fasilitas tersebut maka
akan berpengaruh terhadap belajar anak.
2) Faktor
sekolah. Faktor sekolah yang mempengarhi belajar adalah metode mengajar, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, keadaan gedung, dan disiplin
sekolah.
a) Metode Mengajar. Metode mengajar adalah suatu
cara/cjalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar adalah menyajikan
bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain menerima,
menguasai dan mengembangkannya. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi
belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar sangat berpengaruh terhadap
proses pembelajaran siswa, jika guru masih menggunakan metode mengajar yang
konvensional maka siswa akan merasa jenuh dan bosan terhadap pembelajaran.
Siswa akan merasa senang apabila guru menggunakan moetode pembelajaran kreatif
dan inovatif salah satunya adalah pembelajaran berbasis masalah.
b) Relasi. Relasi ini
meliputi relasi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Dengan
adanya relasi yang terjalin baik maka proses kegiatan pembelajaran akan
berlangsung dengan lancar. Hubungan yang baik antara siswa dengan guru sangat
berperan penting terhadap proses belajar begitu juga dengan hubungan antara siswa
dengan siswa sehingga menimbulkan kekompakan di dalam kelas. Hubungan yang
buruk akan mengakibatkan proses belajar mengajar terganggu.
c) Keadaan Gedung. Keadaan gedung sekolah yang
bersih, lengkap, dan memadai di dalam setiap kelas akan mempengaruhi kenyamanan
belajar bagi peserta didik.
d) Disiplin sekolah. Kedisiplinan sekolah erat kaintannya
dengan kerajinan siswa dalam sekolah juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan
kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam
mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam
pelayanannya kepada siswa. Jika seluruh staf sekolah mengikuti tata tertib
sekolah dan bekerja dengan disiplin akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.[13]
[1] Eveline
Siregar, Teori-Teori Belajar dan
Penerapannya, Bogor, Ghalia Indonesia ,2010, hlm.3.
[2]
Winkel,W.S.,Psikologi Pengajaran,
Yogyakarta, Media Abadi, 2004, hlm. 59.
[3] Slameto,
op.cit, hlm. 2.
[5]Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan,
Bandung, Remaja Rosdakarya, 1990, hlm.52.
[7]Mustaqin,
Psikologi Pendidikan. Yogyakarta, Pustaka
Pelajar,2008, hlm:77
[13]Slameto, op.cit, hlm.67.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar